Pemberlakuan penjualan tiket khusus untuk wisatawan yang akan naik ke Candi Borobudur menuai berbagai macam respons dari berbagai pihak.
Salah satunya datang dari tokoh agama Buddha, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, dari Vihara Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Sri Pannyavaro mengatakan, umat Buddha dari kalangan rakyat kecil tidak akan mungkin dapat menjangkau harga tiket naik Candi Borobudur yang dibanderol Rp 750.000 per orang. Padahal mereka biasa saja melakukan beribadah di situs Buddha terbesar di dunia itu.
Menurutnya, pembatasan kuota 1.200 orang per hari yang akan naik ke atas candi memang sangat diperlukan untuk  penyelamatan candi. Tetapi sepatutnya tanpa harus membayar tiket yang dirasa sangat mahal. Pannyavaro berpendapat bahwa, pembatasan dapat lakukan dengan metode antrian. Apabila pada hari itu pengunjung tidak bisa naik karena kuota sudah penuh, maka dipersilakan naik di hari berikutnya.
Belakangan ini, sedang heboh tentang harga tiket Candi Borobudur yang naik drastis menjadi Rp 750 ribu per orang. Harga ini dikhususkan bagi wisatawan domestik, sedangkan pengunjung mancanegara dibanderol USD 100 yang setara Rp 1,4 juta. Ternyata ada lohh alasan kenapa tiket Borobudur naik.
Jadi apa sih penyebab naiknya harga tiket naik ke candi borobudur, sini sini mari simak penjelasanya.
1. Melindungi bangunan candi
Menurut Edy, jumlah naiknya pengunjung ke candi sebelum pandemi mencapai 10 ribu orang per hari, sehingga sangat berdampak pada bangunan Candi Borobudur yang mulai mengalami pengikisan dan penurunan.Â
Jadi saat ini, untuk melindungi bangunan candi, kuota yang diberikan hanya dibatasi sampai 1.200 orang saja per hari, sehingga yang diperbolehkan naik ke bangunan candi hanya mereka yang benar benar membayar tiket masuk sebesar yang disebutkan di atas tadi.
"Artinya apa, orang yang mau naik ke candi harus betul-betul orang yang berkepentingan naik ke candi. Kalau orang mau foto-foto nggak usah naik ke candi, di bawah saja. Jadi itulah tujuannya," jelas Edy.