Depresi postpartum mempengaruhi kualitas hidup ibu baru dan hubungan dengan bayinya, atau juga hubungannya dengan suaminya sendiri. Ini saja sudah menjurus bahaya. Namun dalam kondisi lebih parah dari ini, ada yang disebut dengan psikosis postpartum. Satu di antara seribu ibu yang melahirkan di dunia mengalami penyakit mental serius ini dan tak jarang, ini bisa berakibat hal fatal bagi anak Anda karena di titik ini penderita mulai mengalami delusi atau halusinasi.
Biasanya, penderita awalnya akan merasa sangat lelah, kebingungan, dan mengalami perubahan mood yang sangat drastis. Selanjutnya, penderita bisa berubah menjadi agresif dan kasar, mudah curiga atau paranoid, mudah gelisah dan emosional, menarik diri dari lingkungannya sendiri, sampai kemudian tidak segan-segan untuk melukai diri ataupun anak mereka sendiri.
Apa penyebab psikosis postpartum?
Biasanya ini sebenarnya genetik. Namun tidak menutup kemungkinan orang-orang yang mengalami perubahan hormon, pola tidur yang buruk, masalah pernikahan, dan beban baru yang berat sebagai seorang ibu, bisa membuat orang lalu mudah menyalahkan dirinya sendiri atas sesuatu dan kemudian menjadi depresi berat.
Bagi seorang suami, tidak seharusnya jika Anda melihat pasangan Anda mengalami ini, Anda memberikan kepercayaan penuh padanya dalam hal pengawasan bayi. Sudah seharusnya siapa pun yang ada di sekitar orang seperti ini untuk berani membicarakan masalah mereka baik-baik dan langsung meminta bantuan dari kaum profesional.
Depresi postpartum dan psikosis postpartum adalah kondisi serius yang membutuhkan intervensi medis dan dukungan yang tepat. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi ibu yang mengalami depresi postpartum meliputi:
1. Pemantauan kesehatan mental: Menyadari dan memantau tanda-tanda depresi postpartum adalah penting. Pemantauan rutin oleh tenaga medis selama masa nifas dapat membantu mendeteksi dan mengobati kondisi ini secara dini.
2. Dukungan sosial: Membangun jaringan dukungan yang kuat termasuk dari keluarga, teman, atau kelompok. Banyak berbicara dengan para ibu baru lainnya atau sekadar menelepon teman-teman Anda di saat Anda merasa sesak, dapat membantu Anda untuk lebih rileks.
3. Penuhi kebutuhan diri sendiri: Minta bantuan keluarga terdekat atau jasa asisten untuk menangani anak Anda di waktu-waktu tertentu, lalu beristirahatlah. Usahakan untuk tetap melakukan apa yang Anda senangi dan buat diri Anda sendiri tetap terus merasa bahagia.
4. Jujurlah pada pasangan Anda tentang perasaan Anda dan temuilah seorang psikolog untuk berbicara lebih detail mengenai masalah Anda.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI