Mohon tunggu...
Muhammad Al Jaelani
Muhammad Al Jaelani Mohon Tunggu... -

Love For All Hatred For None

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Karya Istriku

16 Desember 2010   00:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:42 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut ini adalah tulisan istriku tercinta Ida Farida Salma, seorang guru Sekolah Dasar Negeri di pinggiran kota Bandar Lampung.

Segala sesuatu di dunia harus ada tempaan agar sesuatu itu menjadi berguna. Kita lihat bagaimana apabila ada sebuah besi yang berkarat maka kita akan malas untuk memegangnya, tetapi ketika besi itu di tempa atau di manfaatkan menjadi barang yang berguna maka besi itu akan jadi barang yang bermanfaat dan sangat di butuhkan. Contohnya adalah sendok.

Sebagai manusia ada tahapan tahapan dalam hidup agar kita menjadi manusia yang berguna, bermanfaat dan tegar dalam menghadapi hidup. Contohnya dalam menghadapi sebuah ujian atau cobaan maka kita harus selalu bertawakal kepada ALLAH S.W.T., mengapa orang eropa dan orang di luar sana bisa maju, karena mereka selalu menempa dirinya dan selalu berfikiran positif. Jika kita mempunyai perasaan ragu maka pikiran kita juga akan menjadi tertunda. Seperti sebuah cerita kepompong yang ingin menjadi kupu-kupu: Ada dua kepompong, di dalam selaput kepompong mereka merasa sangat tidak nyaman dengan udara yang pengap mereka menjalani hari hari menanti saat tiba waktunya mereka keluar dari kepompong untuk kelihat dunia dan menjadi kupu-kupu yang cantik. Salah satu dari kepompong itu ada yang selalu mengeluh, dia sudah sangat tidak sabar ingin cepat keluar dari kepompong yang selalu menyiksanya dari hari ke hari, sedangkan kepompong yang satu lagi tetap sabar menanti, dia terus mempersiapkan diri dan selalu bertawakal dan sabar dalam menjalani ujian dari ALLAH. Hingga tibalah hari yang dinanti oleh mereka, tetapi masih ada ujian yang harus mereka lewati lagi agar mereka menjadi kupu kupu yang indah nantinya, ujian ini jauh lebih berat dari ujian yang mereka lewati sebelumnya, mereka harus melewati sebuah lubang yang kecil, lubang tersebut sangat kecil dan sempit, sehingga tubuh mereka sangat sakit, dengan susah payah mereka melewati lubang tersebut, dengan rasa sakit yang harus terus menerus mereka rasakan. Tiba-tiba ada seorang anak yang melihat penderitaan mereka, kemudian anak tersebut mengambil sebuah pisau dan melebarkan lubang yang dilewati oleh kepompong yang suka mengeluh, hingga ia bisa keluar dengan mudahnya. Sedangkan kepompong yang satu lagi masih terus bersusah payah untuk keluar dari lubang yang kecil dan sangat meyakitkan itu, hingga tibalah hari hari yang sangat dinanti oleh kepompong tersebut. Ia keluar dari lubang dan mempunyai sayap yang sangat cantik hingga ia bisa terbang dengan sesukanya untuk menghisap madu dari bunga-bunga yang cantik.

Lalu kemana kepompong yang satu lagi? ternyata ia hanya menjadi seekor ulat, ia gagal menjadi kupu kupu yang cantik karena ia tidak melewati suatu proses, karena di saat ulat melewati sebuah lubang yang kecil dan sangat menyakitkan, di sanalah proses terbentuknya sayap bagi kupu kupu, sedangkan kepompong tersebut tidak melewati proses tersebut. Sehingga kini ia hanya menjadi ulat yang tidak berguna, menjadi seekor kupu-kupu yang cacat yang kemudian mati, Karena ia tidak mau sabar dalam menjalani tempaan dan proses untuk menjadi seekor kupu-kupu.

Dari cerita tersebut kita mendapat pelajaran, bahwa di dalam menjalani hdup kita harus melewati sebuah proses yang terkadang sangat menyakitkan tetapi kita harus sabar dan tabah dalam menjalaninya, karena proses tersebut akan membantu kita untuk menjadi manusia yang berguna di kemudian hari, bukan menjadi manusia yang selalu menyesali diri Karena ia tidak melewati proses yang seharusnya ia lewati, sehingga ia menjadi manusia yang gagal dalam menjalani kehidupannya. (YACE ,09)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun