Menjadi kreatif adalah suatu keharusan. Ide didapatkan dari masalah maupun peluang yang ada di lingkungan sekitar. Setiap ide dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki baik sesuai bidangnya maupun di luar bidang dimilikinya dengan melakukan kerjasama atau teamwork.Â
Skill dan kreativitas adalah dua hal yang berhubungan yang mana keduanya didapatkan dari warisan orang tua di rumah dan sekitar lingkungan keluarga ditambah dengan pengalaman ilmu yang diperoleh.  Saat ini banyak sekali di internet menyebarkan virus kreativitas, baik berupa tutorial maupun hasil karyanya.Â
Di YouTube, banyak viewer berarti banyak poin yang diperoleh dan banyak iklan yang lewat. Masyarakat sudah sangat memahami bahwa begitu banyak contoh karya yang bisa ditiru dari internet, dan karya yang diposting di internet artinya siap untuk diunduh oleh siapapun yang menginginkannya tanpa bermaksud mengakui karya orang lain menjadi miliknya.
Ketika seseorang memiliki kreativitas artinya ilmunya sudah siap untuk disebarkan kepada masyarakat. Ketika saya mulai terjun ke desa KKN dalam rangka tugas, saya punya sudah akan menyadari bahwa ada sesuatu berupa kreativitas yang bisa saya salurkan demi pengembangan desa tersebut.Â
Tahun lalu di tahun 2017 di desa KKN Wanusobo Jepara, desa Menganti Jepara, dan desa Suwawal timur Jepara, mahasiswa KKN menyelenggarakan pelatihan merajut kepada ibu-ibu PKK dengan saya sebagai tutornya.Â
Terbersit saat itu bagaimana memadukan keterampilan yang saya miliki dengan pemanfaatannya pada kebersihan lingkungan yaitu merajut limbah plastik. Hasilnya bisa berupa bunga tulip sebagai hiasan, topi, tas, dan sebagainya.
Begitupun kita juga sering menyaksikan di layar televisi bagaimana siswa SMK mengembangkan kendaraan tanpa bahan bakar alias mobil listrik.Â
Kreativitas yang dihasilkan oleh siswa SMK ini tidak lain adalah berdasarkan kebutuhan masyarakat agar terbebas dari polusi dan aplikasi ilmu yait bagaimana Hidrogen dan Oksigen bisa menghasilkan listrik sehingga terasa manfaatnya demi kemaslahatan masyarakat. Tidak hanya itu, di desa Temanggung Jawa Tengah tepatnya di dusun Ngadiprono, desa Ngadimulyo,Â
Kecamatan Kedu ada hal menarik di pasar Papringan dimana banyak pengunjung yang datang tidak hanya masyarakat lokal namun juga dari barbagai daerah maupun luar negeri. Yang unik dari pasar ini dibandingkan pasar lain adalah alat tukar mata uangnya terbuat dari bambu atau pring yang mana satu pring sama dengan Rp.2000,00.Â
Hal sama juga dilakukan beberapa event kegiatan yang biasanya alat tukar jual belinya berupa kupon. Di pasar Papringan ini hanya terselenggara dua kali sebulan yaitu tiap hai pasaran Minggu Wage dan Pon.Â
Pengelola pasar ini adalah generasi muda setempat yang menyulap lokasi yang dulunya menjadi tempat pembuangan sampah sekarang justru menghasilkan setelah menjadi pasar Papringan.