Mohon tunggu...
M Alinapiah Simbolon
M Alinapiah Simbolon Mohon Tunggu... wiraswasta -

Ayah dari seorang anak bernama DOLIARGA HASANUL ABDILLAH SIMBOLON dan suami dari seorang isteri bernama NETTY ERLINDA. Juga pekerja sosial dan pengamat tingkat kampung, sekaligus sosok anak manusia, yang masih punya semangat...........\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Skenario Tak Memenangkan PDIP, Jika Jokowi Tak Dicapreskan Sebelum Pileg

21 Februari 2014   07:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:37 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_313135" align="aligncenter" width="546" caption="Spanduk Jokowi Yes! Megawati No! (foto : kompas.com)"][/caption]

Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri, sudah pernah mengeluarkan pernyataan bahwa penetapan calon presiden yang diusung PDIP setelah 9 April 2014 atau setelah Pemilihan Umum Legislatif.  Itu dikatakan Megawati  di sela-sela Acara “Dialog Kebangsaan : Kedaulatan Pangan dan Martabat Bangsa” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 Desember 2013 lalu (Siapa Capres PDIP? Kata Megawati Tunggu 9 April 2014. Kompas 21/12/2013).

Pernyataan Megawati tersebut, membuat banyak kalangan terutama pendukung Jokowi merasa kecewa. Megawati dicurigai masih berambisi mencapreskan diri, apalagi sebelumnya pernyataan itu, sudah lebih dulu muncul skenario menduetkan Megawati-Jokowi dari internal PDIP yang dilontarkan segelintir elit PDIP. Skenario duet Megawati dianggap sebagai skenario untuk mencapreskan Megawati dengan memanfaatkan popularitas Jokowi. Dan untuk tak mengecewakan arus bawah yang mendukung Jokowi sebagai capres, serta seolah-olah agar dinilai sosok Jokowi sebagai joker,  bersamaan dengan skenario menduetkan Megawati-Jokowi,  sengaja dienduskan skenario lain yaitu skenario menduetkan Jokowi dengan kader PDIP dan skenario menduetkan Jokowi dan bekoalisi dengan partai lain.  Skenario itu dinilai sengaja dienduskan, soalnya Megawati tak mempersoalkan skenario tersebut, bahkan dinilai memang merestui skenario tersebut dilontarkan,  Skenario itu pun terlihat sinkron dengan pernyataan Megawati soal penetapan capres setelah pileg.

Kendati, sudah keluar dari mulut Megawati mengenai penetapan capres usai pileg, dan yang didahului pemunculan skenario mencapreskan Megawati yang diduetkan dengan Jokowi, tetap saja tak mengurangi derasnya dukungan kepada Jokowi untuk menjadi capres. Malah desakan terhadap Megawati agar mencapreskan Jokowi sebelum Pileg 2014 semakin menguat dan membahana. Selain itu, gencarnya serangan dari pihak-pihak yang merasa terganggu dengan wacana pencapresan Jokowi, serta munculnya upaya-upaya menghancurkan elektabilitas Jokowi dengan cara mendramatisir dan mempolitisir soal banjir Jakarta seolah menjadi sisi lemah kepemimpinan Jokowi sebagai Gubernur DKI, juga tak memperlemah dukungan terhadap Jokowi.

Munculnya berbagai kelompok yang menamakan diri sebagai pendukung Jokowi, diantaranya PDIP Projo (Pro Jokowi), barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP, Pendukung Jokowi untuk RI 1, Jokowi For Presiden, Komunitas Aksi Memaksa Jokowi Mejadi Presiden, dan sejumlah nama lainnya, merupakan bukti bahwa dukungan terhadap Jokowi semakin menguat dan mengkristal.  Apalagi lahirnya kelompok-kelompok tersebut atas kemauan arus bawah tanpa ada arahan, perintah dan intervensi dari Jokowi.  Semakin mendekati pileg, kelompok-kelompok pendukung Jokowi, semakin berkembang serta menggurita sampai ke daerah-daerah,  dan intensitas desakan dari berbagai kelompok pendukung Jokowi,  kepada Megawati agar mencapreskan Jokowi sebelum pileg semakin meningkat.

Desakan pun tak hanya muncul dari kelompok-kelompok pendukung Jokowi. Sebagian besar elit politik PDIP dan kalangan pengamat dan akademisi juga memberikan masukan bahwa Jokowi harus dicapreskan sebelum pileg. Mayoritas kader PDIP secara nasional juga berposisi di pihak yang mendukung Jokowi dicapreskan sebelum pelaksanaan pileg. Pertimbangannya, karena melihat besarnya dukungan publik membuat PDIP menang di Pileg 2014, jika Jokowi dicapreskan sebelum pileg, serta besarnya dukungan nitu juga dibuktikan dengan berbagai survey yang tetap menempatkan Jokowi sebagai capres yang berelektabilitas tertinggi berpeluang besar menang jika di capreskan di pilpres 2014.

Salah seorang petinggi PDIP Komaruddin Watubun yang juga masih mencaleg, dan berdasarkan kegiatan sosialisasinya di daerah pemilihannya di Papua, mengatakan bahwa sebagian besar rakyat Papua menginginkan Jokowi sebagai presiden. Antusias rakyat Papua untuk memilih Jokowi takkan luntur meski Jokowi diserang dengan pemberitaan miring terkait banjir Jakarta. Menurut Komaruddin, sebagian besar komit akan mendukung dan memilih PDIP jika partai tersebut dipastikan mendukung Jokowi sebagai capres sebelum pileg. Gambaran pemikiran rakyat di Papua yang demikian, sebenarnya tak jauh beda dengan pemikiran rakyat di daerah-daerah lainnya.

Kengototan pendukung Jokowi, agar Gubernur DKI Jakarta itu dicapreskan sebelum pelaksanaan pileg 2014, karena melihat Megawati selaku orang yang paling kompeten menentukan capres PDIP tak kunjung menentukan sikap dan seolah tak merespon keinginan arus bawah. Hingga saat ini Megawati juga dinilai masih belum memberikan sinyal yang jelas dan mengarah untuk mencapreskan Jokowi. Munculnya skenario menduet Megawati-Jokowi, yang sampai saat ini masih terus bergulir dan seakan dibiarkan terus bergulir oleh Megawati, mengindikasikan bahwa Megawati masih belum ikhlas memberikan jatah capres PDIP kepada Jokowi, atau masih ada keinginan Megawati menjadi capres berduet dengan Jokowi, dengan tujuan tak lain dan tak bukan memanfaatkan popularitas dan elektabilitas Jokowi.

Belakangan skenario Duet Megawati-Jokowi yang awalnya dienduskan salah seorang elit PDIP  seolah telah menjadi skenario resmi PDIP. Bahkan secara terang-terangnya, dikatakan bahwa jika hasil pileg PDIP berhasil meraih suara kuota untuk mencalonkan capres dan cawapres sendiri (tanpa pentapan capres sebelum pileg), maka duet Megawati-Jokowi akan jadi piihan utama. Skenario itu sinkron dengan sikap Megawati yang sudah menyatakan bahwa penetapan capres setelah pelaksanaan pileg, dan dinilai mendukung dan memuluskan skenario duet Megawati-Jokowi jika hasil pileg PDIP meraih suara yang bisa mengusung capres dan cawapres sendiri.

Tapi tampaknya skenario duet Megawati-Jokowi, mendapat revans dari kalangan pendukung Jokowi. Desakan agar PDIP dan Megawati mencapreskan Jokowi sebelum pileg adalah bentuk resistensi atas skenario duet Mega-Jokowi dan sikap Megawati yang telah menyatakan akan menetapkan capres PDIP setelah pelaksanaan pileg. Pendukung Jokowi, yang hanya menginginkan Jokowi sebagai capres dan bukan cawapres, konsisten melakukan desakan agar Jokowi dicapreskan sebelum pileg. Intensitas dan frekwensi desakan, dari hari ke hari kian meningkat, sejalan dengan meningkatnya kuantitas pendukung  Jokowi.

Belakangan desakan dari kelompok-kelompok pendukung Jokowi, tak hanya sekedar desakan semata, tapi sudah  bernuansa ancaman yang digulirkan dalam bentuk opsi atau pilihan.  Opsi tersebut yakni membiarkan PDIP kalah di pileg 2014, agar tak memenuhi syarat ambang batas (kuota) untuk mengusung capres dan cawapres sendiri, sehingga dengan demikian Jokowi berpeluang jadi  capres PDIP. Atau mendukung PDIP agar menang di pileg, dengan syarat Jokowi di capreskan sebelum pileg.

Membiarkan PDIP kalah di pileg 2014, artinya para pendukung Jokowi yang mayoritas bukan kader PDIP, serta orang-orang yang selama ini dikenal menganut paham golongan putih (Golput) dan kaum penganut aliran apatisme, takkan memilih PDIP (caleg PDIP) dengan tujuan untuk tak memenangkan PDIP pada pileg 2014, apabila Jokowi tidak dicapreskan sebelum pileg. Tujuannya sudah jelas, yaitu agar suara yang diraih PDIP tak bisa menggiring capres dan cawapres sendiri. Baru baru ini ancaman seperti itu dilontarkan salah satu kelompok pendukung Jokowi yang bernama Aksi Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) saat menggelar deklarasi dukungan untuk Jokowi jadi presiden, di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta.

Tampaknya ancaman untuk tak memenangkan PDIP jika Jokowi tak dicapreskan sebelum pileg, telah mewacana menjadi skenario.  Skenario dimaksud prinsipnya bertujuan untuk melawan dan mengkounter pencapresan Megawati melalui  skenario menduetkan Megawati-Jokowi, dengan modal memanfaatkan popularitas dan tingginya elektabilitas Jokowi. Apalagi skenario duet Megawati-Jokowi tersebut kemungkinan akan terwujud jika raihan suara PDIP di pileg (tanpa penetapan capres) memenuhi ambang batas untuk menggiring capres dan cawapres tersendiri.

Megawati dan PDIP jangan anggap remeh wacana skenario tak memenangkan PDIP di pileg 2014. Soalnya skenario tersebut kemungkinan besar didukung dan terus diwacanakan selanjutnya akan diwujudkan atau dibuktikan oleh pendukung Jokowi, jika Jokowi tak dicapreskan sebelum pileg, maka skenario tak memenangkan PDIP di pileg akan dipatuhi untuk dilaksanakan para pendukung Jokowi. Jika itu yang terjadi, maka sangat berpeluang membuat raihan suara  PDIP di pileg 2014 tak sesuai dengan harapan, atau bahkan mungkin jauh dari yang diprediksikan sebelumnya..

Begitu pula sebaliknya, jika Jokowi dicapreskan sebelum pileg, maka PDIP berpeluang besar untuk menang atau paling tidak berhasil meraih kuota suara untuk menggiring capres dan cawapres sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Sebab rakyat yang terobsesi atau menginginkan agar Jokowi jadi presiden akan berupaya memenangkan PDIP. Demikian juga dengan  orang-orang yang selama ini dikenal menganut paham golongan putih (Golput) dan kaum penganut aliran apatisme, kemungkinan besar tak akan golput dan tak akan apatis lagi, lalu menggunakan suaranya untuk memenangkan PDIP di pileg 2014, agar mulus jalan Jokowi menjadi presiden,

Megawati dan PDIP, harus menyadari bahwa sosok Jokowi karena kepemimpinannya, sudah bagaikan besi sembrani, yang mampu membuat mayoritas dari rakyat tertarik, kagum dan simpati kepadanya sehingga Jokowi menjadi pemimpin yang diidamkan dan jadi pilihan untuk ikut mencapres, dan kemungkinan besar menjadi pilihan rakyat banyak, karena dianggap mampu membawa perubahan bagi negara dan rakyat negeri ini.

Megawati dan PDIP, juga harus menyadari, bahwa skenario duet Megawati-Jokowi, bekemungkinan akan jadi blunder, apabila skenario tak memenangkan PDIP yang sudah mewacana, betul-betul terwujud karena Megawati tak mencapreskan Jokowi sebelum pileg 2014. Ingat bahwa skenario tak memenangkan PDIP, lebih tangguh dan lebih berpeluang mengalahkan dan menjungkalkan ambisi Megawati mencapres melalui skenario duet Megawati-Jokowi.

Memang sehari setelah munculnya skenario tak memenangkan PDIP, jika Jokwi tak dicapreskan sebelum pileg, muncul pernyataan dari Megawati bahwa penetapan capres PDIP belum tentu setelah pileg. Namun pernyataan Megawati yang dilontarkannya dari Purwakarta itu, terkesan sekedar untuk meredakan desakan terhadapnya dari kelompok pendukung Jokowi, dan pernyataan itu belum menjamin bahwa Jokowi akan dicapreskan sebelum pileg. Kalau pun itu sebagai sinyal, tapi sinyalnya masih mengambang dan tak mengarah untuk pencapresan Jokowi sebelum pileg.

Penulis : M Alinapiah Simbolon

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun