Mohon tunggu...
Alkaf Prayoga
Alkaf Prayoga Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Jurusan Komunikasi & Penyiaran Islam

Ghost Writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tanah Air yang Berisik

1 Agustus 2024   22:42 Diperbarui: 2 Agustus 2024   02:33 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah gurun tandus yang terbakar terik, tanah mengerang,
Manusia menggali perut bumi, mencari emas dan bara api.
Apakah yang tersisa ketika pohon-pohon berbisik lirih,
Dan angin membawa bisikan leluhur yang dulu damai?

Di sebuah kafe yang sederhana, empat mahasiswa duduk melingkar. Asap kopi mengepul, menari dalam cahaya lampu yang redup. Amin, Chandra, Ardi, dan Jack terlibat dalam diskusi hangat yang dimulai dengan percakapan ringan tetapi segera berubah menjadi diskusi yang lebih dalam.

Amin: "Kalian dengar tentang tambang baru yang dikelola ormas besar itu? Katanya mereka dapat izin langsung dari presiden."

Chandra: "Ya, aku dengar. Ironis sekali, bukan? Pemerintah seolah menutup mata terhadap dampak ekologisnya. Seolah-olah, dalam mencari kesejahteraan, kita lupa pada amanat UUD 1945 yang menekankan kesejahteraan umum dan keadilan sosial."

Ardi: "Ini semua tentang ketamakan. Tambang bukan hanya sekedar lubang di tanah; itu adalah jurang ketidakadilan. Alam kita dieksploitasi, sementara penduduk lokal merasakan dampaknya paling parah."

Jack: "Aku setuju, Ardi. Ketamakan manusia memang tak berbatas. Dalam nama pembangunan, kita sering melupakan etika lingkungan. Filsafat menyebutnya sebagai 'Antroposentrisme', dimana manusia menempatkan dirinya sebagai pusat alam semesta."

Amin: "Sungguh tragis. Kita lupa bahwa alam adalah bagian dari identitas kita, seperti tertuang dalam nilai-nilai pancasila dan dalam ruh UUD 1945. Kita adalah penjaga, bukan perusak."

Di dalam hati, bisik alam semakin nyaring,
Ia berkata tentang keseimbangan yang terlupakan.
Mengapa manusia harus menghancurkan
Apa yang seharusnya dijaga dengan cinta dan rasa syukur?

Chandra: "Menurutku, kita perlu mengembangkan kesadaran ekologis. Ilmu pengetahuan telah mengungkapkan dampak dari eksploitasi yang tidak bertanggung jawab ini. Namun, jika hanya mengandalkan pemerintah, aku pesimis."

Ardi: "Satirnya, di negeri yang katanya berlandaskan hukum, aturan bisa ditekuk demi kepentingan segelintir pihak. Presiden, dengan mudahnya memberikan izin, seolah masa depan bangsa ini tidak penting."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun