Mohon tunggu...
AL khanza deMoLisher
AL khanza deMoLisher Mohon Tunggu... -

Goresan Pena Peradaban Gemilang "Khilafah"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Based On Diklat Perindag-SU

30 Juni 2013   12:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:13 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1372568623202796883
1372568623202796883
Pada 27 Juni 2013, buku #NikahAtauPutusinDia nyampe di Perindagkop Dairi. Oleh Bapak Bambang disuruh antar ke lokasi pelatihan pada Ardo. Sekitar jam 09.15 WIB kabar itu kutahu dari Bapak Bambang.  Luar biasa!!! Aku senang sekali. Paket buku yang kutunggu kedatangannya. Saat itu, aku kebetulan sedang mengikuti pelatihan di Sitinjo. Pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara. lokasinya di Desa Sitinjo II kecamatan Sitinjo dengan tema "Peningkatan Mutu dan Desain Produk Kerajinan Bambu" dengan instruktur Bapak Gunawan, SH. Beliau adalah salah satu pemilik industri kerajinan bambu di Binjai. Pelatihannya berjalan selama 5 hari. Hari senin pembukaan, dilanjutkan dengan 3 hari praktek dan hari terakhir penutup oleh Bapak Kadis Perindagkop Dairi. Penutupan dihadiri juga oleh Bapak Camat Sitinjo, Kades, dan  jajaran Dinas Perindagkop Dairi dan Perindag Provinsi sebagai panitia. Demikian sedikit info tentang pelatihan. Dalam hal ini saya ingin membahas hal-hal yang terjadi dibalik layar pelatihan itu. Antara aku dan para peserta diklat. Ada pelajaran menarik yanag kudapatkan saat itu. Pada pelatihan ini, aku punya empat orang teman sekelompok. Diantaranya Ardo, Winto, Hendra dan Pak Samson. Ketika paket itu diserahkan Ardo, pak Samson langsung melihatnya. Beliau bertanya banyak hal tentang kepenulisan dan tentang isi buku ku. Oya, beliau ini gaptek. Tapi soal membaca beliau ini luar biasa hebatnya. Beliau banyak membaca majalah dan buku-buku. Sehingga beliau tau banyak hal tentang dunia tulis-menulis. Beliau berkeinginan menulis buku biografi namun dengan genre yang berbeda dari yang pernah ditulis orang-orang. Dari penjabaran beliau aku menangkap banyak hal. Menurutku itu sangat membangun dan memotivasiku menulis. Hal ini terlihat dari responnya terhadap bukuku. Beliau pernah membaca buku Felix Siauw yang Udah Putusin Aja. Padahal untuk sekaliber penulis Felix Siauw termasuk masih baru, beliau sudah mengenalnya. Beliau juga sangat mengacungi jempol bagi mereka yang berani menikah tanpa pacaran. Nah, ditengah penjabarannya Bp. Hendra menyanggah “Tapi kan sekarang kalo nggak pacaran dah nggak zaman lagi. Bos!” begitu sanggahnya. “Loh, itulah persepsi yang salah. Kebanyakan orang sekarang malah menjadikan agama itu ngikut pada zaman. Padahal ya nggak boleh begitu. Zaman itu harus mengikut pada agama. Karena agama ini mutlak kebenarannya. Pemahaman yang begitu yang sekarang banya merusak bangsa ini.” jelasnya. Bapak Hendra terdiam sembari terus melanjutkan anyamannya. Begitulah obrolan mereka yg kusimak. Bapak Samson menyatakan walaupun dia awam tapi utk soal menikah ia tdk lalaui dgn jalan pacaran. Saluut. Dia gaptek tp semua perkembangan zaman skrg dia tahu dr membaca. Begitu pemahamannya. Ia tak setuju jika aturan agama itu harus mengikut pada perubahan zaman. Justru jika aturan agama ikut perubahan zaman terjadi kerusakan yang cukup krusial di setiap sendi kehidupan saat ini. Beliau menambahkan "Hukum Islam itu sudah mutlak dan akan relevan hingga akhir zaman, jadi jangan diganggu gugat lagi!" Bapak Samson ini salah satu pengusaha anyaman bambu juga dengan lokasi usaha di Subulussalam. Tapi menurut saya, beliau ini memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hal ilmu menulis. Penulis-penulis baru cukup banyak diketahuinya. Seperti bukunya Tere Liye, beliau melihat buku "Bidadari-bidadari Syurga" tersebut setelah difilmkan tidak sesuai dengan naskah novelnya. Beliau memberi tanggapan bahwa naskah novel itu harus lengkap, bisa menggambarkan suasana yang sebenarnya. Jika diubah dalam skenario film maka dialog-dialognya tidak perlu diubah. Begitu pandangan beliau. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun