Mohon tunggu...
Rofie El-Muhir
Rofie El-Muhir Mohon Tunggu... -

Aku adalah seorang mahasiswa jurusan sastra Inggris di Kampus UIN Bandung, selain kuliah aku aktif di berbagai organisasi baik esxtra maupun intra kamupus diantaranya, Senat mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora, Teater Awal Bandung, Himpunan mahasiswa jurusan TBI ( Terjemah Bahasa Inggris)HIMKAS Bandung Raya, IMM ( Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ) IRFANI ( institute for religion and future analizys )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengetahuan dan Kesadaran

30 Desember 2010   18:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengetahuan dan Kesadaran

Saat kita berbicara, terkadang keindahan kata-kata bisa membawa para pendengar pada ruang yangimajiner. Dari paragrap awal, kita telah disodori pada realitas yang ada disekeliling kita. Sebut saja Sidik (bukan siapa-siapa), ketika dia berbicara di depan para agamawan, sosoknya seperti orang soleh yang taat pada agamanya. Hingga akhirnya seluruh pendengar menyimpulkan dia sebagai orang yang benar-benar soleh. Namun dibalik itu saat dia menyatu dengan para akademisi, layaknya para intelektual muda yang menggebu–gebu akan ilmu pengetahuan.

Dari dua kejadian itu (mungkin banyak kejadian lain), penulis hanya mencoba merefleksikan hasil perenungan saat kegalauan menimpa penulis. Tidak sedikit kehidupan telah mengajari pada kita bagaimana seharusnya hidup yang baik menurut banyak orang, itu bisa terbukti jika apa yang kita ucapkan(amal ma’ruf nahi munkar) bisa sesuai dengan prilaku. Ada beberapa karakteristik orang yang menjalani kehidupanya. Pertama diatahu danmenyadari bahwa dirinya orang yang tahu, tipeseperti ini biasanya hanya segelintir orang yang benar-benar bisa menyatukan antar ilmu dan prilaku.

Coba kita lihat guru (seharusnya digugu dan ditiru), dia tahu bahwa dirinya orang yang tahu dari berbagai ilmu termasuk ilmu agama, kemudian dia pun menyadari akan posisinya sebagai guru dengan prilaku yang baik seperti; tidak menipu murid, tidak menerima suapan dari orang tua murid, tidak memakai kekerasan, tidak melakukan assusila, dan lain-lain. Sebenarnya bukan hanya pada sosok guru saja, bisa jadi jika kita sebagai orang yang tahu akan kebaikan, maka kita pun harus mencerminkan perilaku yang baik disitulah letak kesadaran dari orang yang tahu ilmunya. Dari itu, apa yang sekarang kita lakukan hendaknya dikembalikan pada diri kita masing-masing. Sudahkah perilaku kita sesuai denga ucapan.

Kedua diatahu tapi tidak menyadari bahwadirinya orang yang tahu, miris rasanya jika orang-orang pintar hanya memanpaatkan kepintaranya untuk menindas orang-orang kecil. Kita sering melihat di media masa, orang-orang yang duduk di pemerintahan terlibat korupsi, penulis pikir mereka-mereka itu adalah orang yang tahu ilmu pemerintahan. Tapi, kenapa sikapnya tidak terpuji, inilah karakteristik yang kedua yaitu tahu ilmu tapi tidak sesuai dengan kehidupannya alias tidak menyadari. Jika karakter seperti ini ada di diri kita, mari kita niatkan untuk berubah agar orang-orang didekat kita tidak menjauh dan tidak mencemooh kita. Ketigadia tidak tahu danmenyadari bahwadirinya tidak tahu, teman penulis bertanya pada dosenya;apa itu teori behaviorisme? Serentak teman sekelasnya menertawakan dia, satu sisi teman saya agak kurang daya ingatnya satu sisi juga dia telat masuk kelasnya.

Namun dari sikap tadi sebebanarnya teman penulis sudah berani jujur pada dirinya sendiri, tanpa memperdulikan sikap teman-temanya. Orang seperti ini kalau dalam istilah Sunda lebih dikenal dengan sebutan bodo alewo sekalipun tidak tahu, maka sudah seharusnya kita berani bertanya sesederhana apapun pertanyaan jangan pernah malu untuk diungkapkan. Sadar karena ketidak tahuan adalah sikap yang harus kita miliki dalam kehidupan yang kita sedang jalani ini. Keempat dia tidak tahu dantidak menyadari bahwadirinya tidak tahu, pelbagai persoalan terkadang membuat kita menjadi setres karenanya, padahal jika kita bisa mengatasinya dengan sikap yang santai dengan pengetahuan kita, maka keluh kesahpun tak akan menimpa.

Dari kejadian tadi sebenarnya telah memberikan penjelasan pada criteria yang terakhir ini. Banyak teman penulis berbicara dengan lantang, padahal pembicaraanya hanya membuat pendengar malas untuk mendengarkanya. Tekadangan kita membicarakan apa yang tidak kita ketahui, ketika teman kita membetulkan pembicarankita secara sepontan kita pun tidak menerimanya.

Dengan demikian dari apa yang kita rasakan saat ini, seyogyanya harus bisa menyeimbangkan pengetahuan dan kesadaran dalam bersikap.

Penulis: Ketua Komisariat IMM UIN SGD Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun