Selama berpuluh-puluh tahun, takbir keliling selalu dilaksanakan di Yogyakarta, terutama di lingkungan tempat mertua saya tinggal di daerah Kricak, Yogya utara.
Tak pernah ada pernyataan kontroversial yang bersifat pro-kontra tentang boleh tidaknya takbir keliling dilaksanakan, baik dari pejabat pemerintah maupun dari ormas-ormas keagamaan yang ada.
Takbir keliling ini telah menjadi tradisi wajib di tempat tersebut. Rutenya adalah mengelilingi kampung yang berada di sekitar masjid.
Jangan bayangkan ada kebut-kebutan motor dan suara knalpot yang meraung-raung saat takbir tersebut. Juga tak akan ada suara speaker yang memekakkan telinga. Apalagi ledakan mercon dan atraksi orang menyemburkan api dari mulut-mulut peserta takbir. Semuanya berjalan dengan suasana khusyu dan penuh kegembiraan.
Hadiah Tim Terbaik
Yang menarik, takbir keliling ini selalu dilombakan setiap tahunnya. Ada tim PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) tingkat kecamatan yang menjadi juri dalam pelaksanaan takbir keliling tersebut.
Pengumuman pemenang lomba takbir keliling diumumkan pada saat pelaksanaan shalat id keesokan harinya. Kepada pemenang akan diberikan hadiah pembinanaan. Hadiah ini bisa menjadi salah satu pendorong yang membuat setiap tim peserta takbir keliling menampilkan tim terbaiknya.
Sebenarnya jika setiap takbir keliling direncanakan dengan baik. Pelaksanaannya juga dikoordinasikan antara berbagai pihak, maka takbir keliling ini juga bisa menjadi salah satu perekat umat dan masyarakat.
Pelaksanaan takbir keliling ini juga bisa menjadi tontonan yang menghibur yang bisa dinikmati seluruh anggota masyarakat, tidak hanya yang beragama Islam tapi juga umat beragama lain. Tidak perlu ada kecurigaan dan kekhawatiran akan jatuhnya korban dari pelaksnaan takbir keliling ini.