Mohon tunggu...
Alkautsar HolzianAkbar
Alkautsar HolzianAkbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Sosiologi/Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Buku sejarah dan filsafat adalah 2 genre buku yang sangat saya gemari. Walaupun saya suka pilih-pilih penulis mana yang bukunya saya anggap "nyaman" untuk dibaca. Buku-buku yang nyaman untuk dibaca memang banyak. Namun, menuliskan teori filsafat atau sebuah peristiwa dalam sejarah dengan detail tetapi "nyaman" untuk dibaca bukan pekerjaan mudah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Solidaritas Horizontal: Forum Diskusi Pinggiran

25 Oktober 2024   18:26 Diperbarui: 25 Oktober 2024   18:30 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terik matahari usai jam sholat ashar sungguh menyilaukan mata. Namun, tak sedikit yang sangat menikmati cahaya matahari di jam itu, karena penampakan matahari sore silau sekaligus indah. Seolah-olah cahaya tersebut menyambut mereka yang lelah setelah menghabiskan banyak energi di tengah siang.

Umumnya, banyak kelas mata kuliah mahasiswa yang selesai di jam 15.00, atau jam 3 sore. Di gerbang kampus barat UIN Sunan Kalijaga, kita akan melihat wajah-wajah lelah yang baru keluar kelas. Kelas siang memang lebih menguras energi dari biasanya. Wajah-wajah lelah ini cenderung akan mencari tempat beristirahat begitu keluar kampus, baik itu ke Cafe, kost, atau tempat untuk menikmati senja. Ekspresi mereka seolah berkata "Cukup... cukup... pikiranku udah cape."

Aku sedang berada di depan gerbang kampus timur UIN Sunan Kalijaga. Rambut dan wajahku masih terbilang lembab begitu keluar dari masjid. Di depan Poliklinik, terdapat kursi-kursi panjang sepaket dengan meja dari kerangka besi, biasanya dipakai oleh khalayak umum. Aku duduk di kursi yang paling utara. Mahasiswa UIN terlihat ramai berlalu lalang keluar gerbang. Sebagian Beberapa lewat begitu saja dan ada juga yang kemudian ikut duduk di area sekitar tempatku duduk.

Namun, yang menarik fokus untuk dilihat adalah segerombolan mahasiswa yang tengah duduk melingkar sambil melatar tanpa adanya alas. Mereka terdiri dari 10-16 orang dan rata-rata memiliki style yang unik. Mayoritas dari mereka berambut gondrong, dan sebagian lagi ada yang menggunakan topi Rimba di kepalanya. Mereka duduk melingkar dengan menggantungkan bendera berwarnah merah sebagai background. Di tengah lingkaran mereka, terdapat rentetan buku-buku yang cukup menarik. Sekilas ada judul buku yang terbaca "Negara & Hegemoni". Dari pendengaranku, mereka tengah berdiskusi mengenai topik sejarah tertentu.


Seseorang berambut gondrong yang memakai jaket levis sedang menyampaikan argumennya. Cara ia berucap tidak terlalu lancar tapi pointnya masih bisa ditangkap. "Sejarah sebenarnya masih punya banyak misteri, cuman tidak sempat ditulis, atau memang sengaja dikubur". Inti point dari penjelasannya adalah sejarah yang pernah ditulis pada zaman orde baru mengenai partai kiri, rata-rata bias bukti empiris, dan tidak terbukti di pengadilan internasional. Ia menjelaskan panjang lebar tentang ketidakadilan elit negara, sambil sesekali menghisap rokok dan memainkan telapak tangan. Terlihat juga dua gelang kaoka di tangan kirinya.

Usai yang satu ini bicara, temannya yang lain menanggapi dan memberikan komentar. Ada sekitar 5 sampai 6 tanggapan yang sempat saya dengar. Setiap anggota yang ingin memanggil anggota yang lain, akan menggunakan istilah "Bung". Kata "Kawan" juga lebih condong digunakan di sini. Interaksi mereka saling menghormati satu-sama lain, akan tetapi karakteristik "menghormati" dalam forum ini bukan seperti partenalistik jawa, atau pola sopan santun tradisional. Mereka saling menghormati karena seolah memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Adapun perbedaan pendapat diselesaikan dengan cara menambal kekurangan argumen teman yang lain atau menyalahkan sekaligus membenarkan.

Melihat suasana ini sungguh menyenangkan bagi saya. Para pemuda berkumpul dengan kualitas tempat se-adanya, namun mereka membicarakan hal yang "mewah" secara intelektual. Daya kritis sungguh digunakan dalam forum ini tanpa adanya ekspresi sentimen. Setiap orang bebas mengutarakan gagasan seperti apa yang telah mereka pelajari dari buku yang dibaca dan menilai realitas hari ini. Tidak ada yang menyombongkan kedudukan atau pencapaian yang didapat dari pengalaman pribadi. Semuanya setara!! tapi saling hormat!!

Dari sudut pandang aksesoris, orang-orang dalam pertemuan ini memakai aksesoris ala-aktivisme oposisi yang kemudian dimix dengan style ala-seniman sastra. Hal itu terlihat dari gaya rambut, pakaian, gelang, topi, dan lain-lain. Buku-buku di tengah mereka menunjukan literatur mereka merupakan literatur analitis kritis, neo-marxis, dll.

Segi interaksi mereka mencerminkan bentuk solidaritas kelas. Satu-sama lain merasakan rasa persaudaraan karena ikatan tertentu, entah itu ideologi atau visi-misi yang sama. Jika dilihat sekilas, sepertinya tidak mungkin orang-orang ini berkumpul karena ikatan administratif seperti halnya kelas kuliah. Mereka berkumpul karena sukarela dan adanya ikatan emosional dan ideologis tertentu.

Aku mengira perkumpulan ini diikat dengan adanya solidaritas horizontal. Solidaritas horizontal nampak dari mereka yang menganggap satu-sama lain itu setara dan memiliki tujuan yang sama. Sehingga pertemuan kecil ini diisi tanpa adanya tekanan. Menurut Francis Fukuyama, Solidaritas Horizontal hadir setelah solidaritas tradisional mulai luntur. Meski keduanya sama-sama diikat dengan adanya nilai-moral bersama, Solidaritas Horizontal tidak dirawat (agar awet dan berumur panjang) dengan mengandalkan tekanan atau pemujaan pada yang vertikal. Solidaritas Horizontal juga semakin diperkuat tatkala ikatan yang dibuat oleh sistem administratif memberikan kekecewaan dengan berperilaku tidak adil. (Fukuyama, F. 1996).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun