Mohon tunggu...
Aliya Hamida
Aliya Hamida Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations Enthusiast

International Relations Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Partai Politik di Amerika Serikat

9 November 2021   11:14 Diperbarui: 9 November 2021   11:14 4971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : i Pathways

Awalnya muncul pertikaian atas ide partai politik. Karena di dalam konstitusi pertama AS tidak ada aturan berkenaan dengan partai politik. Salah satu pencetus awal parpol di AS ialah Hamilton, ia berpendapat bahwa kita perlu mengakomodasi, memberi wadah pada masyarakat terutama atau terkhusus pada yang memiliki kondisi ekonomi yang baik untuk mengkritisi. Ia menjadi akar atas kemunculan partai republik nantinya ia menjadi tokoh di partai tersebut. demokratik republik dipimpin oleh Thomas Jeferson, anti federalis, partai kedua ini menjadi cikal bakal terbentuknya partai demokrat saat ini. Memang didorongnya atau dimunculkan dari partai ini adalah karena adanya perbedaan persepsi soal sistem pemerintahan. Hamilton memberikan kritik pada gerakan Jeferson, cikal bakal demokrasi yang pro kepentingan masyarakat. Hamilton khawatir apa yang sudah dibangun oleh sistem pemerintah AS akan hancur oleh masyarakat sendiri, dimana nantinya ia dapat berjalan tidak efektif. Hamilton juga mengkritisi Jeferson yang memperkenalkan demokrat hanya kepentingannya saja. sementara Jeferson mengkritisi Hamilton sangat monarki dimana ia takut, nilai nilai kerajaan inggris akan  kembali.

Perbedaan dasar antara dua partai kalo demokrat itu lebih pro rakyat pada masyarakat yang kurang berpendidikan, punya pendapat yang rendah dan orang orang yang lebih tidak suka konfliktual. Dan nilai ini mengantar pada sasaran kampanye hingga saat ini. Sementara republik cenderung pro kekuatan pemerintah kuat berbeda dengan Jeferson yang kepentingan dan kekuatan rakyat menjadi highlight. Ada isu lain yang mencoba membelah konsepsi antar dua partai tadi. Berbicara tentang kepentingan ekonomi antara ide Jeferson dan Hamilton dalam membentuk dua partai berbeda. Hamilton kurang memperhatikan sektor pertanian, sektor yang dianggap minoritas,  Jeferson lebih mengangkat isu isu kelompok minoritas.

Antara Jeferson dan Hamilton inilah yang kemudian menjadi cikal bakal AS menjadi sistem dua partai. Jadi dapat disimpulkan kondisi partai politik di AS saat ini dikarenakan ada pencetusnya. Dan ide-ide mereka sendiri memang berbeda.

Tiga alasan besar AS menggunakan Two party system. Ideologi, sistem pemilihan, dan aturan yang memberatkan. Sejatinya masih banyak alasan lainnya namun 3 alasan ini menjadi yang paling besar. Pertama, ideologi masyarakat AS kurang berminat dengan perbedaan ideologis sebagaimana Eropa. Ini menjadi tidak cocok dengan semangat awal AS. Mereka tidak mau terlalu banyak kepercayaan, pandangan, masukan terhadap pemerintahan. Mengingat bagaimana awal mula AS dikarenakan muak akan sistem pemerintahan kerajaan Inggris. Sehingga 2 ide tadi dirasa sudah cukup mewakili semua masyarakat. Kedua, sistem pemilihan, dimana menggunakan single member district yang didalamnya pemilihan di setiap distrik hanya ada 1 kursi untuk diperebutkan. Kemudian juga ada prinsip dimana pemilik suara terbanyak secara majemuk. Ketika banyak partai politik akan menyulitkan sistem pemilihan ini. Selain itu dikarenakan ada winner take all, secara jangka panjang hanya akan membuka peluang bagi 2 partai besar yang memperebutkan suara, meski ada partai partai ketiga yang muncul di antara republik dan demokrat mereka biasanya dianggap membawa isu yang tidak menjadi concern dua partai besar, selain itu muncul juga sebagai wujud kekecewaan atas kebijakan pemerintah, selain itu bisa jadi juga karena sistem politik dan sistem pemilihan di AS, dimana mungkin banyak hal yang belum diakomodir dua partai besar, sehingga biasanya isu yang diangkat sangat spesifik. Mereka ga dapat suara banyak karena memang dirasa tidak bisa merepresentasikan kepentingan masyarakat luas. Alasan ketiga, aturan yang memberatkan, adanya penentuan negara bagian memang menghalangi calon independen atau calon dari partai ketiga. Bisa jadi mencalonkan namun, bisa jadi ia tak bisa bersanding dalam debat calon presiden atau wapres. Sehingga ini menjadi hambatan bagi calon dari selain dua partai. Ada syarat yang berat dari negara bagian masing masing. Misal di suatu negara bagian ada pengesahan atau pengakuan dukungan publik, contoh si calon harus mengumpulkan 100.000 petisi dukungan. Sehingga ini menjadi batasan yang membuat clon selain dua partai besar cukup sulit untuk berkembang di AS.

Partai ketiga biasanya disebut sebagai single issue party dikarenakan isu yang diangkat hanya satu isu yang dirasa belum terwakili. Ada pula partai yang muncul sebagai splinter turunan dari partai besar. Anak dari partai besar ini biasanya dikarenakan harapannya atau suaranya bisa didengar. Misal dalam pemilihan tahun 1992 Ross Perot, gejala terbesar atas partai ketiga. Bahkan perot sempat mengikuti debat calon presiden. Tidak semua partai ketiga punya kesempatan duduk di debat calon presiden. Perot orang terkaya, ia punya pundi uang yang cukup untuk mendorong dirinya sendiri sebagai calon presiden. Itulah mengapa ia mampu mencalonkan diri secara independen. Ia ikut pemilihan lagi di tahun 1996 dengan motor partai ketiga yaitu partai reformasi. Sayangnya ia tidak seberuntung di tahun 1992 dimana ia mampu mengikuti debat capres, ia gagal memenuhi syarat untuk turut serta dalam debat capres.

