Mohon tunggu...
Ali Usman
Ali Usman Mohon Tunggu... Jurnalis televisi -

Pernah bekerja untuk koran Merdeka, IndoPos, Radar Bekasi, Harian Pelita, Majalah Maestro, Harian ProGol, Tribunnews.com (Kelompok Kompas Gramedia), Vivanews.com, kini di TVRI nasional. * IG aliushine * twitter @kucing2belang * line aliushine * blog www.aliushine.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menghapus September

2 September 2016   13:07 Diperbarui: 2 September 2016   13:28 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: viewhdpictures.com

Flea menggigit bibirnya. Gadis itu tengah menunggu seseorang yang akan menjemputnya. Hari ini ia sudah janjian untuk pergi ke pesta akhir pekan di rumah besar milik salah satu teman kampusnya. Ia akan menari dengan lelaki yang ditaksirnya, Dave. Ini pesta terakhir pekan ini. Flea tak mau melewatkannya.

Tapi lelaki itu tak jua terlihat. Padahal Flea sudah rapi berdandan sejak dua jam lalu. Gadis itu mulai resah. Beberapa kali ia melongok ke arah jalanan. Tapi Dave belum juga muncul. Kota Visby tidak sebesar Stockholm ataupun Gothenburg. Seharusnya lelaki itu bisa datang lebih cepat, pikir Flea.

Flea duduk di dekat jendela. Angin mulai berhembus dingin. Sebentar lagi sudah September. Flea tak suka dengan September. September berarti awal musim dingin. Malam akan lebih panjang dari biasanya. Di negara-negara Skandinavia, musim dingin biasa dimulai pada bulan September.

Flea tak suka musim dingin. Saat Agustus, Visby ramai dengan pesta. Ada banyak festival di kota itu. Semua orang bergembira. Banyak pelancong yang datang ke Visby. Tapi September akan berbeda. Flea tak suka dengan bulan itu. Tidak ada lagi pesta dan tari-tarian. Semua orang akan kembali ke rumahnya.

Flea memandang ke arah jalanan. Dave tak kunjung terlihat. Gadis itu mulai tak sabar. Ia membuka pintu. Angin menerpa wajahnya. Udara sangat dingin, pikir gadis itu. Ia kembali ke dekat jendela. Ini pasti karena sebentar lagi masuk September. Gadis itu mendengus kesal.

Flea tak pernah suka dengan September. Saat ia kecil, ia mengalami pelecehan seksual di sekolahnya. Itu terjadi bulan September. Saat Flea sudah di bangku sekolah menengah, September juga telah merenggut ibunya yang terkena kanker ovarium. Flea menarik napas. Ia benci mengingat itu semua.

Dua tahun sebelumnya, September juga telah merenggut kedua kaki ayahnya dalam sebuah insiden kecelakaan mobil. Kejadiannya di jalan Strandgatan tak jauh dari Gotlands Museum. Flea saat itu berada satu mobil dengan ayahnya. Beruntung gadis itu bisa selamat dari insiden.

Flea memandang langit. Di awal September tahun lalu, sebuah kecelakaan pesawat telah merenggut nyawa Olsen, kekasih hatinya. Flea tak habis pikir, ada apa dengan September. Kenapa September menjadi sangat kejam bagi gadis itu.

Flea bangun dari tempat duduknya. Menunggu tanpa aktifitas hanya akan memaksanya mengingat semua kenangan pahit itu. Flea melangkah ke luar rumah. Kebun kecil dan beberapa tanaman rambat yang menghijau di sekitarnya, mampu mengalihkan sementara fokus Flea dari kenangan-kenangan itu.

Flea kini menunggu Dave di pinggir jalan. Lelaki itu teman satu kampus Flea. Meski kenal sudah lama, tapi mereka baru berteman lebih dekat sejak empat bulan lalu. Dave sangat baik. Beberapa kali lelaki itu menembaknya. Tapi Flea waktu itu tak memberi jawaban. Ia menyimpannya untuk moment tertentu. Flea ingin menerima cinta Dave di pesta terakhir nanti. Ia akan memberitahu lelaki itu saat menari.

Tapi sudah tiga jam Flea menunggu. Lelaki itu tak jua terlihat. Flea sudah mati gaya. Ia tak tahu harus bagaimana. Beberapa kali gadis itu harus keluar masuk rumah, dan melihat ke jalanan. Hasilnya sama. Dave tak kunjung datang. Beberapa kali telepon seluler Flea juga begetar. Tapi bukan dari Dave. Lelaki itu tak bisa dihubungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun