Kutacane tidak bisa dilepaskan dari Sungai Alas atau orang setempat menyebutnya dengan Lawe Alas. Begitu juga dengan saya dan rombongan yang tergabung dalam rombongan Jamaah Tabligh selama 4 bulan dikirim ke Kutacane pada tahun 1990, atau kira-kira 31 tahun lalu.
Di beberapa kesempatan, waktu itu kami dikirim ke wilayah yang dekat dengan Sungai Alas. Saat senggang, kami biasa mandi di sungai yang arusnya cukup deras dan dalam ini.
Saya yang tidak begitu bisa berenang sempat tenggelam saat mandi di salah satu sudut sungai. Saya juga pernah mencoba beberapa kali menyeberangi sungai. Agak ngeri juga, meskipun akhirnya sampai juga di seberang.
Saya kagum dengan ibu-ibu penduduk setempat di sekitar sungai ini. Mereka dengan santai menyeberangi sungai sambil menggendong anak dan membawa barang-barang hasil panen. Siapa bilang ibu-ibu kita tidak hebat?
Masih Seperti Dulu
Sungai Alas yang saya kunjungi kali ini, masih seperti dulu. Jika bukan hari hujan, airnya cukup jernih dan langsung akan berubah menjadi coklat ketika hujan turun. Di beberapa tempat, sungai ini terlihat menyimpan banyak misteri.
Sungai Alas terkenal sebagai lokasi olahraga yang menantang adrenalin, arung jeram. Lokasi ini sudah terkenal hingga ke mancanegara dan menjadi tempat event dan kompetisi arung jeram bertaraf internasional.
Taman Nasional Gunung Leuser, dimana Sungai Alas mengalir merupakan tempat hidup berbagai flora dan fauna. Kita bisa menyaksikan monyet, orang utan, dan berbagai jenis burung dan kupu di tempat ini.
Sungai Terpanjang dengan Berbagai Nama
Sungai Alas merupakan sungai terpanjang di Aceh. Bentangannya melewati Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Singkil dan Kota Subulussalam hingga ke wilayah Sumatera Utara.Â