Mohon tunggu...
M Alinapiah Simbolon
M Alinapiah Simbolon Mohon Tunggu... wiraswasta -

Ayah dari seorang anak bernama DOLIARGA HASANUL ABDILLAH SIMBOLON dan suami dari seorang isteri bernama NETTY ERLINDA. Juga pekerja sosial dan pengamat tingkat kampung, sekaligus sosok anak manusia, yang masih punya semangat...........\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aroma Rekayasa Memenangkan Pramono Edhi di Ajang Konvensi

10 Januari 2014   03:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:58 2400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389298804202174519

[caption id="attachment_305123" align="aligncenter" width="632" caption="Pramono Edhi Wibowo (foto : kompas.com)"][/caption]

Objektivitas dan independensi tampaknya bakal terkesampingkan dan tak menjadi penilaian utama untuk menentukan siapa yang menjadi pemenang Konvensi Capres Partai Demokrat. Soalnya, adanya rekayasa yang dilakukan melalui trik politik dan cipta kondisi untuk memenangkan calon tertentu tanda-tandanya sudah mulai terbaca dan terlihat. Itulah yang menjadi asumsi penulis setelah melihat dinamika politik terkait penyelenggaraan Konvensi Capres Partai Demokrat.

Ada hal yang menarik bagi penulis, sehingga berani mengatakan ada rekayasa yangsedang berjalan dan terprogram untuk memenangkan calon tertentu. Bahkan penulis berani mengatakan calon akan dimenangkan dengan dengan cara rekayasa, tak lain dan tak bukan adalah Pramono Edhi Wibowo, yang juga adik ipar pemimpin tertinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Penulis dan mungkin juga banyak kalangan bisa mencium adanya aroma rekayasa untuk memenangkan mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut. Aroma berbau rekayasa tersebut tercium setelah terlontarnya pernyataan Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul di Sekretariat Panitia Konvensi Capres Partai Demokrat (Rabu 8 Januari 2014) yang menyatakan bahwa Partai Demokrat telah melakukan survei internal terkait elektabilitas 11 peserta konvensi. Hasil survei internal menempatkan Dahlan Iskan meduduki posisi pertama dan Pramono Edhi di posisi kedua.

Di satu sisi, survei internal yang kata Ruhut telah dilakukan Partai Demokrat, patut dicurigai sebagai survei fiktif. Sebab tak ada penjelasan tetang presentase serta informasi terkait sistem dan metode survei. Apalagi hasil survei yang diumumkan melalui pernyataan Ruhut hanya dua nama saja, dari 11 peserta konvensi, yaitu Dahlan Iskan di posisi pertama dan Pramono Edhi menempati posisi kedua. Sementara ada 9 nama lain tak tahu di urutan keberapa posisinya dari hasil survei yang diumumkan Ruhut. Dan menambah kecurigaan, Ruhut yang mengumumkan hasil survei itu, juga bukan di posisi netral dalam hal Konvensi Capres Partai Demokrat, karena dia adalah tim sukses Jenderal Purnawirawan tersebut.

Di sisi lain, hasil survei internal Partai Demokrat yang menempatkan nama Pramono Edhi Wibowo berada di posisi kedua sangat pantas dicurigai sebagai sebuah setingan untuk memuluskan rekayasa memenangkan Pramono Edhi di ajang konvesi. Kalau nama Dahlan Iskan berada di posisi pertama, mungkin oke-oke saja, dan mungkin masih bisa diterima logika, dan publik bisa menerima meskipun tanpa ada ada survei, sebab sejak konvensi dimulai nama Dahlan Iskan memang yang mencuat dan punya elektabilitas dibandingkan 11 peserta lain. Tapi hasil survei versi Partai Demokrat  yang menempatkan nama Pramono Edhi berada di posisi dua, menuai kecurigaan dan ini juga membuat survei dinilai sebagai survei rekayasa. Soalnya masih ada nama lain yang dinilai lebih bisa diterima publik jika berada di posisi kedua setelah Dahlan. Terbukti hasil survei elektabilitas peserta Konvensi Capres Partai Demokrat yang dilakukan Cirus Surveyor Group (CSG), nama Pramono Edhi justru berada di urutan keenam (1,4 persen), setelah Dahlan Iskan (24,7 persen), Marzuki Alie (3,3 persen), Gita Wiryawan (2,1 persen), Ali Maskur Musa (2,1 persen) dan Anies Baswedan (1,6 persen).

Lalu ada kesan kesengajaan mengumumkan dua nama di posisi satu dan dua hasil survei fiktif itu menjelang kegiatan puncak konvensi, Menempatkan nama Pramono Edhi di posisi kedua dibawah Dahlan Iskan juga terlihat sebagai sebuah trik politik dengan tujuan agar tidak kentara sebagai rekayasa, dan untuk menghindari tudingan miring, karena Pramono Edi adalah adik ipar SBY. Terkesan ada pertimbangan memposisikan Pramono Edhi dibawah Dahlan Iskan, karena Dahlan Iskan faktanya memang lebih dikenal dan lebih merakyat serta lebih bisa diterima oleh publik ketimbang sosok Pramono Edi. Lalu ada juga kesan kalau Pramono Edhi hanya untuk sementara ditempatkan di posisi kedua hasil survei rekayasa, sembari menunggu momen yang tepat untuk membuat trik politik selanjutnya, karena masih ada waktu sampai tahapan akhir konvensi.

Yang paling menarik hasil survei internal yang menempatkan nama Dahlan Iskan dan Pramono Edhi di posisi satu dan dua tersebut, dimumkan Ruhut sehari setelah adanya surat permintaan resmi dari Jaringan Advokasi Publik (JAP) kepada Panitia Konvensi agar menganulir Dahlan Iskan sebagai peserta konvensi. Untuk diketahui JAP memang pernah melaporkan Dahlan Iskan ke Mabes Polri bulan oktober 2013 lalu, terkait kasus dugaan korupsi penyelahgunaan uang negara sebesar 37,6 Triliun di PT PLN untuk tahun anggaram 2009-2010, saat Dahlan Iskan menjabat Dirut PT PLN.

Nah, disinilah rekayasa itu lebih terbaca dan terlihat, Soalnya menurut penulis, ada kesan kesengajaan diumumkannya dua nama yakni Dahlan Iskan dan Pramono Edhi sebagai unggulan sementara hasil survei internal Partai Demokrat, sebelum proses akhir konvensi dan sehari setelah adanya surat dari Jaringan Advokasi Publik kepada Panitia Konvensi agar Dahlan Iskan dianulir dari sebagai peserta Konvensi. Pengumuman hasil survei internal fiktif yang di sampaikan Ruhut, sehari selesat masuknya surat permintaan JAP, tak bisa juga dikatakan sebagai sebuah ketepatan. Mencermati hal itu, penulis pun jadi tergerak mengadopsi asumsi orang-orang PKS ketika menyikapi kasus korupsi Kuota Daging Sapi Impor yang melibatkan mantan Presiden PKS Lufthi Hasan Ishak yaitu adanya Konspirasi.

Dengan munculnya kasus korupsi yang melibatkan Dahlan Iskan dan adanya permintaan agar Dahlan Iskan dianulir dari peserta konvensi, sangat mungkin dijadikan komoditas rekayasa selanjutnya untuk menempatkan Pramono Edhi menjadi berada di posisi pertama sebagai peserta konvensi yang berelektabilitas tertinggi menyalip Dahlan Iskan. Dengan kata lain kasus korupsi yang mengkaitkan nama Dahlan Iskan, akan dijadikan bahan rekayasa yang bisa dianggap logis untuk menurunkan elektabilitasnya secara drastis.

Jika demikian, maka bukan tidak mungkin akan keluar lagi survei internal Partai Demokrat fiktif berikutnya yang menempatkan Pramono Edhi di posisi pertama sebagai peserta konvensi yang berelektabilitas tertinggi. Masih ada waktu yang lebih dari cukup untuk membuat survei fiktif yang demikian, sebelum berakhirnya konvensi. Kalaupun kelak tidak ada survei internal fiktif lanjutan, tapi hasil survei fiktif sebelumnya kemungkinan akan diarahkan jadi pertimbangan untuk memenangkan Pramono Edhi di ajang konvensi, dengan arahan agar dipertimbangkan juga soal kasus korupsi yang dikaitkan dengan Dahlan Iskan.

Perlu dicamkan bahwa tak ada jaminan kalau tahapan akhir penilaian di konvensi tak bisa di intervensi oleh Partai Demokrat ataupun SBY. Dan tak ada jaminan, kalaupun penentuan akhir pemenang konvensi ditentukan berdasarkan hasil survei eksternal, Pramono Edhi tak bisa dimenangkan, sebab tak ada yang bisa menjamin survei ekternal itu akan steril dari intervensi.

Nampaknya bukan di luar rencana dan di luar kesengajaan, jika sebelum ikut konvensi, Pramono Edhi lebih dulu dimasukkan jadi kader Partai Demokrat dan diberikan posisi istimewa sebagai anggota Dewan Pertimbangan. Yang pasti kalau ditanya jujur, SBY dan kader Partai Demokrat dipastikan takkan rela Capres yang diusung Partai Demokrat pada Pilpres 2014 mendatang jadi jatah orang di luar Partai Demokrat. Namanya juga konvensi Capres PARTAI DEMOKRAT!

Penulis : M Alinapiah Simbolon

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun