Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Selalu Kangen Martabak HAR, Kuliner Khas Palembang

13 Januari 2014   10:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:53 4656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman tinggal di Palembang selama tiga tahun, dari 2001 hingga 2004, ternyata juga mempengaruhi selera makan saya. Sebelumnya, selama tinggal di Jawa, saya biasanya hanya menyantap masakan Jawa yang disiapkan oleh ibu atau istri saya.

Begitu pindah ke Palembang, mau tidak mau saya harus beradaptasi dan membiasakan diri dengan kuliner setempat. Kalau tidak, saya tentu akan mengalami kesulitan. Mencari makanan Jawa di Palembang, tentu tidak mudah.

Di Palembang, hampir setiap minggu pasti ada teman atau tetangga yang mengundang hajatan di tempat mereka. Di samping itu, pekerjaan saya juga mengharuskan saya sering jalan-jalan ke seluruh pelosok wilayah Sumatera Selatan.

Untuk urusan jalan-jalan tersebut biasanya saya pergi berombongan bersama beberapa teman kantor. Kadang-kadang seminggu di Jambi, lalu dua minggu di Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung atau di wilayah Sumatera Selatan sendiri. Hampir semua tempat di lima wilayah propinsi tersebut sudah saya jelajahi. Biasanya kami mengendarai mobil dinas dengan seorang sopir khusus yang sangat berpengalaman menjelajah wilayah Sumatera bagian selatan.

Pertama-tama mencicipi berbagai kuliner Palembang terasa agak aneh di lidah saya, lama-lama menjadi terbiasa, bahkan akhirnya menjadi sangat suka. Beberapa kuliner Palembang yang akrab di lidah saya antara lain pempek, tekwan, model, mie celor, pindang patin, pindang tulang, tempoyak, lempok, engkak, maksuba, ragit, kue delapan jam dan malbi.

Saat paling baik untuk bisa menjelajahi kuliner Palembang adalah saat Idul Fitri tiba. Pada hari istimewa tersebut, di setiap rumah penduduk akan dihidangkan berbagai makanan lezat dan kita bebas untuk menikmatinya.

Karena itu, ketika harus pindah ke Jakarta, salah satu hal yang membuat saya kehilangan adalah kesempatan untuk terus menyantap kuliner Palembang yang lemak nian. Saya selalu kangen dengan kuliner Palembang, salah satunya yang selalu membuat saya kangen adalah martabak HAR.

***

Sebelum bercerita lebih lanjut tentang martabak HAR, mungkin ada baiknya juga jika kita mengetahui asal usul nama kenapa martabak tersebut dinamai dengan nama martabak HAR. HAR adalah kependekan dari nama Haji Abdul Rozak, orang yang menemukan formula dan resep martabak ini. Dia adalah seorang penjual makanan keturunan India yang tinggal dan beristrikan wong Palembang.

Rumah makan martabak HAR pertama berdiri sejak 7 Juli 1947 di Jalan Sudirman Palembang. Sampai saat ini rumah makan tersebut masih berdiri dengan tegak. Kini, rumah makan yang menjual martabak HAR tumbuh dimana-mana, ada yang masih dikelola oleh keluarga Haji Abdul Rozak, ada juga yang dikelola orang lain, terutama mereka yang pernah bekerja di martabak HAR. Haji Abdul Rozak sendiri sudah meninggal pada tahun 2001.

Lalu apa keistimewaan martabak HAR dan apa bedanya dengan martabak Kubang, martabak Malabar atau martabak telur lainnya ?

Dibanding martabak-martabak yang lain, menurut saya, martabak HAR adalah yang paling sederhana dalam cara pembuatannya. Untuk membuat martabak HAR tidak diperlukan cincangan daging, bawang bombay, daun bawang atau yang lainnya. Cukup menyiapkan adonan untuk kulit yang biasanya sudah dibentuk bulat dan telur bebek atau telur ayam untuk isi martabak tersebut.

[caption id="attachment_305691" align="aligncenter" width="520" caption="Mengolah Martabak HAR"][/caption] Adonan kulit yang terbuat dari campuran terigu, minyak, telur dan garam, dipipihkan dengan telapak tangan agar adonan tersebut menjadi lebar. Setelah itu kedua ujung adonan dipegang lalu diputar dari sisi kiri kekanan berulang-ulang sehingga adonan menjadi tipis dan lebar dan siap untuk dijadikan kulit martabak.

Kemudian, ambil dua butir telur mentah dan keluarkan isinya lalu tuangkan di atas kulit martabak tersebut. Setelah itu kulit yang sudah ada isi telurnya tersebut dilipat menjadi persegi empat lalu digoreng di atas wajan penggorengan.

Jika kulitnya sudah menguning dan telur di dalamnya sudah matang, martabak HAR siap untuk disajikan.Cara menghidangkan martabak HAR juga berbeda dengan martabak lain. Jika martabak lain biasanya dihidangkan dengan saus dan cabe rawit, maka untuk martabak HAR akan dihidangkan dengan kuah kare kentang dan daging serta cuka yang dibubuhi irisan cabe hijau.

[caption id="attachment_305676" align="aligncenter" width="520" caption="Martabak HAR siap disantap"]

1389580752402461323
1389580752402461323
[/caption] Di Palembang, penjual martabak HAR bisa kita temui hampir di setiap sudut kota. Makanan ini bisa dinikmati kapan saja, pagi, siangatau malam. [caption id="attachment_305679" align="aligncenter" width="520" caption="Saat menyantap, kuah kare bisa dituang atau dipisah"]
1389580879584795380
1389580879584795380
[/caption]

Untungnya, meskipun tinggal jauh dari Palembang, saat ini saya masih bisa menemukan restoran yang menyediakan menu martabak HAR ini di Jakarta, tepatnya di berada di Jalan Hayam Wuruk No 19 Jakarta Pusat, sebelah timur halte bus Trans Jakarta di Harmoni.

[caption id="attachment_305690" align="aligncenter" width="518" caption="restoran Martabak HAR Jakarta"]

1389583049969418584
1389583049969418584
[/caption] Di restoran tersebut, satu porsi martabak HAR dengan telur bebek dihargai Rp 20.000, sementara satu porsi martabak dengan telur ayam harganya Rp 18.000. Sebagai teman untuk menyantap martabak HAR, kita juga bisa memesan kopi tarik,teh tarik atau minuman lainnya.

Setiap kali saya kangen dengan martabak HAR, maka saya akan lari ke restoran tersebut.Dengan cara ini, kerinduan saya terhadap martabak HAR sedikit bisa terobati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun