Mohon tunggu...
Aliyya Hanafie
Aliyya Hanafie Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Simpel, Sederhana, Ceria dan kata orang sedikit Kaku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Muhasabah Diri (Malam Ke 1)

30 Maret 2011   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_100299" align="aligncenter" width="300" caption="anauhibbulkhoir.blogspot.com"][/caption] Hari ini detik yang ke 60 lepas dari hari kemaren ku buka dan ku sibak laku dan tingkah muhasabah yang mereka katakan ku runtut hari yang telah terlewati adakah cela dan dosa yang telah tercipta? atau ibadah dan ikhtiar, yang ada? Tetesan air keluar, tanda penyesalan Tanda keputusasaan, tanda harap pengampunan Tanda ketidak mampuan, tanda kelemahan, Dan tanda kepasrahan, Ampuni aku… Mulut yang menghina, mencaci, menghardik Bahkan sering kali ghibah keluar darinya Tanpa aku sadari, dan mengalir begitu saja Entahlah secara langsung atau melalui media – media lainnya Atas nama kewajaran dan meng istiqomahkan kedholiman Jaga dan peliharalah mulut ini, nikamat yang Engkau berikan Nikamat yang seharusnya dipelihara, dan sebagai alat mendekatkan diri Ampuni, ampuni aku.. Tingkah kekhilafan yang tak kunjung berkurang Kesombongn meruak begitu di banggakan Tak ayal kecongkakan merasuki dan menguasai diri Lupa semua itu semu dan dibatasi waktu Lupa nanti semua lenyap di makan zaman Lupa semua hanya titipan dan Lupa nanti akan ditanyakan olehNya Ampuni, ampuni aku Masa dilupakan, kewajiban ditunda Oh sungguh bukan Dia yang membutuhkannya Aku, aku yang membutuhkan sebenaranya 25 menit saia yang Ia minta dari 24 jam yang aku punya Jangan kan awal, untuk tepat saja aku sering menawar Untuk menunda, dan mengulur – ngulurnya Aku tegaskan sekali lagi kepada diri Bukan , bukan Dia yang mebutuhkannya Melainkan aku, aku yang sesungguhnya sangat membutuhkannya Ampuni, ampuni aku… Amanah yang dipercayakanNya sebagai khalifah bumi Sering kali diingkari dan dikhianati Demi sebuah kepuasan sesaat, dan keuntungan diri Lupa akan ikrar dan sumpah yang di ucapkan Ketika sumpah dan ikrar dengan kitab suciNya Tapi aku mengingkarinya juga dengn menyebut nama agungNya Ampun, Ampuni aku…. Kehalaln kabur menjadi abu – abu Ikhtiar sebagai bekal ibadah, melupakan ibadah itu sendiri Jatuh kedalam ke fanaan dunia dan lupa akan akhirat Akhirat masa yang pasti akan dialami dan dijalani Terbius rayu dan bujuk keindahan semu Lupa hak atas pemilik Jiwa ini Ampuni, ampuni aku…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun