Dalam peningkatan efisiensi energi, ketahanan energi, dan konservasi energi sektor transportasi, dan terwujudnya energi bersih, kualitas udara bersih dan ramah lingkungan, serta komitmen Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca, pengembangan kendaraan listrik berperan penting. Pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) mentargetkan penggunaan energi fosil akan berkurang dari 50% di tahun 2013 menjadi 25% di tahun 2025 dan menjadi 20% di tahun 2050.Â
Sedangkan penggunaan EBT ditargetkan mengalami kenaikan dari 6% di tahun 2013 menjadi 23% di tahun 2025 dan menjadi 31% di tahun 2050.Dalam peningkatan efisiensi energi, ketahanan energi, dan konservasi energi sektor transportasi, dan terwujudnya energi bersih, kualitas udara bersih dan ramah lingkungan, serta komitmen Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca, pengembangan kendaraan listrik berperan penting.Â
Pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) mentargetkan penggunaan energi fosil akan berkurang dari 50% di tahun 2013 menjadi 25% di tahun 2025 dan menjadi 20% di tahun 2050. Sedangkan penggunaan EBT ditargetkan mengalami kenaikan dari 6% di tahun 2013 menjadi 23% di tahun 2025 dan menjadi 31% di tahun 2050.
Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk industri kendaraan bermotor listrik untuk mempercepat pertumbuhan dan memperbesar skala, dimana sinkronisasi rantai nilai kendaraan listrik menjadi salah satu kendala yang dihadapi, dimana strategi OEM untuk mengembangkan dan mempromosikan kendaraan listrik tidak selalu sinkron atau didukung dengan baik seluruh pemain di ekosistem rantai pasok. Â
Selain itu, terdapat 4 (empat) kendala utama yang dihadapi OEM pada pasar yaitu: regulatory environment, customers, EV infrastructure dan EV business case & profitability. Keseriusan pemerintah dalam mendukung percepatan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBL-BB) ditunjukkan pada Perpres No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai yang resmi diundangkan pada 12 Agustus 2019.Â
Dimana pengertian Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL) berbasis baterai adalah kendaraan yang digerakkan dengan motor listrik dan mendapatkan pasokan sumber daya tenaga listrik dari baterai secara langsung di kendaraan maupun dari luar. Pemerintah menargetkan pada tahun 2025 sekitar 25 persen atau 400 ribu unit kendaraan Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) ada di pasar Indonesia.
Permenperin No. 27 tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, menunjukkan dukungan terhadap pengembangan pasar dalam negeri dengan target capaian di 2020-2025 penciptaan pasar dalam negeri melalui Pilot Project KBL untuk studi komprehensif, mandatori pemanfaatan KBL di K/L, BUMN dan transportasi publik, pembentukan zonasi khusus KBL, mendorong pemanfaatan KBL di pulau 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) beserta pembangkit listrik dengan EBT, dan sosialisasi secara massif kepada masyarakat serta mempercepat ketersediaan charging station.Â
Sedangkan dukungan terhadap pengembangan industri ditunjukkan dengan target capaian di 2022-2030 sudah memproduksi charging station, KBL R4, dan R2 dengan skema CKD, IKD dan Part by Part. Sampai saat ini PLN sudah memiliki 32 titik SPKLU di 22 lokasi dan pilot project SPBKLU di 33 lokasi yang ada diberbagai kota. Sementara di tahun 2022, ditargetkan perusahan-perusahaan EV sudah mulai bergerak untuk melakukan produksi di Indonesia.
Namun sayangnya, pengembangan teknologi komponen utama dari KBL-BB tidak berbarengan dengan pengembangan pasar dan industri KBL-BB sendiri. Pengembangan teknologi komponen utama dalam hal ini Baterai, menjadi rencana target untuk tahun 2026-2030. Dari sisi hulu, ANTAM diketahui pada 2024 pabrik HPAL baru akan mulai beroperasi. Demikian juga untuk pabrik cathode dan precursor yang akan digarap oleh MIND ID dan Pertamina.Â
Lalu pada 2025, Pertamina dan PLN akan menjalankan pabrik cell to pack yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2025. Kebutuhkan akan baterai listrik tidak sedikit, seiring dengan munculnya kendaraan yang mengandalkan listrik.Â
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, dengan banyaknya cadangan mineral Indonesia, terutama produk nikel yang bisa menghasilkan baterai lithium pada produk turunannya, maka tidak menutup kemungkinan Indonesia menjadi negara nomor satu dalam pembuatan baterai mobil listrik. Tidak hanya nikel, Luhut menyebut produk mineral lainnya, bauksit, juga merupakan salah satu bahan dalam pembuatan lithium battery. Sejauh ini, Bauksit sedang berjalan di Bintan, Halmahera, dan di wilayah Kalimantan Barat.