Mohon tunggu...
Dewa Putu Alit Parwita
Dewa Putu Alit Parwita Mohon Tunggu... Dokter - Pengalaman bekerja di bidang kesehatan mulai dari Puskesmas, Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit selama hampir 30 tahun

lebih baik sehat dari pada sakit

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menginvestasikan Hidup Sehat

26 April 2011   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:22 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di tengah-tengah berbagai kesulitan yang dihadapi bangsa kita dewasa ini baik tekanan ekonomi, masalah-masalah sosial kemasyarakatan maupun masalah politik, rasanya tiada yang lebih indah di dunia ini tatkala tubuh kita secara fisik , psikis dan spiritual berada dalam kondisi fit, bugar dan sehat. Sehat secara fisik dapat ditandai dengan tidak adanya penyakit-penyakit dalam organ tubuh kita, seperti jantung, paru, ginjal, pencernaan, dan lain-lain . Sehat secara psikis ditandai dengan tidak adanya gangguan pada kejiwaan kita yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti rasa kecewa yang berkepanjangan, rasa sedih atau marah yang tidak kunjung reda, rasa takut atau cemas yang terus menghantui. Sehat secara spiritual dapat ditandai dengan seberapa jauh kita melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan upaya untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan kita terhadap Sang Pencipta. Bagaimana bila keindahan yang kita nikmati tersebut seketika berubah menjadi buram bahkan malapetaka menghantui ?. Keluarga jatuh sakit, konflik dalam rumah tangga yang mengakibatkan stress yang mendalam, konflik sosial dalam masyarakat yang mengakibatkan hubungan antar pihak yang berkonflik menjadi renggang yang bisa menganggu aktivitas sehari-hari bagi individu yang terlibat dalam konflik tadi. Menurut Blum, derajat kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu 1) faktor perilaku (dengan domain perilaku yaitu knowledge/pengetahuan tentang kesehatan, attitude/sikap dalam menghadapi kondisi kesehatan tertentu dan practice/tindakan yang dilakukan seseorang atau masyarakat dalam menjaga kondisi kesehatannya), 2) faktor lingkungan baik lingkungan fisik, sosial budaya dan adat istiadat, 3) faktor kualitas pelayanan kesehatan yang ada dan 4) faktor keturunan. Tiga yang disebutkan pertama merupakan faktor yang memungkinkan dilakukan suatu intervensi/perubahan, namun tidak mudah untuk mewujudkanya. Misalnya seseorang yang memiliki faktor risiko untuk menderita penyakit jantung koroner seperti kegemukan, tekanan darah tinggi, perokok, stress karena pekerjaannya, kurang melakukan aktifitas fisik, dan pola makan yang tidak berimbang kesemuanya itu adalah keterpaduan faktor perilaku, lingkungan dan kualitas pelayanan kesehatan yang tersedia.

Kalau berinvestasi dalam suatu usaha dagang atau jasa, dibutuhkan modal yang cukup, dan sumberdaya lainnya. Akan tetapi menginvestasikan perilaku sehat untuk dapat tetap hidup sehat tidak membutuhkan biaya yang mahal bahkan ada kalanya tidak memerlukan biaya sama sekali, karena hal ini tercermin dari perilaku hidup sehat sehari-hari yang tanpa disadari telah berkontribusi secara nyata terhadap tingkat kesehatan. Perilaku-perilaku sehat yang kita investasikan saat ini, akan membuahkan hasilnya dalam jangka pendek maupun jangka panjang kalau kita melakukannya dengan displin dan dijadikan gaya hidup sehari-hari. Kesehatan menjadi terasa mahal (bahkan sangat mahal sekali) bila kondisi sakit yang memerlukan tindakan operatif dan penyakit-penyakit yang memerlukan pengobatan seumur hidup (long life theraphy). Disamping terasa mahal, kondisi sakit juga akan merampas waktu produktif kita karena tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan/tugas yang semestinya dilakukan baik di kantor , sekolah, bertani, melaut, berjualan di pasar dan sebagainya. Walaupun kesehatan bukan segala-galanya, tapi tanpa kesehatan, segala-galanya akan tidak ada artinya. Begitu orang bijak mengatakan.

Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan

Masalah kesehatan sekarang telah mandapat perhatian yang cukup beragam dari masyarakat, partai politik, LSM termasuk tentunya Pemerintah. Namun paradigma sehat yang mulai dipopulerkan tahun 2000 oleh Menteri Kesehatan Farid A. Moeluk waktu itu mendapat respon yang beragam pula. Paradigma sehat mengandung makna yang sangat luas karena lebih menekankan pada "bagaimana mencegah individu/ masyarakat yang sehat menjadi sakit". Berbicara masalah pencegahan akan lebih banyak bersentuhan dengan aspek perilaku sehat dari individu atau masyarakat. Timbulnya perilaku sehat, didasari pada pemahaman kesehatan yang berasal dari pendidikan. Jadi, tak mengherankan kalau banyak kasus kesehatan yang mencuat sekarang, bisa jadi disebabkan masih rendahnya pendidikan perilaku kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sebuah komunitas bisa dikatakan sehat, apabila telah memenuhi tiga pilar derajat kesehatan. Ketiga pilar tersebut merupakan perilaku sehat, lingkungan sehat, serta pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau .
Perilaku sehat merupakan pilar paling utama. Karena komponen tersebut ternyata sangat berpengaruh pada kedua pilar lainnya. Perilaku kesehatan tidak terlepas dari unsur-unsur pengetahuan tentang kesehatan, sikap dalam menghadapi isue kesehatan dan melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi problem kesehatan menurut pengetahuan yang dimiliki. Selain itu perilaku kesehatan juga sangat dekat dengan kepercayaan, nilai, norma (kebudayaan) yang lahir, berkembang atau hidup dalam organisasi sosial dan diwarnai oleh kepribadian individu-individunya. Seorang perokok berat selama puluhan tahun yang memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya merokok tidak serta merta bersikap positif dalam menghentikan kebiasaan merokok, karena kenikmatan yang diperoleh dari merokok memiliki nilai tertentu baginya, seperti menambah percaya diri, kejantanan, mencari inspirasi baru dan lain-lain. Demikian juga seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang hipertensi akan sulit melakukan kontrol terhadap perilaku-perilaku salah tentang faktor-faktor yang bisa memperburuk keadaan hipertensinya seperti pola makan, olahraga, dan menjaga stabilitas psikologisnya.

Mengubah suatu bentuk perilaku kesehatan adalah menambah, bukan mengganti , gagasan kebudayaan kesehatan baru ke dalam kognisi seseorang. Program-program penanggulangan penyakit, kuratif dan pencegahan yang ditujukan kepada masyarakat yang paling membutuhkan di negara berkembang banyak menemui kegagalan karena : 1) pemahaman, sikap positif, penerimaan dan adopsi teknologi biomedis Barat yang disampaikan tidak terjadi dalam masa singkat seperti yang diharapkan penyampai-penyampai dari Barat. Tidak jarang gagasan pemecahan masalah kesehatan ditolak oleh penduduk atau terjadinya konflik kepercayaan, karena penyampai informasi memposisikan diri sebagai profesional biomedis Barat. 2) Kalangan birokrat dan profesional lebih berpegang pada budaya formalisme dan profesionalisme mereka dalam menentukan kebijakan, mengambil keputusan dan berkomunikasi ketimbang premis-premis budaya kelompok resipien ( Kalangie,1994).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun