Lev Vygotsky dan Jean Piaget adalah dua tokoh penting dalam psikologi perkembangan, namun mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai perkembangan sosial.
Piaget dan Vygotsky adalah psikolog di awal tahun 1900-an yang mempelajari anak-anak dan mengembangkan teori kognitif berdasarkan pengamatan mereka.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget berpusat pada penelitian terhadap anak-anaknya sendiri. Piaget percaya bahwa anak-anak adalah pembelajar aktif dalam perkembangan mereka sendiri. Piaget percaya bahwa anak-anak mengembangkan ide-ide mereka secara independen dari orang lain. Piaget percaya bahwa anak-anak dan remaja melewati tahap-tahap berdasarkan kedewasaan dan perkembangan kognitif.
Teori Sosiokultural Vygotsky didasarkan pada keyakinannya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi sosial, bahasa, dan budaya dalam pengalaman mereka. Vygotsky percaya bahwa anak-anak membutuhkan interaksi sosial untuk membangun proses bahasa, dan melalui proses bahasa ini, mereka mengembangkan perangkat mental untuk belajar. Norma sosial memengaruhi apa yang akan mereka pelajari dan bagaimana mereka akan berkembang. Aspek budaya juga akan memengaruhi proses kognitif anak-anak.
Teori Piaget
Piaget mengembangkan teori Perkembangan Kognitif yang berfokus pada bagaimana anak-anak bergerak melalui tahap-tahap perkembangan. Tahap-tahap ini menggambarkan bagaimana anak-anak berkembang berdasarkan pengetahuan yang akan mereka peroleh berdasarkan pengalaman dan tingkat kedewasaan mereka. Piaget mengasumsikan beberapa hal tentang proses belajar anak-anak.
Memperoleh pengetahuan merupakan proses yang berkelanjutan.
Anak-anak akan membangun ide-ide mereka sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki yang dapat mereka kembangkan. Anak-anak menggunakan skema .
Anak-anak memperoleh dan menemukan pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Anak-anak adalah pembelajar aktif yang belajar melalui praktik.
Pengetahuan dan perkembangan anak terjadi secara bertahap.
Interaksi sosial memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif, karena membantu individu belajar dari orang lain.
Selama masa kanak-kanak, interaksi sosial sangat penting untuk perkembangan kognitif. Anak-anak belajar melalui pengamatan dan peniruan perilaku orang lain, terutama mereka yang berada di lingkungan terdekat mereka. Mereka juga mempelajari keterampilan bahasa dan komunikasi melalui interaksi sosial dengan pengasuh dan teman sebaya.
Seiring bertambahnya usia anak-anak, interaksi sosial menjadi semakin penting untuk perkembangan kognitif. Remaja dan dewasa muda belajar dari teman sebaya dan jaringan sosial mereka, saat mereka menavigasi situasi sosial yang kompleks dan mengembangkan identitas mereka sendiri. Interaksi sosial juga membantu individu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, saat mereka belajar mengevaluasi berbagai perspektif dan ide.
Di masa dewasa, interaksi sosial terus memengaruhi perkembangan kognitif. Jaringan dukungan sosial dapat membantu individu mengatasi stres dan menjaga kesehatan mental, sementara keterlibatan sosial dalam kegiatan seperti menjadi sukarelawan atau bergabung dengan klub dapat membantu menjaga fungsi kognitif di kemudian hari.