Mohon tunggu...
Alisya Isna Cahyani
Alisya Isna Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Konsumerisme di Kalangan Remaja

11 Desember 2024   15:00 Diperbarui: 14 Desember 2024   16:53 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya Konsumerisme di Kalangan Remaja

Perkembangan zaman yang pesat, terutama dengan kemajuan teknologi dan media sosial, menjadi salah satu penyebab utama maraknya budaya konsumerisme di kalangan remaja. Sosiolog Jean Baudrillard menjelaskan bahwa konsumerisme adalah budaya konsumsi modern yang mendorong seseorang untuk terus-menerus membeli barang atau jasa, bahkan melebihi kebutuhannya. Dalam gaya hidup ini, kebahagiaan dan kepuasan sering diukur dari kepemilikan barang mewah atau bermerek. Konsumerisme bukan lagi sekadar pemenuhan kebutuhan, tetapi juga menjadi simbol status dan identitas diri. Banyak remaja terdorong untuk mengikuti tren atau mendapatkan pengakuan sosial, sehingga konsumsi berubah menjadi cara untuk membangun citra diri mereka di mata orang lain.

Budaya konsumerisme ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah iklan dan media sosial yang aktif mempromosikan produk dengan cara menarik perhatian remaja. Media sosial menjadi tempat munculnya tren baru yang sering didukung oleh influencer atau selebritas, yang dijadikan panutan oleh remaja. Selain itu, pengaruh teman sebaya juga berperan besar, karena banyak remaja merasa perlu mengikuti gaya hidup teman-temannya agar tidak merasa tertinggal. Gaya hidup modern dan urbanisasi turut memperkuat budaya ini, dengan kemudahan akses terhadap produk dan layanan melalui teknologi digital. Faktor-faktor ini mendorong remaja menjadi lebih konsumtif, sering kali tanpa mempertimbangkan apakah barang yang dibeli benar-benar diperlukan.

Dampak budaya konsumerisme pada remaja dapat bersifat positif maupun negatif. Dari sisi positif, konsumerisme meningkatkan kesadaran remaja terhadap merek dan tren global, serta mendorong kreativitas dalam mengekspresikan diri, misalnya melalui gaya berpakaian. Namun, dampak negatifnya lebih dominan. Budaya ini memicu perilaku konsumtif yang tidak terkendali, di mana remaja terus membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Banyak remaja juga menjadi terlalu bergantung pada validasi sosial, menganggap barang mewah sebagai penentu status atau penerimaan di lingkungan pergaulan. Akibatnya, mereka bisa terjebak dalam masalah keuangan, bahkan utang sejak dini. Selain itu, konsumerisme juga mengikis nilai-nilai spiritual dan budaya lokal, karena remaja lebih fokus pada tren global daripada menghargai budaya warisan mereka sendiri.

Untuk mengatasi budaya konsumerisme di kalangan remaja, perlu dilakukan berbagai langkah strategis. Salah satunya adalah pendidikan literasi keuangan, di mana remaja diajarkan pentingnya menabung, mengelola uang dengan bijak, dan memahami manfaat investasi sejak dini. Selain itu, kampanye yang menanamkan nilai hidup sederhana, seperti minimalisme, dapat membantu remaja lebih fokus pada kebutuhan daripada keinginan. Orang tua dan sekolah juga berperan penting dalam memberikan edukasi dan contoh gaya hidup sederhana. Di sisi lain, pemerintah dapat membantu dengan mengatur media dan iklan, terutama yang secara agresif menargetkan remaja. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan remaja dapat mengadopsi pola konsumsi yang lebih bijak dan terhindar dari gaya hidup konsumtif.

Sebagai fenomena yang kompleks, budaya konsumerisme memiliki dampak besar pada remaja, baik dari segi perilaku, keuangan, maupun nilai sosial dan budaya. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak—orang tua, sekolah, pemerintah, hingga media—untuk membantu remaja mengatasi budaya konsumtif ini. Dengan menjalani gaya hidup sederhana dan fokus pada kebutuhan, remaja tidak hanya menghindari dampak negatif konsumerisme, tetapi juga berkontribusi pada masa depan yang lebih seimbang dan bermakna. Mari kita bersama-sama mendukung generasi muda untuk membangun kehidupan yang lebih bijak dan bertanggung jawab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun