Di antara tujuan ziarah yang ditawarkan oleh pembimbing haji kami selama tinggal di Makkah adalah mengunjungi gua Hira.
Gua ini mempunyai kedudukan penting dalam sejarah Islam, di sinilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Alqur’an yang pertama, yaitu Surat Al‘alaq 1-5. Nabi Muhammad SAW yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, dipaksa sampai tiga kali oleh Malaikat Jibril untuk membaca ayat tersebut. Hingga beliau berkata, “ma ana bi qariin”, saya bukanlah seorang yang pandai membaca.
[caption id="attachment_294635" align="aligncenter" width="520" caption="Jabal Nur tempat dimana Gua Hira berada (Sumber : panoramio.com)"][/caption] Gua Hira terletak di Jabal Nur (Gunung Cahaya), sekitar 6 km sebelah utara Masjidil Haram, Makkah. Tinggi gunung ini 281 m dengan panjang pendakian sekitar 645 meter. Sebenarnya tidak terlalu tinggi, tetapi medannya cukup berat. Untuk bisa mencapai gua tersebut, kita harus mendaki bebatuan yang terjal dengan sudut kemiringan yang cukup tajam. Karena alas an itulah pembimbing haji kami hanya menawarkan trip ini kepada orang-orang yang dipandang punya kesiapan mental dan fisik yang prima.
Dari jumlah jamaah 442 orang, hanya sekitar 70 orang yang ikut dalam pendakian tersebut. Banyak di antara mereka yang masih muda pun ternyata tidak punya nyali untuk ikut dalam pendakian tersebut, malah beberapa orang yang umurnya sudah cukup tua memberanikan diri ikut naik ke atas.
Alhamdulillah, saya berdua dengan istri bisa ikut dalam rombongan tersebut. Semula, istri saya kurang tertarik karena membayangkan medan pendakian yang cukup berat. Setelah saya bercerita betapa pentingnya gua ini dalam sejarah Islam, Nabi SAW juga beberapa kali mengunjungi gua ini dan bahwa bapak saya yang sudah cukup sepuh juga menyempatkan diri mendaki gua ini, ketika naik haji pada tahun 2003 lalu, dia menjadi bersemangat.
[caption id="attachment_294636" align="aligncenter" width="520" caption="istri saya berpose bersama jamaah Turki"]
Saat dini hari tersebut rombongan kami termasuk rombongan pertama yang naik. Di jalan kami juga bertemu dengan rombongan-rombongan kecil yang juga punya tujuan sama, diantaranya dari Turki dan Bangladesh.
Sekitar 1 jam, dengan susah payah bahkan sempat dua kali muntah,alhamdulillah akhirnya sampai juga di tempat yang dituju. Karena beratnya medan, beberapa anggota rombongan kami ada menyerah di tengah jalan dan kembali karena merasa tak kuat lagi melanjutkan perjalanan.
Semula kami mengira letak Gua Hira berada tepat di puncak Jabal Nur. Ternyata tidak, setelah sampai di puncak, kami harus turun sedikit lagi untuk mencapai gua tersebut. Letak Gua Hira tepat berada di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit dengan ketinggian sekitar dua meter. Di bagian ujung kanan gua terdapat lubang kecil yang dapat dipergunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung arah Makkah.
Panjang gua sekitar tiga meter dengan lebar sekitar satu setengah meter dengan ketinggian sekitar dua meter. Gua ini hanya cukup digunakan untuk shalat dua orang. Di bagian kanan gua terdapat teras dari batu yang hanya cukup digunakan untuk shalat dalam keadaan duduk.
[caption id="attachment_294639" align="aligncenter" width="520" caption="Antrian di pintu Gua Hira"]
Sayang gua tersebut kesannya tidak terurus, di sana-sini terdapat banyak coretan yang sebenarnya tidak perlu ada di situs bersejarah semacam Gua Hira. Tepat di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat warna merah, lalu di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau. Tulisan tersebut juga tidak ditulis dengan kaligrafi yang indah.
Keadaan seperti ini bisa terjadi tak lepas dari faham keagamaan yang dianut oleh kerajaan Saudi yang memang tidak begitu menghiraukan situs-situs peninggalan sejarah Islam.
Bahkan tepat di lereng Jabal Nur, terdapat peringatan yang ditulis dalam berbagai bahasa yang isinya berupa peringatan bahwa mendaki Gua Hira adalah termasuk perbuatan bid’ah, sesuatu yang baru yang dilarang dalam agama.
Meskipun demikian, peringatan tersebut tidak mampu mengurangi minat jamaah haji dari berbagi negara untuk menapaktilasi apa yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW, lebih dari 14 abad yang lalu.
Kalau Nabi SAW sendiri beberapa kali mengunjungi Gua Hira, apakah perbuatan beliau tersebut juga bisa dikategorikan sebagai bid’ah ya ?
Catatan haji lainnya :
1. Bakhutmah, Kawasan Pemondokan Haji di Kota Makkah
2. Di Makkah, Harga Air Kencing Unta Lebih Mahal dari Harga Susu Unta
3. Bagaimana Cara Jamaah Haji Makan Selama di Tanah Suci
4.Menengok Bekas Rumah Abu Jahal
5. Beda Perlakuan Terhadap Jamaah Haji dengan PesawatGaruda Dan Saudia
6. Naik Haji, Mandiri atau Ikut KBIH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H