Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Selfie Saat Beribadah Haji, Bagaimana Menurut Anda?

8 Oktober 2014   20:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:51 2085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memotret diri sendiri dan kemudian mengunggah ke media sosial  atau berselfie ria saat ini telah menjadi fenomena yang merata di seluruh dunia. Hampir semua kegiatan bisa dijadikan sarana bernarsis ria dengan cara selfie ini, termasuk saat menunaikan ibadah haji di tanah suci.

Sebelum berangkat haji tahun 2013 lalu, saya mencoba membaca banyak referensi soal selfie dan potret-memotret saat beribadah haji. Ada pendapat yang cukup tegas dan keras melarang soal selfie dan memotret ini. Ada ulama dari Arab Saudi menghimbau agar selama melakukan ibadah haji, para jamaah tidak banyak melakukan selfie karena bisa memunculkan sifat riya dan pamer yang bisa merusak tujuan ibadah haji itu sendiri.

Ada juga pendapat lain yang membolehkan. Mereka memandang selfie adalah sebagai salah satu cara para jamaah untuk mengungkapkan rasa syukur karena bisa berangkat ke tanah suci dan mereka ingin membagi kegembiraan tersebut kepada saudara-saudaranya di tempat lain yang tidak bisa hadir ke tanah suci.

Mana diantara dua pendapat tersebut yang akan kita pilih, semuanya tergantung pilihan, pendapat dan sikap kita masing-masing. Saya sendiri mencoba mengambil jalan yang menurut saya pas untuk masalah ini.

[caption id="attachment_346648" align="aligncenter" width="520" caption="Narsis bersama rombongan di Jabal Magnet "][/caption]

Memotret tempat baru, orang-orang asing dan budaya asing adalah obyek yang sangat menarik dalam fotografi. Tetapi ketika itu menyangkut kegiatan dan tempat-tempat ibadah, maka kita harus pintar-pintar menyesuaikan diri. Agar niat kita beribadah tetap terjaga dan tidak mengganggu suasana khusyu’ dan sakral dalam kegiatan tersebut.

Kontroversi soal potret memotret ini muncul tidak hanya saat haji saja. Beberapa waktu lalu saat peringatan Waisyak di Candi Borobudur juga ada keluhan terhadap sebagian aktivitas para fotografer yang dianggap mengganggu kegiatan ritual.

Selama berada di Makkah dan Madinah tahun lalu, saya berusaha mengambil batas tegas untuk tidak mengambil gambar ketika berada di dua tempat atau keadaan berikut ini. Pertama, saat sedang berada di dalam Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah. Saya ingin menghormati kedudukan dua masjid mulia tersebut. Salah satu caranya untuk saya pribadi adalah dengan tidak mengambil gambar atau suasana di dalam masjid. Selama berada di kedua masjid tersebut, saya hanya mengambil foto dan kegiatan yang berada di luar masjid saja.

Kalau dilihat dari sisi fotografi, sebenarnya banyak sekali obyek menarik yang bisa dibidik di dalamnya, misalnya interior masjid yang sangat indah, sudut-sudut Ka’bah, suasana shalat berjamaah, thawaf, sa’i, suasana jamaah yang datang berebutan di Raudhah, berebutan mencium hajar aswad dan lain sebagainya. Teknik-teknik fotografi semacam panning, freezing, street photography, landscape, potret dan lain sebagainya semuanya bisa dicoba disini.

Kedua, demi menjaga kekhusyuan dan sakralitas ibadah, saya tidak akan memotret diri sendiri atau orang lain saat sedang melaksanaan ibadah haji yang bersifat rukun atau wajib. Misalnya saat pindah dari Madinah ke Makkah saya tidak mengambil gambar di Masjid Bir Ali karena saat itu semua jamaah haji sudah memulai ihram untuk melaksanakan umrah haji.

Demikian juga saat thawaf dan sai, disamping mengambil tempat di dalam Masjidil Haram, saat itu juga sedang dalam suasana melaksanakan ibadah. Juga saat menjalani wukuf di Arafah dan melempar jumrah di Mina. Gambar-gambar yang saya ambil di tempat tersebut adalah setelah saya menyelesaikan ibadah, bukan ketika sedang melaksanakan ibadah.

[caption id="attachment_346649" align="aligncenter" width="520" caption="Narsis di Museum Haramain Makkah"]

14127502151102009572
14127502151102009572
[/caption]

Dua pantangan di atas khusus saya terapkan untuk diri saya. Di lapangan, banyak dijumpai jamaah yang tetap asyik berselfie ria ketika sedang berada di dalam masjid atau pada saat melaksanakan berbagai ibadah yang termasuk rukun atau wajib haji.

Saya tentu saja tidak bisa dan tidak akan melarang mereka melakukan itu. Masing-masing punya pendapat dan sikap sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lain. Bagaimana para Kompasianer memandang masalah ini ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun