Mohon tunggu...
Dik Ror
Dik Ror Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - saya adalah pelajar MA Tahfidh Annuqayah

saya adalah seorang yang suka bergurau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memperbaiki Moral dengan Membaca Novel

18 September 2024   21:50 Diperbarui: 18 September 2024   22:11 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan yang maha mewah ini, sering kali membuat kita lupa akan daratan, Waktu berlalu cepat tak kasat tanpa manfaat dikarenakan hari-hari yang (hanya) dipenuhi oleh pekerjaan-pekerjaan non-faedah: bermimpi dan mengigau dan lain sebagainya.

Berangkat dari hal itu, hendaknya kita mengisi waktu kita dengan yang maha berfaedah. Baik dengan membaca, minimal, novel. Akan tetapi, kebanyakan orang mengklaim novel dengan bacaan yang tak mendidik kepada kebenaran, mendidik untuk tauran dan pacaran misalnya. Dan hipotesis mereka terhadap novel adalah bahwasanya novel hanya merusak moral.

Nah, tulisan ini, akan akan menyemis jauh-jauh klaim dan hipotesis mereka terhadap novel. Kata siapa, novel mendidik kita untuk tauran dan pacaran? Kata siapa, novel merusak moral? Itu karena, pengetahuan mereka terhadap novel sangat terbatas. Padahal, di Indonesia saja, banyak novelis, yang novelnya, sangat mendidik terhadap kebaikan. Seperti halnya: Tere Liye.

Darwis, atau, yang kerap kali dikenal dengan Tere Liye, seorang novelis yang jumlah novelnya lebih dari lima puluh macam. Dan, beberapa novelnya sangat mendidik terhadap moral. Misalnya: Si Anak Pemberani. Ini adalah salah satu serial Tere Liye yang di sinopsisnya tertulis: Dari puluhan buku Tere Liye, serial ini adalah mahkotanya. Kalimat mahkota menunjukkan bahwa, dari tumpukan novel Tere Liye, serial ini yang paling sepesial. Itu dikarenakan, sangat mendidiknya serial ini terhadap pembacanya. Contoh dalam novel Si Anak Pemberani ini.

Didunia ini, pasti ada orang yang kita sangat sayangi. Dan novel ini, mengajarkan: Jika orang yang kita sayangi disakiti orang lain, maka, lawanlah dia semampu kita. Seperti yang dilakukan Eliana(Si Anak Pemberani). 'JANGAN HINA BAPAKKU!!!'(hal:20.) Itu, adalah sebuah contoh keberanian Si Anak Pemberani dalam membela orang yang sangat ia sayangi, bapaknya, di kala ia dihina sebab outfitnya. Itu pelajaran yang pertama.

Bukan hanya membela orang yang kita sangat sayangi. Akan tetapi, terhadap apa yang juga kita Sangat sayangi. Seperti halnya si Eliana yang juga sangat berani membela tanah, sungai, hutan dan lembah kampung halamannya. 'cepat, Damdas, cepat!!!'(hal:126). Benar, inilah contoh di saat Eliana, Damdas dan Hima sedang berjuang mati-matian dalam membela tanah, sungai, hutan dan lembah kampung halamannya di saat kerakusan dunia datang. Ini, adalah yang kedua.

Yang ketiga: Tidak asing lagi bagi kita terjadinya hujan. Hujan adalah rahmat, katanya. Akan tetapi, bagaimana proses terjadinya hujan? ' Nah, bagaimana terjadinya hujan? Terik cahaya matahari membuat air di lautan menguap. Juga air di sungai, air di danau, air tergenang di halaman sekolah, di selokan. Semua menguap berubah menjadi awan...' 'Perbedaan suhu, tekanan, dan gesekan awan-awan akan menciptakan petir serta guntur. Sedangkan proses kondensasi akan mengubah gumpalan awan pekat menjadi kristal air...'(hal:98). Itulah perkataan pak Bin, guru Eliana, yang sedang mengajar di kelas.

Di samping itu, novel ini juga mengajarkan keterampilan. Di saat sekolah tua yang hampir roboh dan terletak di pelosok desa diundang dalam pameran yang diselenggarakan di kota. Dengan segala keterbatasan fasilitas, ingat, fasilitas, bukan kreativitas, mereka semua, pak Bin dan semua murid, berusaha membuat Herbarium sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh pak Bin(324-325). Dan dikarenakan kecukupan kreativitas mereka semua, Herbarium mereka selesai dan menjadi sorotan semua pendatang di saat pelaksanaan pameran. Termasuk salah satu turis 'oh my god! That's legendary reflesia arnoldii'(hal:360).

Dan yang terakhir ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Sindiran bagi---mungkin---seluruh pembaca, dan juga sebuah apresiasi untuk Tere Liye. Yaitu di bab: Kasih Sayang Mamak bagian: 1,2 dan 3. Hal itu, bermula dikala sang Mamak marah terhadap Eliana. 'Bukankah Mamak sudah bilang, Eli? Urus adik-adik kau yang sedang mandi. Apa susahnya menyuruh mereka mandi baik-baik. Kenapa mereka bertengkar lagi? Eliana terkena omelan si Mamak tidak hanya sekali. Pada halaman:282,286, Eliana masih tetap terkena omelan si Mamak. Dan pada akhirnya, di kala Eliana tidak menjaga adik-adiknya dengan baik, sehingga menyebabkan salah satu adiknya terluka, Eliana terkena omelan si mamak yang sudah mencapai puncak klimaks, omelan tanpa suara. Senyap. Yang akhirnya berhasil membuat mental Eliana jatuh dan angkat kaki dari rumahnya dan menginap di rumah wak Yati, salah satu kerabatnya.

Dana pada suatu malam, tepatnya jam dua belas malam, wak Yati menjenguk Eliana di dalam kamarnya. 'Nak, jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang engkau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.' Itu yang dikatakan Wak Yati yang hanya masuk sebentar ketelinga Eliana dan keluar secepatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun