Kondisi ekonomi domestik sendiri, Amerika Serikat justru mengalami pelemahan dengan banyaknya kasus korupsi[7]. Artinya, dalam aspek ekonomi, Amerika Serikat ialah negara yang memiliki ketergantungan ekonomi tinggi terhadap dunia.
Lemahnya kondisi ekonomi domestiknya, membuat Amerika Serikat menggunakan "Strategy of Tension" yang merupakan langkah membuat kondisi dunia internasional berada pada kondisi tegang. Tujuannya jelas untuk mengalihkan perhatian dunia dari kondisi lemahnya ekonomi Amerika Serikat. Isu paling besar ialah war on terrorism yang merupakan 'ilusi fiktif' adanya kondisi bahaya yang membutuhkan perlindungan Amerika Serikat di dunia tengah. Hal ini nampak dari istilah terorisme itu sendiri yang hingga saat ini tidak dapat dirumuskan definisi tetapnya.
Kondisi ekonomi yang buruk dan ditutupi oleh strategi tegang justru membuat beban ekonomi semakin tinggi, karena ada alokasi dana yang besar pada bidang militer. Hal ini menuntut adanya partisipasi dari kelas menengah yang mampu mendukung ekonomi negara. Kondisi ini memunculkan tricle up effect dimana orang kaya mendapat kemudahan secara ekonomi, dan justru melupakan pembangunan perekonomian kecil, sehingga kesenjangan semakin curam[8].
Kesenjangan ini secara tidak langsung telah membuat pincang teori demokrasi dan liberalisme yang menarasikan hak manusia dan kesetaraan. Diperkeruh dengan kondisi Amerika Serikat yang masih memiliki problem rasial berupa diskriminasi etnisitas. Hal ini ditandai pula dengan data statistik yang menyakan bahwa 98% kulit hitam di wilayah Amerika Serikat menikah dengan sesamanya, dan tingkat kematian bayi di bawah usia satu tahun jauh lebih tinggi terjadi pada kalangan kulit hitam.
 Kesempurnaan narasi isu yang dibawa Amerika Serikat dengan adanya kenyataan-kenyataan seperti ini bisa dinyatakan telah ternodai. Rasa segan dari negara-negara tentunya akan mengalami pergeseran ke arah mengecam jika kasus pelanggaran hak terjadi. Pada akhirnya hegemoni Amerika Serikat dapat dilihat dengan sudut pandang baru yang menunjukkan ia tak sekuat yang dibayangkan.
Pandangan kemungkinan terjadinya pergeseran atau bahkan kehancuran hegemoni dengan bertahan atau bahkan menguatnya hegemoni seluruhnya memiliki landasan yang kuat. Sehingga jika ditanyakan bagaimana hegemoni Amerika Serikat di masa depan, masih menjadi pertanyaan besar yang mungkin hanya akan dijawab oleh waktu.Â
[1] Volgy, T. J., Kanthak, K., Frazier, D., & Stewart I, R. (2005). Resistance to Hegemony within the Core: Domestic Politics, Terrorism, and Policy Divergence within the G7. the Ridgway Working Group on Challenges to U.S. Foreign and Military Policy chaired by Davis B. Bobrow, Hal.3
[2] Dutkiewicz, Piotr; Casier, Tom & Scholte, Jan A. (2021) "Hegemony in World Politics: An Introduction", dalam "Hegemony and World Order: Remaining Power in Global Politics". New York: Routledge.
[3] Yilmaz, S. (2010, Desember). State, Power, and Hegemony. International Journal of Business and Social Science, 1(3), Hal. 195-196
[4] States, O. o. (1994). Multinationals and the U.S. Technology Base: Final Report of the Multinationals Project. Washington, DC: U.S. Government Printing Office. Hal. 13
[5] Hasyaimi, M. A. (2016, Juli-Desember). Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Untuk Menciptakan Stabilitas Hegemoni pada Era Pasca Perang Dingin. Global & Policy, 4(2), Hal. 113