Mohon tunggu...
Ali Yasin
Ali Yasin Mohon Tunggu... profesional -

Peminat perubahan sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerakan Caleg Kelaparan

25 Maret 2014   20:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:29 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anda lihat tayangan di televisi? seorang caleg tanpa dosa membagikan uang kepada calon pemilih meski disorot kamera media. Ada pula caleg yang membagi-bagikan doorprize layaknya sinterklas dalam kampanye. Cukup unik juga caleg yang kulakan bibit lele dan ikan sejenis lain untuk dipancing ramai-ramai sambil mengenalkan diri.

Kalau mobil diselimuti stiker simbol partai serta nama dirinya sudah biasa. Bukan hal aneh jika jalanan di negeri ini merupakan ajang iklan gratis, murah dan paling banyak diikuti oleh Caleg. Ada mobil angkot, bis umum. Tentu mobil pribadi lebih banyak. di bagian depan, belakang, samping dipenuhi ajakan untuk memilih.

Apa yang membuat mereka berbuat seperti itu? ya, kalau menurut pengakuan verbal ada yang ingin perjuangan nasib rakyat. Istilah yang cukup populer "wani soro mbelani wong cilik" atau berani susah/melarat demi membela hak rakyat kecil.

Yang pasti mereka seakan sedang obral uang. Apakah dirupakan kaos, spanduk, stiker, leaflet, iklan di radio, koran hingga televisi sebagai hal lazim. Begitu gigihnya mereka dalam meraup dukungan patut menjadi ciri kegigihan mereka.

Pertanyaanya, jika mereka sudah kaya atau cukup harta, mengapa harus mengejar kedudukan sebagai wakil rakyat. Jawaban klasik yang tersampaikan adalah bukan cari harta, tetapi sekali lagi untuk bela hak rakyat. Maka salutlah saya pada pernyataan seorang caleg yang disebuah televisi menyatakan jika dia terpilih seluruh gaji akan disumbangkan ke panti asuhan/yayasan.

Entahlah, fikir saya jika sudah kaya mestinya semakin tak harus berpolitik karena magnet politik sering mengajak pada penumpukan kuasa, harta dan wanita. Hanya sosok setengah dewa yang bisa menolaknya. Addakah itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun