Mohon tunggu...
Alkautsar HolzianAkbar
Alkautsar HolzianAkbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Sosiologi/Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Buku sejarah dan filsafat adalah 2 genre buku yang sangat saya gemari. Walaupun saya suka pilih-pilih penulis mana yang bukunya saya anggap "nyaman" untuk dibaca. Buku-buku yang nyaman untuk dibaca memang banyak. Namun, menuliskan teori filsafat atau sebuah peristiwa dalam sejarah dengan detail tetapi "nyaman" untuk dibaca bukan pekerjaan mudah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polemik Berbahasa dan Identitas budaya: Apa Hanya karena Cative Mind?

21 September 2024   02:07 Diperbarui: 21 September 2024   02:12 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jepang adalah salah satu bukti. Mau tidak mau  masifnya kebudayaan Jepang di panggung internasional harus diakui. Ada sekitar 600 sekolah bahasa didirikan oleh badan hukum pendidikan dan perusahaan di Jepang. Tidak hanya mempelajari bahasa Jepang, bahkan di sekolah-sekolah itu terdapat program pengembangan bahasa Jepang untuk kepentingan bisnis. 

Bukan cuma komitmen di lembaga pedidikan, industri kebudayaan yang menghasilkan produk digital seperti manga dan anime juga demikian. Sehingga kini muncul fenomena bernama "Wibu" di dalam negeri dan beberapa negara lain.  Produk industri hiburan inilah yang membuat kita tidak asing dengan kebudayaan Jepang di manca internasional.

Dari sini dapat dilihat bahwa Komitmen dari pemerintah dan pasar hiburan merupakan faktor penting. Pemerintah perlu lebih memaksimalkan program pengembangan bahasa Indonesia baik melalui lembaga pendidikan ataupun industri hiburan. Dukungan dari pemerintah menjadi penting karena bakat saja tidak cukup untuk menaikan nama budaya dan bahasa indonesia di panggung internasional.

Jae Hyok Shin, seorang profesor ilmu politik dan hubungan internasional Korea university, dalam workshop berjudul "Building Bridges: Assessing the Past and Shaping the Future of Indonesia-Korea Relations" di Jakarta, mengatakan bahwa peran pemerintah Korea selatan sangat penting dalam perkembangan industri hiburan di Korea. Pada tahun 1990, pemerintah Korea mendukung industri hiburan dengan investasi besar. Manfaatnya di era digital saat ini, identitas kebudayaan korea menjadi begitu maju dan tidak kalah dengan budaya barat.

Kebudayaan Indonesia juga punya peluang yang sama. Kebudayaan bahasa kita dapat diperkuat jika pemerintah dan pasar hiburan mau berkomitmen dalam mereproduksi produk-produk kebudayaannya. Jangan berharap bahasa Indonesia bisa setara atau mengalahkan masifnya budaya asing, jika pasar hiburan dalam negeri hanya tunduk pada budaya populer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun