Bagi sebagian orang, mempercayai orang lain bukan hal ringan walaupun sepele. Ada rasa trauma pernah bergelayut hingga mereka sulit percaya. Bila terpaksa mempercayai, alih-alih mereka bisa sepenuhnya percaya, justru mereka akan bersikap penuh kehati-hatian.
Sebutan trust issue ini tak hanya berlaku pada hubungan romantis, namun juga hubungan orang tua dan anak, keluarga, serta persahabatan. Semua orang meyakini bahwa orang terdekat di hidup kita akan lebih memiliki peluang menyakiti kita )dibandingkan  orang lain.
Bagi orang yang mengemban trust issue di manapun mereka berada pasti memiliki rasa was-was apakah mereka benar-benar tulus atau mereka memiliki motif lain dibalik itu. Sikap kehati-kehatian yang mereka selalu miliki ini menimbulkan kewaspadaan agar tak terjebak dalam situasi apapun. Mereka membatasi hubungan mereka dengan orang lain.
Kebiasaan overthinking seorang trust issue selalu memunculkan kekhawatiran. Tak jarang mereka mengalami stres dan depresi akibat rasa kesepian. Bila hal itu terjadi, mereka akan mengalihkan rasa was-was melalui kegiatan seperti membaca, melukis, bermain basket, dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, seorang trust issue akan merasa percaya diri dan lebih mandiri untuk melakukan segala sesuatu secara mandiri tanpa melibatkan orang lain. Mereka percaya bahwa menjadi pribadi mandiri berarti lebih bebas memahami kebenaran dirinya. Mereka tak akan mudah terpengaruh orang lain.