Ada partai hijau, green party muncul pada tahun 2000, ada isu lingkungan yang dicoba diangkat oleh Nader. Meski electoral votesnya kosong, tetapi merekamendapat popular votes yangcukup banyak. Nader yang cukup lama membayangi 2 partai akhirnya menyerah di tahun 2000 mengaku kalah. Dan ternyata pasca itu, kedua partai besar sepakat untuk menutup kemungkinan atau peluang bagi partai ketiga untuk muncul. Ada 19 juta orang yang tidak puas dengan sistem pemerintah yang ada. Bukan suatu hal yang tidak mungkin, dimana akan ada titik balik di demokrasi AS bagi partai partai ketiga tadi. Mungkin bukan hari ini ketidak puasan atas two party system, sistem pemilihan dan sebagainya. Bisa jadi mereka akan menyatu dan menggerakkan suatu aksi atau reformasi menyuarakan kekecewaan mereka. sehingga menjadi bom bagi politik pemerintahan AS yang ada saat ini.

Kecenderungan dua partai besar, pertama republik, ia cenderung memiliki kebijakan yang kontroversial dan lebih attacking, ke negara Timur Tengah, pendekatannya invasi. Mereka cenderung realis, menyelesaikan masalah melalui fisik bukan diplomasi. Cenderung pada hard diplomacy. Republik lebih banyak mendapat dukungan dari pengusaha, profesional, sarjana, protestan, sehingga dipandang seringkali republik ini lebih berpendidikan pendukungnya. Itulah mengapa Trump terpilih menjadi suatu hal yang logis. Tapi secara historis ternyata ia adalah kader partai demokrat, tapi ia kecewa dengan partainya dan pindah ke republik. Menggelontorkan banyak dana disana dan diusung sebagai calon disana. Yang mendukung kemenangan di republik salah satunya ialah dukungan dari perusahaan-perusahaan besar. Ia lebih mengedepankan pendekatan secara militer, kebijakannya juga akan mengarah pada itu. Lalu republik menentang aborsi dan gay. Cenderung orang kulit hitam juga jarang di republik. Dipenuhi dukungan orang ekonomi tinggi. Sedikit konflik internal. Ada 2 perkembangan cukup menarik di partai republik, ada cristian coalition. Meski berhasil mengintegrasi pada kalangan grass root, tapi pada elit tidak. Sehingga ada fenomena speaker of the house, ada banyak konflik di dalam partai.

Sementara demokrat pendukungnya cenderung kaum minoritas, buruh, pendidikan rendah, kaum muda, liberal, kulit hitam, yahudi, katolik dan para aktivis lingkungan. Ada ciri khusus dalam demokrat, ada kultur bahwa di dalam demokrat menjadi wadah bagi berbagai kepentingan, dimana ada sekelompok demokrat yang tinggal di sub urban (desa bagian pinggir, berbatasan dengan kota) dan juga di wilayah yang cukup terkucilkan. Kalau di demokrat lebih banyak konflik di internal, meski sekarang sudah tidak relevan kalimat ini karena sudah lebih melek pendidikan di dalam pendukung partai demokrat itu sendiri. Pada tahun 90an, partai demokrat mulai meninggalkan isu kaum minoritas meski ada sentuhan sentuhan ke kam minoritas namun lebih mengangkat isu yang cakupan lebih besar.

Kelompok kepentingan kadang muncul juga karena bekal nekat buat partai ataupun independen, meskipun di tahun 2000 sudah tidak boleh maju. Mereka mendompleng melalui partai demokrat. Sebetulnya kelompok kepentingan  sudah muncul sejak abad 19. Pertama dari kelompok petani yang ingin menciptakan suatu organisasi wadah bagi para petani di AS. Salah satunya blue color unions. Ada dua sebutan bagi kelompok kepentingan, bagi kalangan pekerja dan profesional. Kalau kalangan pekerja disebut blue collar unions, kalo kalangan profesional disebut white collar unions. Yang pertama muncul ialah blue color unions. Menurut petterson, mengapa muncul gelombang kepentingan pada era ini, pertama, adanya jaminan undang-undang bagi individu untuk membuat kelompok. Ini semangat liberalisme. Ini termasuk lembaga non profit. Ini menjadi keringanan bagi mereka karena bebas mengirim surat hingga fleksibilitas lainnya. Adanya ledakan partisipasi, terjadi akibat dari proses peningkatan jumlah penduduk yang mendapat pendidikan tinggi sehingga sudah tidak lagi dalam posisi besok makan apa, sudah sampai bagaimana suara saya bisa disalurkan ke partai politik. Sudah dalam posisi sadar bahwa parpol tidak menjadi prioritas dalam menyelesaikan masalah konkrit. Sehingga perlu melakukan broadcast lewat media massa, menghadap langsung ke kongres, dan sebagainya. Kedua, karena ada desentralisasi membuat kelompok kepentingan berkembang di negara negara bagian, mereka dianggap tidak mempengaruhi kepentingan nasional, namun mempengaruhi kongres, wakil wakil dari negara bagian. Mereka berbeda dengan parpol. Parpol itu hanya kendaraan, yang naik adalah kepentingan orang orang republik, demokrat. Kelompok kepentingan tidak bertujuan merebut posisi posisi politik, mereka hanya fokus pada upaya mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun