Mohon tunggu...
Al Iz Kusuma
Al Iz Kusuma Mohon Tunggu... -

pen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Aku Pernah Jatuh Cinta

29 April 2015   23:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini, Aku berencana kembali ke malang, kota dimana Aku kuliah dulu. jaraknya lumayan jauh kira-kira 4 jam perjalanan dengan menggunakan motor, semua barang sudah Aku kemasi dan saatnya berangkat.

Perjalanan yang menyenangkan memang, karena di setiap sisi jalan kita di suguhi pemandangan pohon rindang yang hijau, terlebih saat melewati gunung pujon dan ngantang dengan jalan yang berliku, udara sejuk, pohon pinus dan jurang yang dalam, kita bisa melihat kota-kota yang berada di bawah kaki gunung, Aku sangat menikmati perjalanan ini.

Tapi perjalananku terhenti karena tiba-tiba saja terjebak macet, entah di desa apa ini, Aku tidak tahu jika karnaval peringatan kemerdekaan masih belum usai, padahal sekarang sudah awal september. ya sudahlah Aku coba untuk bersabar dan berjalan pelan mendahului rombongan karnaval itu, setengah jam sudah Aku berjalan pelan dan akhirnya ku dapati diriku makin kecewa saja, karena kutemui aspal jalan yang bertuliskan kata "start". jadi mulainya dari sini, ohh tidak. Belum lagi macetnya sangat parah karena jalanan ini memang sempit. kalau terlalu lama macet di sini bisa telat janji, jadi ku putuskan untuk mencari jalan alternatif saja dengan bertanya pada seseorang yang sedang asik menonton parade karnaval itu kemana arah jalan yang bisa mendahului parade karnaval tersebut.

Akhirnya Aku di tunjukkan sebuah gang kecil tepat di belakang tempat ia berdiri. "lewat sini saja bisa mas, mas lurus saja, nanti belok kanan ada mushola, na mas belok kanan lagi, itu sudah jalan raya lagi kok". "ohh gitu mas ya, makasih mas" jawabku. dengan sedikit usaha akhirnya Aku bisa menembus kerumunan orang yang sedang berjubel menutupi gang dan melanjutkan perjalanan sesuai petunjuk dari pria tadi, dan memang ku temui jalan raya tapi parade karnaval itu masih saja membuat jalanan macet hingga Aku mencoba lagi cara tadi untuk yang kedua kalinya. ohh tidak sepertinya usahaku sia-sia, sepertinya parade ini masih sangat panjang, sudah terlalu banyak waktu ku habiskan di sini, agak sedikit jengkel sebenarnya lalu ku putar balik saja arah motorku dan mencari rute lain dari dalam kampung, kalau bisa berjalan hingga 2 km pasti Aku bisa melewati parade itu batinku.

Ku perhatikan banyak juga pengendara motor yang ku rasa melakukan hal yang sama sepertiku, mereka berkendara dengan kecepatan tinggi padahal ini jalan dalam kampung, dan ku perhatikan mereka semua belok ke suatu gang yang menuju jalan raya tapi Aku abaikan saja dan tidak mengikuti mereka, dari pada nanti putar balik lagi mungkin lebih baik jika Aku terus saja mengambil rute dalam kampung ini agar lebih hemat waktu.

Lama sudah Aku menyusuri jalan ini dan yang ku dapati adalah jalan buntu, lengkap sudah. Kalau berbalik arah butuh waktu lama lagi. jadi ku putuskan beristirahat sejenak di sebuah pos kamling untuk melepas penat sekedar untuk minum dan menghisap sebatang rokok yang ku simpan dalam tas ranselku.

Namun, ada sebuah kejadian yang mengusik perhatianku sedari tadi. di arah jalan yang barusan ku lewati tadi, terlihat seorang anak laki-laki sedang berjalan sendirian. Ia memungut sesuatu dari tanah, yang bisa ku pastikan itu adalah buah mangga. Ia mengelapnya dengan kaos yang ia kenakan dan memakannya. Lalu tiba-tiba saja datang seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah tepat di mana anak laki-laki itu memungut buah mangga tadi, dengan langkah cepat wanita paruh baya itu menghampiri si anak, lantas menjewernya sembari berteriak "kamu maling ya". Dengan wajah ketakutan si anak itu pun menjawab "Tidak Bu, saya cuma mengambil ini di jalan". "Itu mangga punya saya dan kamu ngambilnya tanpa izin, kalau bukan maling apa namanya" teriak ibu itu. "maaf Bu, Saya kira ini sudah tidak ada yang mau soalnya ini sudah busuk, jadi saya ambil dan saya makan" timpal si anak kecil. Dengan masih menjewer telinga anak kecil itu, wanita paruh baya itu pun masih menghardik anak kecil itu dengan sebutan maling berkali-kali yang membuat telingaku sangat risih, lantas saja Aku menaiki motorku dengan niat ingin membawa anak itu pergi, paling tidak untuk menyingkirkan dia dari hardikan wanita paruh baya itu, Aku sangat tidak tahan mendengarnya.

Namun belum juga sampai ku nyalakan motor, ku lihat ada seorang perempuan berlari dengan sekuat tenaga menghampiri wanita paruh baya itu dan menampel tangannya. Dengan teriakan yang sangat keras Ia berkata "Apa yang ibu lakukan!!!". Lantas wanita paruh baya itu terlihat menceritakan kronologi kejadian tadi dengan maksud ingin mendapat pembelaan, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Perempuan itu terlihat marah besar mendengar ceritanya tadi, dengan menunjuk muka wanita paruh baya itu si perempuan berteriak
"Astaghfirulloh hal adzim.. apa yang ibu lakukan, otakmu kau taruh dimana? dia ini anak yatim piatu".

Mendengar teriakan perempuan itu, tubuhku terguncang, badanku serasa membeku dan otakku sulit sekali untuk mencerna kejadian ini, karena kejadian seperti ini pertama kali ku temui di sepanjang hidupku. Sebenarnya, Aku belum pernah melihat seseorang semarah ini, terlebih ini di lakukan oleh seorang perempuan, yang Aku tahu perempuan itu sangat marah karena anak yatim piatu itu di hardik dan di sakiti padahal harusnya ia kita yang asuh dan sayangi. Tapi ekspresi marahnya perempuan itu masih saja menimbulkan pertanyaan di batinku. Perasaan apakah ini?

Sekejab Aku memutar balik waktu, mengingat-ingat apakah Aku pernah mengalami perasaan ini sebelumnya. Ku kenang segala hal tentang setiap orang yang pernah singgah di hidupku, sepertinya ini cinta, tapi ada yang berbeda. Dari semua kriteria wanita yang ku ketahui sepertinya Ia tidak tergolong dari satupun itu.
Apakah Ia cantik? tidak juga.
Apakah Ia kaya? Aku tak tahu.
Apakah Ia anak dari keturunan orang terhormat? Lebih-lebih itu, bagaimana Aku bisa tahu. Yang Aku tahu hanyalah Ia benci melihat apa yang di benci Allah. Apakah karena itu? Apakah itu yang namanya benci karena Allah? dan Aku suka melihat itu semua. Ataukah ini yang namanya mencintai karena Allah? yang pada sebelum-sebelumnya Aku sudah sering mendengar kalimat itu, namun Aku tetap tidak mengerti apa maksudnya.

Tapi hari ini sepertinya Aku sudah menemukan jawaban yang selama ini ku cari. Entah itu hanya sekedar kekaguman semata ataukah lebih, yang pasti perempuan itu telah mengajariku tentang sesuatu yang sangat berharga, Ia telah menunjukkan padaku tentang rasa cinta yang seharusnya di awali dengan perasaan ini, bukan karena materi, bukan karena kecantikan semata dan bukan karena garis keturunannya. Ia memiliki lebih dari pada itu.
Saat itu pula Aku berjanji pada diriku sendiri jika suatu saat nanti Aku jatuh cinta, Aku ingin jatuh cinta kepadanya karena Allah dan bila Aku membencinya, Aku juga ingin membencinya karena Allah pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun