Kritik terhadap perkembangan theologi Islam haruslah dapat mengungkapkan ketidaksesuaian antara pandangan Al Qur'an dengan berbagai aliran theologi dalam Islam serta mampu memberikan alternatif suatu rumusan theologi yang baru. Sudah barang tentu bahwa semua rumusan theologi selalu tidak bisa menghindarkan diri dari campur tangan sejarah,tetapi mereka harus tetap setia kepada gagasan2 agama yang diwakilinya. Doktrin2 spekulatif dan berlebih2annya esoterisisnya para sufi, rasionalisme nya Mu'tazilah serta tradisionalisme nya Asy'ariyah yang saling bertentangan telah memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kita dalam menyikapi masalah yang super sensitif ini.
Siapa yang berani mengatakan bahwa doktrin Mu'tazilah tentang penyangkalan sifat2 Tuhan dan pembatasan kekuasaan Tuhan hanya pada wilayah kealaman dst adalah cerminan gagasan2 Al Qur'an ?? Dan siapa pula yang berani menyatakan bahwa doktrin2 Asy'ariyah tentang penafian kehendak manusia, pengingkaran sebab akibat, pengangkatan atomisme sebagai prinsip utama dst adalah sesuai dengan ajaran2 Al Qur'an ?? Kaum modernis muslim telah berhasil merobohkan tembok ke sia2 an sakral yang telah lama memenjara umat Islam dan mengajak kaum Muslimin kembali kepada sumber ajaran Al Qur'an yang murni. Tetapi kaum modernis ini sayangnya tidak mampu membuat alternatif sebuah bangunan pandangan dunia baru yang lebih komprehensif, mereka kebingungan dan tak banyak bicara tentang theologi dan filsafat, mereka terjebak kedalam bentuk2 Islam artifisial, hanya menyentuh kulit2 luarnya saja, mereka kwalahan membuat identitas2 ke Islam an yang baru, tak pelak lagi bahwa topik kesayangan mereka hanya di seputar jilbab, zakat, gender dan tak lupa juga.... jenggot, yaitu hal2 yang membedakan mereka dengan Barat (sebagai lawan dari Islam)
Ada masalah dilematis yang dihadapi umat Islam dalam menghadapi hal ini, merevisi pembacaan ulang Al Qur'an secara sistematis bisa jadi akan merusak tatanan tradisi yang sudah mengakar dan merupakan "dosa besar" yang dapat menimbulkan "chaos" diantara sesama muslim, sedangkan dilain pihak umat Islam harus menghadapi tantangan2 jaman dengan hanya bersenjatakan "pranata2" yang sudah usang. Masa lalu Islam memang indah, seindah apapun itu cuma kuburan, kita berjalan menghadap kedepan, bukan kebelakang ! Kita harus berani mengambil resiko atau menggigil kedinginan disudut2 masjid. Solusi2 masa lalu hanya cocok buat masalah2 masa lalu, waktu terus berjalan, tidak ada masalah yang kembar identik, begitu pula cara2 penyelesaiannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H