Mohon tunggu...
alizafarwahzahira
alizafarwahzahira Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Limbah Farmasi Terhadap Kesehatan Lingkungan : Ancaman dan Solusi

20 Desember 2024   23:59 Diperbarui: 21 Desember 2024   06:37 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Limbah farmasi merupakan salah satu jenis limbah yang memiliki potensi bahaya besar terhadap kesehatan lingkungan. Limbah ini mencakup sisa obat-obatan, bahan kimia farmasi, dan produk medis lainnya yang tidak terpakai atau dibuang secara sembarangan. Di era modern, konsumsi obat-obatan yang tinggi, baik dalam sektor kesehatan maupun masyarakat umum, menimbulkan tantangan besar dalam pengelolaannya. Limbah farmasi yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari air, tanah, dan udara, sehingga memengaruhi kesehatan manusia dan ekosistem.

Limbah farmasi dihasilkan dari berbagai sumber, termasuk rumah sakit, apotek, pabrik farmasi, dan rumah tangga. Rumah sakit menjadi salah satu penyumbang utama, mengingat tingginya volume obat-obatan yang digunakan setiap hari. Selain itu, masyarakat sering membuang obat-obatan yang tidak terpakai atau kadaluarsa ke tempat sampah atau saluran air tanpa menyadari dampaknya. Limbah ini sering kali mengandung senyawa kimia aktif yang sulit terurai di lingkungan.

Limbah farmasi yang mencemari air menjadi perhatian serius. Ketika obat-obatan terbuang ke saluran pembuangan, zat kimia aktifnya dapat masuk ke sumber air seperti sungai, danau, atau bahkan air tanah. Akibatnya, kualitas air terganggu dan dapat membahayakan organisme akuatik. Sebagai contoh, residu antibiotik di air dapat menyebabkan resistensi antibiotik pada mikroorganisme, yang berdampak langsung pada kesehatan manusia.

Selain mencemari air, limbah farmasi juga dapat merusak tanah. Senyawa kimia berbahaya dalam obat-obatan dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan membunuh mikroorganisme penting dalam tanah. Lebih lanjut, keanekaragaman hayati juga terganggu ketika hewan yang bersentuhan dengan tanah tercemar mengalami gangguan kesehatan atau penurunan populasi. Polutan farmasi ini menciptakan efek berantai yang merugikan ekosistem secara keseluruhan.

Pencemaran lingkungan oleh limbah farmasi secara tidak langsung memengaruhi kesehatan manusia. Air minum yang tercemar dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk gangguan hormonal dan resistensi obat. Selain itu, paparan jangka panjang terhadap polutan farmasi dapat memicu risiko kanker dan masalah reproduksi. Oleh karena itu, penting untuk mencegah pencemaran ini sejak dini.

Beberapa negara telah mengembangkan kebijakan khusus untuk mengelola limbah farmasi. Misalnya, penerapan sistem "take-back" di apotek, di mana masyarakat dapat mengembalikan obat-obatan yang tidak terpakai untuk dikelola secara aman. Selain itu, regulasi ketat terhadap pabrik farmasi mengenai pembuangan limbah cair ke lingkungan juga diperlukan untuk mencegah pencemaran. Namun, implementasi kebijakan ini masih menghadapi berbagai tantangan.

Solusi inovatif diperlukan untuk menangani dampak limbah farmasi. Salah satu inovasi yang menjanjikan adalah pengembangan teknologi pengolahan limbah farmasi berbasis bioteknologi, seperti penggunaan enzim dan mikroba untuk memecah senyawa kimia berbahaya. Selain itu, edukasi masyarakat mengenai cara membuang obat dengan benar sangat penting untuk mengurangi limbah yang mencemari lingkungan.

Limbah farmasi merupakan ancaman serius bagi kesehatan lingkungan dan manusia. Namun, ancaman ini dapat diminimalkan melalui pengelolaan limbah yang baik, kebijakan yang efektif, dan penerapan solusi teknologi modern. Kerja sama antara pemerintah, industri farmasi, dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah ini, dampak negatif limbah farmasi dapat diatasi, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia.

REFERENCES

Alfarizky, A. (2023). Pengelolaan Limbah Medis Infeksius di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manap Kota Jambi (Doctoral dissertation, Teknik Lingkungan).

SUHAEYMI, S. (2024). SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PEMETAAN TITIK PENUMPUKAN SAMPAH DI KOTA LHOKSEUMAWE BERBASIS WEB MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (Doctoral dissertation, Universitas Malikussaleh).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun