Keberadaan event budaya Jepang sudah tidak terasa asing lagi berada di tanah air Indonesia. Fenomena tersebut dikenal dengan event Jejepangan yang sudah menjadi daya tarik setiap kalangan pecinta anime, manga, serta hal yang berbau budaya Jepang. Event Jejepangan  selalu sukses di setiap penyelenggaraannya dari tahun ke tahun. Namun, apakah event Jejepangan sukses hanya karena keunikan isi dari acara-acara yang ada?
Kesuksesan event tersebut memang menjadi suatu pembahasan menarik terutama dalam hal kegiatan dengan ciri khas menerapkan budaya hidup negeri Sakura di Indonesia. Dalam acara event Jejepangan, para pengunjung bisa merasakan kehidupan dunia anime, manga (komik Jepang), ataupun budaya Jepang lain yang selalu menjadi impian. Agar menjadi lebih terasa hidup event tersebut, partisipan mengenakan kostum ala karakter-karakter anime, manga, game, dan lain sebagainya.
Namun, dibalik kesuksesan event Jejepangan, permasalahan etika baik dari pengunjung maupun oknum partisipan menjadi perbincangan umum bagi netizen Indonesia, khususnya penggemar Jejepangan. Adanya suatu gosip mengenai perilaku tidak baik yang dilakukan oleh oknum-oknum yang terlibat dalam event Jejepangan sudah menjadi daya tarik netizen otaku Indonesia untuk menciptakan sebuah kritikan.
Dari berbagai kritik, ada beberapa tanggapan bijak netizen yang bisa dijadikan suatu evaluasi bagi penyelenggara event Jejepangan agar menjadi lebih baik kedepannya. Namun, tindakan tercela tidak hanya berlaku ketika berada di suatu event saja, melainkan kritik tidak mengenakkan yang berasal dari netizen otaku. Ada banyak sekali kritikan yang terlontar kepada beberapa event Jejepangan yang dirasa kurang baik bagi mereka.
Seperti halnya permasalahan rundown event yang tidak sesuai bagi mereka, aksi kericuhan yang dilakukan oknum komunitas-komunitas otaku di suatu event, hingga permasalahan pengunjung dan cosplayer secara personal. Bahkan adanya suatu forum online yang membahas fenomena-fenomena buruk event Jejepangan. Hal tersebut berdampak mendapatkan pandangan tidak baik dari masyarakat, khususnya orang-orang yang tidak mengetahui terkait event-event budaya Jepang yang ada di Indonesia.
Meski hal tersebut sudah wajar terkait mengulik dibalik kesuksesan event Jejepangan, akan tetapi kesuksesan itu dapat diartikan ke suatu yang tidak benar. Masyarakat pada akhirnya mengenal bahwa event Jejepangan itu sangat buruk dan tidak mendidik sama sekali yang padahal informasi tersebut berasal dari kritikan netizen ataupun forum online otaku yang tidak sehat.
Adanya informasi yang tidak sehat antara lain, netizen yang memiliki riset yang tidak lengkap atau menambahkan kalimat-kalimat mengandung keburukan dari event tersebut. Bahkan mereka hanya memilih salah satu pandangan netizen yang dimana tanggapannya tidak akurat. Padahal dibalik kesuksesan event budaya Jepang tidak harus berdasarkan kritikan netizen otaku ataupun suatu pandangan bahwa event tersebut tidak mendidik.
Adanya suatu event budaya Jepang juga tidak lepas dari edukasi kalangan masyarakat, khususnya para remaja. Para pengunjung bisa mengenal seperti apa aktivitas-aktivitas menarik di Jepang, kuliner khas Jepang banyak dijumpai disana, bahkan bisa foto bersama cosplayer-cosplayer favorit. Sama halnya dengan kegiatan festival, event Jejepangan juga memiliki rundown kompetisi, seperti lomba menggambar, membuat manga, dan juga lomba cosplay untuk menambah kreatifitas para penggemar Jejepangan.
Event Jejepangan di setiap daerah memiliki keunikannya masing-masing dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu, tentu juga berkat evaluasi baik dari tim Event Organizier maupun netizen. Oleh karena itu, para netizen otaku juga bisa mempertimbangkan lagi kritikannya dengan baik agar daya pemikiran juga semakin maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H