Cara mengolah sampah organik berupa kotoran sapi menjadi pupuk organik yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti kotoran sapi, dekomposer, molase, dan dedak. Kotoran sapi yang dapat digunakan merupakan kotoran yang sudah memasuki hari ketiga atau lebih.Â
Langkah selanjutnya yaitu mencampurkan kotoran sapi dengan dedak hingga merata. Setelah tercampur merata kemudian larutkan dekomposer dan molase dengan air lalu menyiramkan larutan tersebut ke kotoran sapi. Langkah terakhir, menutup bagian atas menggunakan terpal atau plastik.
 Proses produksi pupuk organik dimulai dari hari Rabu 03/08/2022, lalu dilanjutkan memproduksi pupuk organik dengan skala lebih besar bersama warga pada hari Rabu 10/08/2022.
Cara mengolah sampah anorganik yaitu memilah terlebih dahulu sampah yang dapat dijadikan sebagai kerajinan, seperti kresek yang dapat diolah menjadi bucket bunga. Langkah pertama yang dilakukan yaitu memilah kresek sesuai warna yang diinginkan. Kemudian menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti setrika, gunting, lem tembak, kertas hvs, kain spondbond, dan pita. Langkah selanjutnya yaitu menyetrika antar kresek sehingga kresek menyatu dan kaku.Â
Setelah kresek selesai di setrika kemudian bentuk dan gunting kresek sesuai pola kelopak bunga. Kemudian susun potongan pola hingga menjadi setangkai bunga. Proses produksi sampah anorganik berupa kresek menjadi kerajinan bucket dimulai dari hari Rabu 03/08/2022, lalu dilanjutkan memproduksi bucket dengan skala besar bersama warga sekitar.
Produk pupuk organik dari kotoran sapi sangat digandrungi oleh masyarakat Desa Tegalampel yang mayoritas pendudukanya petani. Mereka sangat tertarik dan ingin mencoba memakai pupuk tersebut pada tanaman mereka. Penjualan pupuk dimulai sejak hari Jumat 12/08/2022 hingga saat ini penjualan semakin meningkat. Â
Penjualan pupuk melejit pesat yakni sebesar 200 kg pupuk telah terjual. Produk bucket dari sampah anorganik juga telah laku terjual, para konsumen juga banyak yang tertarik dan memberikan respon yang positif pada produk bucket. Hal ini menandakan keberhasilan produksi.
Kami juga meminta konsumen untuk menilai produk dari Bank Sampah BIMATERA guna meningkatkan kualitas dan kuantitas. Salah satu konsumen dari produk Bank Sampah mengatakan "Pupuk Organik ini sudah bagus dari segi kemasan dan label, pencampuran limbah dengan bahan pendukung dan campuran bahan-bahan plastik juga tidak ada di dalamnya.Â
Masukan dari saya adalah pupuk organik tersebut dapat dilakukan uji lanjutan SNI terkait kandungan mikroorganisme dan kandungan-kandungan lain yang ada pada pupuk dan semoga program ini dapat berlanjut dan berkembang lebih luas lagi baik dari produk maupun pemasaran" ucap Bapak Priyatno, guru SMK Pertanian Bondowoso.
Lalu berdasarkan pendapat dari beberapa konsumen lainnya, "pupuk organik yang kalian pasarkan memiliki harga jual ekonomis. Mengenai pelabelan kemasan dapat menggunakan sablon, hal itu saya rasa lebih hemat daripada menggunakan pelabelan stiker.Â
Selain itu pupuk organik ini tidak memiliki variasi berat serta kurang adanya ciri khas produk, saran saya dapat dilakukan penambahan mikroorganisme yang dapat mencegah produk menjadi berjamur jika disimpan lama pada kemasan" ujar Bapak Hasan Basri yang merupakan pemilik toko pertanian di Desa Tegalampel.