Mohon tunggu...
Alista Nuraini
Alista Nuraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Master's Student

A master's student passionate about writing content and articles

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seni Menemukan Kekuatan dalam Reruntuhan

14 Agustus 2024   20:00 Diperbarui: 26 Agustus 2024   21:31 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam labirin kehidupan, kerap kali menemukan diri terperangkap dalam reruntuhan emosional yang menghantui setiap langkah. Reruntuhan ini tampak seperti puing-puing yang tidak berharga, mengandung makna mendalam yang hanya bisa ditemukan dalam pencarian penuh arti. Dalam bayang-bayang gelap yang membuntuti, ketahanan sejati bukanlah sekadar kemampuan untuk terus maju. Lebih dari sekadar bertahan dari gelombang ombak emosi yang menggerogoti jiwa yang sebenarnya tak pernah sembuh. Bagai gelapnya langit malam yang dihiasi oleh bintang yang bersinar, kehadiran luka yang menggelapkan perjalanan itu harus tetap memberi cahaya untuk menerangi perjalanan. Dalam konteks ini, ketahanan adalah seni yang merangkul reruntuhan itu sebagai bagian dari perjalanan. Bak seorang seniman yang melihat seni dalam potongan-potongan bagian kaca yang membentuk benda seni baru, potongan kaca tersebut sama seperti bagian diri kita yang hancur namun menyimpan potensi untuk membentuk sesuatu yang baru dan tampak lebih berarti.Di tengah reruntuhan yang senyap dihadapkan pada sebuah kebenaran yang tak terhindarkan bahwa segala sesuatu yang dibangun di dunia ini pada akhirnya akan mengalami keruntuhan. Namun dalam kesirnaan itu seperti sebuah pohon yang tandus dan membiarkan akarnya masuk hingga kedalaman dan menyadari bahwa kekuatan sejati hanya datang dari ketahanan yang dibangun.

Hidup seringkali mengajarkan bahwa dalam kegelapan yang pekat sekalipun terdapat cahaya yang murni. Ketika keretakan jiwa meninggalkan bekas, saat itulah berada pada ambang pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri. Proses ini sering kali dipenuhi kesedihan dan penyesalan sebenarnya adalah perjalanan menuju penerimaan batin menuju lebih teguh. Seperti pemahat patung yang mengukirnya dari detail yang kasar maka keindahan sejati terletak pada detail-detail halus yang timbul setelah proses pengukiran yang penuh tenaga. Seperti hal nya kekuatan itu timbul dari pengalaman yang membentuk ketahanan jiwa.

Konsep ini relevan dengan Stoicisme yang mempercayai bahwa pentingnya menerima hal-hal yang berada diluar kendali kita. Bagaimana untuk menjawab situasi tersebut dibandingkan harus meratapinya. Pentingnya pengendalian pikiran untuk mengubah perspektif kesulitan itu menjadi probabilitas untuk pertumbuhan pribadi. Bagi stoik, kebahagiaan adalah kebajikan. Sikap tenang, berani, dan bijaksana dalam reruntuhan itu membantu menemukan kekuatan dan makna. Stoicisme memahami bahwa segala sesuatu bersifat sementara. Sehingga penting menyadari bahwa reruntuhan itu adalah bagian dari siklus kehidupan, jika seseorang memiliki tingkat adaptasi yang baik maka akan lebih mudah untuk mencapai pemulihan dan menemukan kekuatan.

Dengan merangkul reruntuhan itu bukan hanya membangun kekuatan namun juga menciptakan karya seni kehidupan kita sendiri. Setiap puing-puing bayangan gelap adalah bagian dari kanvas yang lebih besar dan lukisan itu akan terbentuk dari setiap langkah dan keputusan yang diambil. Dalam seni menemukan kekuatan dalam reruntuhan, ketahanan sejati bukan hanya bagaimana bergerak maju meski dalam bayang-bayang gelap, tetapi juga menemukan kekuatan dalam setiap langkah yang diambil meskipun dibayangi oleh keretakan jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun