Dokter hewan merupakan sebuah profesi medis yang bekerja khusus untuk menangani Kesehatan hewan. Dokter hewan bertugas untuk mencegah, mendiagnosis dan mengobati penyakit pada berbagai macam hewan, mulai dari hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, hewan ternak seperti sapi, kambing dan ayam hingga hewan liar. Dokter hewan juga perlu berkomunikasi dengan baik dan efektif guna untuk mengetahui informasi seputar penyakit yang diderita oleh pasiennya sehingga dapat mendiagnosis dan menangani pasiennya dengan tepat. Tetapi, dokter hewan memiliki pasien berupa hewan yang pastinya tidak dapat berbicara. Lalu bagaimana sih dokter hewan dapat berkomunikasi dengan sang pasien? Â
Pasien yang dimiliki dokter hewan merupakan hewan yang jelas tidak dapat berbicara dan berkomunikasi tentang gejala penyakit yang mereka alami. Oleh sebab itu, penting bagi dokter hewan untuk berkomunikasi secara efektif dengan sang pemilik hewan. Pemilik hewan disebut juga dengan klien. Seorang klien merupakan salah satu kunci penting dalam mendiagnosis penyakit pada pasien. Dokter hewan akan menggali informasi seputar gejala yang dialami pasien dan identitas pasien seperti umur, jenis, riwayat penyakit, jenis kelamin, aktivitas, gejala sakit dan lain-lain. Proses pengumpulan informasi/wawancara medis disebut dengan anamnesis. Selanjutnya, setelah dilakukan anamnesis, dokter hewan dapat menangani pasiennya dengan cara mengobservasi pasien. Observasi adalah proses pengamatan terhadap tanda-tanda fisik, perilaku, dan respon hewan terhadap rangsangan. Observasi dapat dilakukan melalui beberapa cara.
Pertama, pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi kesehatan hewan, mulai dari kondisi bulu, kulit, mata, hidung, mulut, telinga, hingga fungsi organ dalam. Setelah itu, dokter hewan dapat melakukan auskultasi, yaitu pemeriksaan jantung, saluran pencernaan atau paru paru dengan menggunakan stetoskop. Tindakan itu dilakukan untuk membantu dokter hewan dalam membuat diagnosis, suara-suara yang didengar selama auskultasi dapat memberikan petunjuk penting mengenai suatu penyakit. Berdasaran hasil pemeriksaan fisik, dokter hewan dapat memberikan diagnosis. Dokter hewan dapat menentukan rencana pengobatan yang paling tepat untuk hewan tersebut, baik itu pemberian obat-obatan, maupun tindakan bedah.
Kedua, uji laboratorium. Uji laboratorium dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai kondisi kesehatan hewan, sehingga dapat menentukan diagnosis dan penanganan yang tepat. Banyak penyakit pada hewan tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal dan hewan terlihat masih memiliki kondisi fisik yang baik. Oleh sebab itu, uji laboratorium sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan hewan secara akurat.
Setelah dilakukan observasi, dokter hewan dapat melakukan pengobatan, perawatan atau tindakan bedah yang sesuai dengan hasil diagnosis. Tak lupa, dokter hewan juga harus menyampaikan diagnosis pasien kepada klien. Komunikasi yang terbuka dan jelas sangat penting agar pemilik hewan dapat memahami kondisi hewan miliknya dengan baik. Komunikasi yang baik dan empati juga dapat membantu mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh klien, dokter hewan juga perlu memberikan informasi yang jelas dengan menjelaskan dengan kata kata yang mudah dipahami, hal itu dapat membantu pemilik merasa lebih tenang.
Pasien tidak dapat berbicara tidak dapat menghalangi seorang dokter hewan dalam menyembuhkan pasiennya. Itulah mengapa komunikasi yang baik dengan klien sangat penting bagi dokter hewan dalam menangani pasien mereka yang tidak dapat berbicara. Dengan informasi mengenai kondisi hewan yang didapatkan dari klien dapat menjadi kunci utama kesuksesan pengobatan pada pasiennya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H