Mohon tunggu...
Aliya Nabilah
Aliya Nabilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa S-1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Gadang, Big Foot Asal Indonesia

17 Mei 2023   00:14 Diperbarui: 17 Mei 2023   00:16 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: YouTube Dunia Kriptid Indonesia 

Orang gadang merupakan makhluk cryptid asal Sumatera, apa itu makhluk cryptid? Menurut yang dilansir dari laman Wikipedia, dalam dalam kriptozoologi dan kriptobotani, kriptid berasal dari Bahasa Yunani yaitu krypto yang berarti “sembunyi”. Artinya sesosok makhluk atau tanaman yang konon ada namun tidak diketahui keberadaannya dan sulit untuk dipercaya.

Orang Gadang dipercayai berasal dari hutan Sumatera. Orang gadang digambarkan seperti kera berukuran besar dan tinggi serta berbulu lebat, tingginya tubuhnya berkisar 200 cm hingga 300 cm. karena memiliki beberapa kemiripan dengan Big Foot, Orang Gadang disebut juga sebagai Big Footnya Indonesia. Penampakan Orang Gadang sudah ada dari berabad abad silam namun keberadaan Orang Gadang sampai sekarang belum bisa dibilang asli. Sebutan lain dari Orang Gadang adalah “Giant Man” atau “Giant Mias”.

Banyak cerita mengatakan kalau Orang Gadang merupakan makhluk yang pemalu, dan merupakan makhluk yang aktif pada malam hari (nokturnal), Orang Gadang juga diceritakan sebagai makhluk yang omnivora. Orang Gadang dilaporkan sering berkeliaran di dekat perkemahan saat gelap. Orang Gadang diceritakan mengeluarkan suara jeritan aneh dan digambarkan seperti seorang perempuan yang sedang dalam kesusahan.

Orang Gadang kemungkinan besar adalah makhluk yang diceritakan dalam kitab Atlas Katalan Abraham pada tahun 1375. Teks pada Atlas itu berbunyi demikian:

Pulau Trapobana (Sumatera). Pulau yang disebut oleh orang Tartar sebagai “magno caulii”. Pulau ini dipenghuni oleh orang orang dengan fisik yang tidak wajar tidak seperti yang lainnya. Pria ini bertubuh kekar dan memiliki tinggi badan sekitar dua belas hasta atau sekitar 500 cm, mereka tinggal di beberapa gunung di pulau ini. Pria ini digambarkan berkulit hitam dan sangat bodoh serta gemar memakan orang berkulit putih. Namun beberapa orang menyebutkan bahwa Orang Gadang tidak seperti Big Foot yang digambarkan sebagai makhluk mengerikan yang menyelimuti sebelum pertemuan, dan dikelilingi oleh hewan predator. Orang Gadang sangat damai dan umumnya pergi saat bertemu dengan orang secara diam diam.

Ada sebuah kasus yang menurut kriptozoologi masih berhubungan dengan Orang Gadang, kasus ini berupa penyerangan. Namun bukannya terjadi di Sumatera kasus ini terjadi di daerah Sulawesi, kasus ini terjadi pada tahun 2013. Sekitar sepuluh monyet menyerang tujuh warga dan salah satu dari warga tersebut mengalami kondisi kritis. 

Narasumber mengatakan pada hari senin pagi, sekitar sepuluh monyet menyerang tujuh warga dan salah satunya mendapatkan luka yang cukup serius karena digigit salah satu monyet tersebut. Pihak terkait menyebutkan bahwa monyet monyet tersebut berasal dari hutan yang dilindungi oleh suku lokal pedalaman. Kasus pada saat itu tidak berperilaku seperti biasanya. Ketika monyet tiba tiba menyerang manusia padahal pada umumnya monyet takut ketika melihat manusia bahkan kabur saat mendengar manusia berteriak. 

Menurut laporan beberapa saksi monyet yang menyerang memiliki tinggi kisaran 400 cm sampai 500 cm, saat mereka berdiri layaknya seekor gorilla yang sedang mengamuk dengan tatapan yang mengerikan serta hidung yang pesek. Saksi lainnya mengatakan bahwa makhluk yang menyerang tidak memiliki ekor lebih tepatnya digambarkan seperti kera. Beberapa ahli kriptozoologi  berkata bahwa yang menyerang merupakan Orang Gadang, namun ahli kriptozoologi lainnya berkata bahwa yang menyerang merupakan makhluk primata lainnya.

Inilah sepenggal kisah dan misteri tentang makhluk cryptid “Orang Gadang”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun