Mohon tunggu...
Alkayyis Muhammad Isa
Alkayyis Muhammad Isa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa S1 Keperawatan, Universitas Indonesia. Saya hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keindahan dalam Merawat: Memberikan Rasa Nyaman dengan Nilai Estetika

29 Desember 2024   10:07 Diperbarui: 29 Desember 2024   10:07 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Keperawatan menjadi profesi yang selalu berada di garis depan, melayani kebutuhan fisik dan emosional pasien. Selain membutuhkan pengetahuan dan keterampilan teknis, profesi ini juga melibatkan seni dalam memberikan perawatan yang manusiawi (McCaffrey, 2023). Perawat menciptakan pengalaman positif bagi pasien melalui pendekatan menyeluruh, termasuk penampilan, komunikasi, dan lingkungan perawatan (Babaii et al., 2021; Hjorhy et al., 2022; Pawowski et al., 2019). Nilai estetika, yang sering kali terabaikan, semakin penting seiring meningkatnya harapan masyarakat terhadap layanan kesehatan berkualitas. Esai berikut membahas peran nilai estetika dalam meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan pasien dengan memperhatikan penampilan fisik perawat, komunikasi, lingkungan perawatan, dan tantangan dalam mengimplentasikannya.

Perhatian pertama pasien akan tertuju pada penampilan perawat yang menyambut pasien. Penampilan rapi dan profesional memberikan kesan awal yang tak ternilai. Seragam yang tertata, kebersihan terjaga, dan atribut yang sesuai menunjukkan rasa hormat terhadap pasien dan profesi (Darmawan et al., 2024). Penampilan perawat yang rapi, bersih, dan harum dapat meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan pasien, yang merupakan hal penting dalam proses keperawatan (Galovi et al., 2023). Penampilan mencerminkan tanggung jawab dan dedikasi, menjadi fondasi dalam membangun hubungan antara perawat dan pasien.

Komunikasi perawat memiliki dimensi estetis tersendiri. Ketika menyampaikan informasi, nada suara lembut, intonasi menenangkan, dan sikap penuh perhatian meningkatkan kepercayaan pasien (Shanahan & Cunningham, 2021). Mendengarkan dengan saksama dan memberikan penjelasan yang jelas menunjukkan empati sekaligus memperkuat hubungan terapeutik (Siokal et al., 2023). Komunikasi yang baik menjadi jembatan utama untuk memahami kebutuhan pasien secara lebih mendalam (Rivera, 2019). Pendekatan seperti ini meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.

Lingkungan fisik tempat pasien dirawat memegang peranan penting. Kebersihan terjaga, pencahayaan memadai, dan desain interior yang nyaman mendukung rasa tenang. Ruang perawatan yang dirancang dengan mempertimbangkan estetika memberikan kenyamanan sekaligus berkontribusi pada proses penyembuhan (Hjorhy et al., 2022). Suasana bersih dan tertata mencerminkan profesionalisme institusi kesehatan, memberikan rasa aman kepada pasien yang dirawat.

Tantangan sering mengiringi penerapan nilai estetika dalam keperawatan. Beban kerja yang tinggi dan keterbatasan sumber daya menjadi hambatan utama. Tekanan pekerjaan menjadi hambatan utama perawat kesulitan memberikan perhatian pada aspek estetika. Pelatihan memadai dan dukungan manajemen membantu mengatasi kendala ini (Kongsuwan & Dahal, 2023). Pendekatan yang tepat memungkinkan institusi kesehatan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung penerapan estetika.

Praktik keperawatan tidak dapat dipisahkan dari estetika sebagai elemen penting profesionalisme. Penampilan terjaga, komunikasi empati, dan lingkungan perawatan yang nyaman meningkatkan kualitas layanan. Dengan dukungan dan pelatihan memadai, tantangan dalam penerapan estetika dapat teratasi. Nilai ini menjadikan keperawatan lebih dari sekadar profesi yang berfokus pada penyembuhan fisik, melainkan juga memberikan pengalaman bermakna bagi pasien. Perawat dan institusi kesehatan sebaiknya mengintegrasikan nilai estetika dalam penampilan, komunikasi, dan lingkungan perawatan, didukung oleh pelatihan serta manajemen yang memadai, untuk meningkatkan kepercayaan, kenyamanan, dan pengalaman bermakna bagi pasien.

Kepustakaan:

DAFTAR PUSTAKA

Babaii, A., Mohammadi, E., & Sadooghiasl, A. (2021). The meaning of empathetic nurse-patient communication: A qualitative study. Journal of Patient Experience, 8. https://doi.org/10.1177/23743735211056432

Darmawan, Y. B., Wahyuningsih, A., Administrasi, P., Sakit, R., Sarjana, P., Rs, S., & Kediri, B. (2024). Gambaran kualitas pelayanan pada pasien  di instalasi rawat jalan rumah sakit aura syifa Kediri. JARSI - Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 3(1), 49--55. https://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/jarsi/article/view/752

Galovi, L., Fari, N., Lasi, I., Bara, I., & Gvozdanovi, Z. (2023). The opinion of patients and nurses about the professional appearance in nursing | Miljenje pacijenata i medicinskih sestara/tehniara o profesionalnom izgledu u sestrinstvu. Croatian Nursing Journal, 7(2), 107--115. https://doi.org/10.24141/2/7/2/1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun