Dalam wawancara kali ini, saya berbincang dengan seorang mahasiswa yang menceritakan perjalanannya menghadapi berbagai tantangan dalam hidup. Ia berbagi pengalaman berharga yang telah membentuk karakternya dan membuatnya lebih mandiri.
Kisahnya dimulai ketika ia duduk di kelas dua SMP. Saat itu, ibunya yang sehat dan bugar bekerja di sebuah kantor pemerintah tiba-tiba terkena stroke. Peristiwa ini menjadi hal yang dapat mengubah segalanya. "Ibu aku yang sebelumnya sehat bugar, tiba-tiba harus dirawat di rumah sakit, dan ayah harus bekerja di luar kota," ungkapnya. Sebagai anak tunggal, ia merasa kesepian dan bingung oleh tanggung jawab yang tiba-tiba harus ia pegang.Â
Sebelum kejadian ini, ia mengakui bahwa ia adalah orang yang manja dan tidak terbiasa melakukan banyak hal sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu keadaan membuat ia untuk belajar mandiri. "Aku udah mulai sering nyetrika baju seragam sekolah dan masak, hal-hal yang sebelumnya gak pernah aku lakuin," ungkapnya.
Seiring dengan kondisi kesehatan ibunya yang semakin memburuk, ayahnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya agar dapat merawat ibunya secara penuh. Â Ibunya tetap berusaha untuk bekerja, meskipun sampai membuatnya harus menggunakan tongkat untuk berjalan. "Ayah sempet coba untuk buka usaha baru, namun sayangnya usahanya nggak berkembang dengan baik," jelasnya. Ia mengatakan dengan kondisi ini membuat ibu menjadi satu-satunya sumber pendapatan
Kini, setelah beberapa tahun berlalu dan saat ini ia tengah menempuh pendidikan tinggi, ia merasakan betapa pengalaman tersebut telah membentuk karakternya. "Aku mulai terbiasa hidup mandiri. Setelah kuliah, aku cari pekerjaan part time," ujarnya. Berbagai pekerjaan pernah ia jalani, mulai dari menjadi host live, barista, hingga bekerja di booth acara. Saat ini, ia juga mencoba berbisnis pakaian secara online.
Kemandirian ini tidak hanya membantunya secara finansial, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang kerja keras dan tanggung jawab. "Setiap pendapatan yang aku dapet, sedikit demi sedikit aku simpan dan aku kasih buat orang tua," tambahnya.
Dari pengalaman tersebut, ia merasa bahwa hidupnya sangat dipengaruhi oleh situasi yang dihadapinya. "Aku merasa menjadi orang yang sangat pemikir dan bisa dibilang workaholic. Aku ngerasa nggak nyaman kalau nggak ngelakuin apa-apa," tuturnya. Ia sering kali melakukan siaran langsung untuk berjualan dari tengah malam hingga subuh, berusaha untuk memanfaatkan waktu se efisien mungkin, dengan kondisi di keesokan harinya ia harus kembali beraktivitas dengan menghadiri acara atau kuliah, dan sering kali hanya memiliki waktu tidur yang sangat singkat.
Ia juga menyadari pentingnya menjaga kesehatan. "Aku sering ngerasa khawatir kalau berat badan tiba-tiba naik atau aku ngerasa pusing. Aku takut bakal mengalami masalah kesehatan kayak ibu aku," ungkapnya. Kekhawatiran ini mendorongnya untuk lebih memperhatikan kesehatannya, baik fisik maupun mental.
Perjalanan hidup narasumber ini adalah contoh nyata bagaimana pengalaman sulit dapat membentuk karakter seseorang. Dari situasi yang penuh tantangan, ia belajar untuk berusaha mandiri, bertanggung jawab, dan terus berjuang demi keluarganya. Semangatnya untuk bekerja keras dan menjaga kesehatan adalah hal yang dapat kita contoh, serta menunjukkan bahwa meskipun hidup tidak selalu mudah, kita dapat belajar dan tumbuh dari setiap pengalaman yang kita hadapi.
Dalam menghadapi kesulitan, ia menemukan kekuatan dalam diri sendiri yang sebelumnya tidak pernah ia sadari. "Aku belajar untuk tetap semangat dan nggak nyerah dengan situasi apapun, meskipun situasinya kerasa berat banget buat dijalanin," ujarnya. Proses belajar dan beradaptasi membuatnya lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H