[caption id="attachment_305515" align="aligncenter" width="780" caption="Anas Urbaningrum (foto : kompas.com)"][/caption]
“ Terima kasih kepada Pak SBY, mudah-mudahan pristiwa ini mempunyai arti dan makna, dan menjadi hadiah tahun Baru 2014” Itulah sepotong kalimat yang dilontarkan Anas Urbaningrum, usai resmi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Memang ucapan serupa ditujukan Anas kepada Ketua KPK Abraham Samad yang telah menandatangi surat penahanannya, dan juga kepada penyidik KPK Endang Tarsah dan Bambang Sukoco, serta kepada penyelidik KPK dipimpin Heru Mulyanto. Namun bagi penulis, ucapan terima kasih Anas yang ditujukan kepada SBY sangat menarik dicermati. tersirat multi makna dan maksud dari sepenggal kalimat yang ditujukan kepada SBY tersebut. Dan itu juga ditegaskan Anas dalam kalimat yang dilontarkannya tersebut “… Mudah-mudahan pristiwa ini mempunyai arti dan makna,….”
Memang sejak dirinya tergusur dari Partai Demokrat, kerap kalimat yang dilontarkan Anas punya arti dan makna serta tersirat maksud khusus yang memicu berbagai penafsiran. Dan ucapan terima kasih Anas kepada SBU, menurut penulis mensyiratkan sejumlah makna dan maksud-maksud khusus. Pertama sebagai ungkapan kekesalan, kegeraman dan kebencian Anas kepada SBY. Lalu sebagai bentuk ungkapan penilaian sekaligus sindiran dari Anas bahwa SBY dipastikan sangat senang atas penahanannya. Dan selanjutnya bermakna sebagai sinyal peringatan dan ancaman bagi SBY, bahwa penahanannya tidak akan membuat Anas berdiam diri.
SBY belum bersikap dan kemungkinan tak akan bersikap atas ucapan terima kasih yang dilontarkan Anas terhadapnya. Seorang SBY tentu bisa membaca makna sepenggal kalimat ucapan terima kasih yang dilontarkan Anas tersebut. SBY .
Yang pasti SBY tentu menyadari kekesalan Anas terhadap dirinya, karena Anas selama ini memang tetap bertahan kepada asumsinya, bahwa SBY berperan menjadikannya sebagai tersangka. Persoalan sprindik yang bocor sampai pidato SBY dari Jeddah menjadi argument kuat bagi Anas untuk menuding SBY sebagai aktor di belakang penetapannya sebagai tersangka oleh KPK. Dan kekesalan, kegeraman dan kebenciannya terhadap SBY sebenarnya telah direfleksikannya dengan serangan beruntun yang diarahkan kepada SBY dan Partai Demokrat. Dan asumsi Anas tersebut juga berlaku untuk penetapan penahanannya.
Lalu kalau ada makna dari ungkapan Anas tersebut yang mensyiratkan bahwa SBY dipastikan merasa senang dengan penahanannya, juga tak bisa dipungkiri sebagai sebuah kenyataan. Apapun ceritanya SBY tentu sangat senang Anas telah ditahan oleh KPK, meskipun rasa senang SBY takkan diperlihatkannya ke hadapan publik. Pasca keluar dari Partai yang pernah dikomandoinya itu, Anas selalu eksis melakukan serangan terhadap SBY dan Partai Demokrat. Anas acapkali mengeluarkan celotehan-celotehan bernada sumbang yang di arahkannya kepada SBY dan Partai Demokrat baik langsung dari mulutnya maupun via twitter.
Celotehannya harus diakui dan memang terlihat sangat berdampak signifikan menambah keterpurukan Partai Demokrat. Acapkalai SBY dan politisi Partai Demokrat senewen dan geram dibuat celotehan Anas. Kicauan alias twit-twit Anas via twitter pun selalu membuat hiruk pikuk dan saling silang pendapat. SBY dan setiap tingkah laku dan kebijakannya baik selaku Presiden dan Ketua Umum Partai Demokrat, kerap jadi sasaran kicauan Anas. Masih segar dalam ingatan kita ketika Anas pernah mengecilkan dan mendiskreditkan SBY karena menyarankan SBY maju menjadi cawapres di Pilpres mendatang. Saran Anas via twit-twit nya itu sempat membengkak menjadi polemik hangat.
Soal merasa senang atas penahanan Anas, tak bisa dipungkiri dan memang sangat wajar jika SBY merasa sangat senang. Penahanan pimpinan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) itu dapat dikatakan sebagai anugrah bagi SBY. Setidaknya SBY merasa lega karena dipastikan Anas tidak akan bisa dengan bebas mengeluarkan celotehannya, Twit-twitnya dipastikan tak terlansir lagi. dan gema celotehan Anas takkan kerap lagi terdengar. Dipastikan setelah ditahan KPK, waktu dan tempat Anas untuk mengeluarkan dan melontarkan celotehan sudah sangat terbatas. Paling peluang Anas untuk berceloteh adalah saat persidangan ataupun celotehannya dititip via pengacaranya untuk digemakan di luar.
Lalu kalau penulis katakan sepenggal kalimat yang dilontarkan Anas kepada SBY itu dimaknai sebagai sinyal peringatan dan ancaman buat SBY dan partai Demokrat, tampaknya kemungkinan memang akan jadi kenyataan. Memang setelah ditahan Anas tak bebas lagi berbicara, tapi paling tidak seperti sudah disebutkan penulis, Anas akan merealisasikan peringatan dan ancamannya itu menggunakan mulut pengacaranya. Peringatan dan ancaman seperti itu sebelumnya sudah pernah dilontarkan Anas tak lama setelah Anas secara resmi mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat sebagai imbas ditetapkannya dia sebagai tersangka Kasus Korupsi Proyek Hambalang. Saat itu Anas juga menyampaikan kalimat yang bermakna peringatan dan ancaman terhadap SBY dan Partai Demokrat yaitu akan membuka halaman berikutnya yang ditanggapi sebagai pembongkaran borok Partai Demokrat.
Nah, tampaknya sebagai bentuk peringatan dan ancaman, ucapan terima kasih Anas kepada SBY agak berbeda dengan janji Anas tempo hari untuk membuka halaman berikutnya. Kalau saat itu Anas belum dalam posisi terjepit sehingga janjinya untuk membuka halaman berikutnya belum terlaksana.Namun dalam posisi saat ini yaitu sebagai tahanan, tentu Anas akan berupaya mewujudkan janjinya untuk membuka halaman berikutnya. Istilahnya sudah kepalang tanggung, apalagi Anas diperkirakan sulit untuk melepaskan diri dari jerat hukum, sehingga Anas akan bersikap bahwa tak perlu lagi ada yang ditutupi. Toh, Anas sudah resmi jadi tahanan dan vonis bersalah dengan status sebagai koruptor sudah di depan mata.
Ucapan terima kasihnya kepada SBY, sangat bermakna. Kalimat “… Mudah-mudahan pristiwa ini mempunyai arti dan makna,….” sangat jelas mensyiratkan peringatan dan ancaman. Warning pun sudah dicetuskan Anas. Melalui pengacaranya sehari setelah ditahan, Anas langsung menyatakan siap bekerjasama dengan KPK untuk membongkar dugaan keterlibatan pihak lain dalam kasus Korupsi Proyek Hambalang, khusunya keterlibatan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhi Baskoro Yudhoyono yang juga merupakan putra kandung SBY.
Penulis : M Alinapiah Simbolon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H