Mohon tunggu...
Aliyatullah
Aliyatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai! Saya Aliyah.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

OPINI : Pengaruh AI Terhadap Tingkat Kemalasan Mahasiswa Berkunjung ke Perpustakaan

6 Januari 2025   06:35 Diperbarui: 6 Januari 2025   05:30 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah bidang dalam ilmu komputer yang fokus pada pengembangan sistem atau mesin yang dapat meniru kecerdasan manusia dan memecahkan berbagai masalah. Kehadiran Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan telah mengubah cara mahasiswa untuk mengakses dan memanfaatkan informasi dengan mudah.

Namun, tidak semua mahasiswa dapat menggunakan Artificial Intelligence (AI) dengan benar dan bijak. Hal ini memicu timbulnya berbagai kekhawatiran, salah satu nya menyebabkan rasa ketergantungan terhadap penggunaan AI sehingga mereka  merasa tidak perlu lagi mengunjungi perpustakaan secara langsung. Lalu, benarkah Artificial Intelligence (AI) hanya membuat mahasiswa malas ke perpustakaan atau justru sebaliknya?

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan salah satu inovasi yang terus mengalami kemajuan pesat dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya di bidang pendidikan. Artificial Intelligence (AI) dirancang sedemikian rupa agar dapat meniru cara kerja otak manusia untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari hari. Dalam dunia pendidikan, kehadiran Artificial Intelligence (AI) sangat mempermudah orang-orang untuk mendapatkan informasi, dan menyelesaikan beberapa pekerjaan maupun tugas mahasiswa dengan instan.

Namun, dibalik berbagai manfaat yang ada, penggunaan Artificial Intelligence (AI) juga menjadi tantangan tersendiri. Hal ini lah yang memicu timbulnya berbagai kekhawatiran di kalangan mahasiswa, salah satu nya menyebabkan rasa ketergantungan terhadap penggunaan AI sehingga mereka  merasa tidak perlu lagi mengunjungi perpustakaan secara langsung. Fenomena tersebut membuat saya bertanya-tanya, benarkah Artificial Intelligence (AI) hanya menyebabkan para mahasiswa ketergantungan untuk menggunakannya, sehingga mempengaruhi pola pemikiran mereka terhadap peran perpustakaan fisik atau justru sebaliknya?

Menurunnya Minat Mahasiswa untuk Berkunjung ke Perpustakaan

Kemudahan yang ditawarkan Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu alasan menurunnya minat mahasiswa untuk berkunjung ke perpustakaan. Maraknya penggunaan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) seperti ChatGPT, Gemini, MetaAI, Google Scholar, memberi kemudahan bagi mahasiswa untuk mengakses bahan baca, referensi, karya tulis bahkan solusi dari penyelesaian tugas hanya dengan satu kali tekan, maka semua nya akan tertera dalam hitungan detik. Hal ini jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan proses manual yang dilakukan untuk menyusuri rak buku di perpustakaan fisik yang memerlukan waktu lebih lama. Efisiensi waktu ini membuat mahasiswa cenderung lebih memilih teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) daripada mengunjungi perpustakaan.

Faktor Kenyamanan Cukup Berperan Penting
Kemudahan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) membuat mahasiswa cenderung nyaman dalam mengakses informasi dari kampus, rumah ataupun tempat lain tanpa perlu berpindah tempat. Mereka tidak memerlukan keterbatasan waktu operasional perpustakaan, maupun membuat antrian ketika meminjam buku. Di sisi lain, perpustakaan fisik seringkali memiliki fasilitas yang tidak cukup menarik di kalangan mahasiswa sehingga semakin sedikitnya yang berkunjung ke perpustakaan. Dampak dari penurunan yang signifikan ini, membuat perpustakaan fisik menjadi tertinggal, dan menjadikan mahasiswa justru ketergantungan terhadap penggunaan AI.

Konsekuensi jika Ketergantungan Menggunakan AI menurut Prof. Stella
Dilansir dari akun instagram resmi kemdiktisaintek.ri, Kamis (26/12/24). Wakil Menteri Dikti Saintek, Prof. Stella Christie mengatakan bahwa “Penggunaan AI tanpa etika bisa menjadi konsekuensi yang kurang baik bagi pelajar”

1. Hilangnya Kemampuan untuk Menilai Kualitas
Manusia dengan nurani dan sensitivitas alaminya tentu tidak dapat digantikan oleh AI, seperti ChatGPT yang hanya mampu memberikan jawaban secara umum.
Prof. Stella juga mengatakan “Bergantung sepenuhnya pada AI tanpa mengeluarkan pikiran-pikiran baru, pada akhirnya akan membuat kita tidak bisa menilai mana karya yang baik dan tidak”

2. Kehilangan Kemampuan untuk Menciptakan Karya Orisinal
Penggunaan AI yang secara terus menerus dapat menurunkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif. Akibatnya, tanpa sadar AI mulai menggantikan peran manusia misalnya dalam coding, script writing, atau pekerjaan lainnya.

Alih-alih membantu pekerjaan, mesin pintar ini justru bisa menggantikan produktivitas dan menghilangkan kemampuan dalam memproduksi karya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun