[caption id="attachment_338604" align="aligncenter" width="605" caption="Salah satu pohon Baobab di Perpustakaan Pusat UI ketika baru diletakkan. (dhanusoftware.blogspot.com)"][/caption]
Hari Minggu pagi lalu, saya diajak anak saya jalan-jalan ke kampus UI di Depok. Jalan-jalan pagi di kampus tersebut memang sangat enak. Udaranya segar, suasana hijaunya masih masih sangat terasa, ada track untuk sepeda, jogging, juga ada acara senam bersama.
Pada saat itu, saya juga menyempatkan diri untuk menegok keadaan terkini beberapa pohon Raksasa Baobab yang ditanam di berbagai sudut di Kampus UI pada bulan Nopember 2010.
Dulu, ketika pertama kali menengok pohon-pohon tersebut pada awal tahun 2011, pohon-pohon tersebut terlihat mulai bersemi dan kelihatan sangat cocok dan nyaman berada di tempat baru. Daunnya yang kecil-kecil mulai tumbuh menghijau memenuhi batang dan dahan.
Pohon-pohon raksasa yang berdiameter 3,5-4,5 meter dan beratnya mencapai 50-120 ton, dengan tinggi menjulang sampai 30 meter tersebut semula ditanam dan tumbuh di lahan Kantor Regional I PT Sang Hyang Seri Sukamandi, Ciasem, Subang, Jawa Barat dan kebun tebu PT PG Rajawali II di Desa Manyingsal, Cipunagara, Subang, Jawa Barat.
Alasan pemindahan pohon tersebut, seperti disampaikan oleh Rektor UI Prof Dr Gumilar Rusliwa Somantri pada waktu itu adalah untuk keperluan riset, konservasi pohon tua dan untuk menjadikan Baobab sebagai tanaman produktif.
Pohon-pohon raksasa tersebut memang usianya sudah cukup tua, yaitu sekitar 160 tahun. Yang menanam adalah orang-orang Belanda pada saat membuka perkebunan tebu di daerah Subang. Bahkan ada dugaan terdapat pohon yang sudah berusia 700 tahun yang diperkirakan merupakan peninggalan penduduk setempat yang memperoleh bibit yang dibawa pedagang dari Timur Tengah.
Selain usianya yang sudah tua, pohon ini juga menyimpan potensi manfaat yang luar biasa. Daunnya bisa dijadikan lalapan yang lezat, mirip daun kemangi yang biasa digunakan makan pecel lele. Buahnya yang menyerupai cempedak juga lezat disantap. Â Kandungan vitamin C-nya juga tinggi, enam kali lebih banyak dari jeruk, potassiumnya enam kali lebih banyak dari pisang dan kalsiumnya dua kali lebih tinggi dari susu. Begitu pula zat besi, antioksidan dan magnesiumnya sangat banyak.
***
Saya membayangkan pohon-pohon Baobab tersebut kini tentu telah sangat rimbun. Daunnya rindang dan menjulang ke atas, batang-batangnya tambah besar, kokoh dan kuat dan mungkin juga sudah beranak pinak serta menambah hijaunya Kampus UI yang sudah hijau.
[caption id="attachment_325775" align="aligncenter" width="419" caption="Pohon Baobab di dekat Gedung Rektorat UI"]
[caption id="attachment_325779" align="aligncenter" width="433" caption="Pohon Baobab lain"]
Tetapi begitu menyaksikan keadaan pohon-pohon Baobab yang ada sekarang, saya menjadi sangat kecewa dan sedih. Semua pohon Baobab yang ada terlihat merana, batang pohonnya semakin mengecil dan kurus. Daun-daunnya juga meranggas tak serimbun yang saya saksikan tiga tahun lalu.
Keadaan seperti ini saya saksikan pada hampir semua pohon yang ditanam di Kampus UI, baik yang berada di sekitar gedung Rektorat, maupun yang ditanam di sekitar gedung Perpustakaan.
Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam waktu yang tidak lama lagi pohon-pohon raksasa tersebut akan mati. Jika hal itu terjadi, maka tujuan awal yang sangat mulia menjadikan UI sebagai lahan konservasi pohon tua tidak akan tercapai. Malah nanti UI bisa dibilang sebagai lahan pemusnahan pohon tua.
Jika memang pihak UI tidak sanggup untuk merawat dan menjaga kelangsungan hidup pohon Baobab tersebut, sebaiknya pohon-pohon tersebut dikembalikan saja ke tempat asalnya. Sebelum semuanya menjadi terlambat karena pohon-pohon tua mati merana. Kalau hal itu benar-benar terjadi, maka penyesalan tidak akan berguna lagi.