Mohon tunggu...
Alissa Angelia
Alissa Angelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa aktif Fakultas Hukum Universitas Airlangga tahun 2021 yang tertarik dalam bidang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Konservasi Situs Candi Borobudur Melalui Peningkatan Tarif Kunjungan: Langkah yang Tepat atau Gegabah?

10 Juni 2022   09:41 Diperbarui: 10 Juni 2022   11:32 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alissa Angelia - 032111133097

Universitas Airlangga

Beberapa hari yang lalu, masyarakat Indonesia digemparkan dengan pengumuman yang disampaikan oleh Luhut Binsar Panjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengenai kenaikan tarif masuk ke situs budaya Candi Borobudur yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah.

Saat ini, tarif untuk turis dewasa lokal adalah sebesar Rp50.000 dan direncanakan akan mengalami kenaikan sebesar Rp700.000 sehingga tiket masuk untuk turis lokal adalah Rp750.000. Kenaikan ini dirasa cukup signifikan dengan kenaikan yang lebih dari 10 kali lipat. Sedangkan bagi turis mancanegara, tarif yang akan dikenakan sebesar Rp1,4 juta yang awalnya hanya Rp350.000. Selain itu, jumlah wisatawan yang datang untuk menikmati megahnya Candi Borobudur juga akan dibatasi dengan jumlah maksimal wisatawan sebanya 1.200 orang per harinya.

Dengan kenaikan harga berkali-kali lipat ini tentunya menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat, terutama masyarakat Indonesia. Jika ditinjau dari segi konservasi cagar budaya, maka keputusan yang diambil oleh pemerintah ini merupakan sebuah rencana yang esensial untuk mempertahankan eksistensi Candi Borobudur. Sebab, saat ini beberapa bagian Borobudur mengalami kerusakan. Kerusakan ini tentunya tidak hanya disebabkan oleh factor wisatawan saja, tetapi dapat juga berasal dari faktor alam dan iklim. 

Namun, hal yang dapat dikendalikan hanyalah wisatawan. Bukan suatu hal yang aneh lagi apabila kita melihat pemandangan wisatawan yang tidak mengikuti peraturan yang telah tertera secara jelas di Candi Borobudur, seperti contohnya banyak permen karet yang ditempelkan di stupa-stupa ataupun turis yang duduk di stupa situs purbakala tersebut.  

Dengan adanya kenaikan harga ini, diharapkan pengawasan terhadap wisatawan dapat berjalan lebih efektif dan para wisatawan dapat lebih menghargai karya seni purbakala yang masih bertahan hingga saat ini. Begitu pula dengan pembatasan jumlah turis setiap harinya diharapkan dapat mengontrol jumlah wisatawan demi menjaga kapasitas yang ada agar tidak over-capacity dan berpengaruh pada struktur bangunan candi. Perlu diingat pula bahwa Candi Borobudur merupakan salah satu tempat untuk beribadah bagi umat Buddha. Tentunya esensial bagi turis untuk menghormati dan turut menjaga eksistensi dari Candi Borobudur ini.

Selain itu, kita dapat melihat perbandingan dengan Negara Bhutan yang menerapkan minimum biaya bagi wisatawan yang mencapai harga Rp2.6 juta per harinya. Pemerintah Bhutan mengeluarkan kebijakan ini untuk menjaga tradisi dan situs kuno yang dimiliki oleh negaranya. Terbukti bahwa hingga kini, Bhutan masih dapat mempertahankan eksistensi bangunan sejarahnya. Oleh sebab itu, diharapkan dengan kenaikan tarif naik ke Candi Borobudur dapat membantu dalam proses merawat keindahan candi tersebut.

Kenaikan harga ini sebenarnya juga diiringi dengan kebijakan bagi turis yang berkunjung wajib menggunakan jasa pemandu wisata dari masyarakat lokal yang bertujuan untuk menyerap tenaga kerja. Meskipun begitu, kenaikan harga ini tetap menuai protes dari masyarakat, terutama masyarakat lokal sebab banyak masyarakat yang memanfaatkan area Candi Borobudur sebagai tempat mereka memperoleh penghasilan, seperti berjualan di area candi. Dengan adanya rencana kebijakan ini, tentunya dapat memengaruhi minat masyarakat untuk berkunjung sebab biaya yang perlu dikeluarkan tidak sedikit. Ditambah lagi Indonesia saat ini memasuki masa perbaikan ekonomi pasca-pandemi sehingga memengaruhi prioritas pengeluaran mereka.

Sebagai solusi, pemerintah dapat melakukan sosialisasi dan tinjauan ulang terhadap rencana ini. Rencana ini pastinya memiliki tujuan yang positif, tetapi dalam eksekusinya harus mempertimbangkan berbagai aspek, terutama aspek masyarakat lokal yang memanfaatkan banyaknya kunjungan turis ke Candi Borobudur untuk mendapatkan penghasilan. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan kemungkinan penurunan minat masyarakat untuk mengunjungi Candi Borobudur. 

Beberapa mekanisme yang dapat ditawarkan adalah dengan peninjauan kembali sikap wisatawan selama kunjungan ke Candi Borobudur. Selain itu, pemerintah dapat membatasi kuota turis per hari tanpa diiringi kenaikan harga. Jika dilihat dari perspektif masyarakat, masyarakat sudah selayaknya untuk menghormati dan turut mengonservasi Candi Borobudur, baik sebagai cagar budaya ataupun tempat ibadah, dengan mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun