Mohon tunggu...
Alisha ZahraSadiyah
Alisha ZahraSadiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alisha Zahra Sa'diyah

Hai semua, semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perubahan Sosial dalam Sektor Sosio dan Ekonomi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi

14 Desember 2021   07:30 Diperbarui: 14 Desember 2021   07:32 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Disini saya mengambil kasus yang berada di Kalimantan Utara. Tepatnya terletak pada SLB Negeri Nunukan. Merebaknya virus Covid-19 yang berakibat meniadakan belajar tatap muka, membuat para guru SLBN Nunukan harus memutar otak untuk membuat inovasi pembelajaran seefektif dan sesederhana mungkin bagi para anak didik mereka dengan segala keterbatasan yang ada. 

Perubahan pembelajaran yang tadinya dilakukan secara offline kali ini berubah menjadi online. Hal ini bisa dikatakan siksaan bagi anak anak Sekolah Luar Biasa (SLB), mereka seakan diasingkan dari dunianya dan dijauhkan dari orang orang yang senasibnya, apalagi mereka sangat butuh perhatian dan butuh komunikasi untuk mengekspresikan yang mereka rasa Para guru dihadapkan pada tantangan, kunjungan langsung dari rumah ke rumah yang kebanyakan harus melewati bukit, turun gunung dengan medan tidak mudah. 

Sebab, dari sekitar 78 pelajar SLBN Nunukan, bisa dikatakan mayoritas tinggal di pelosok yang jauh dari perkotaan. "Tantangan bagi kami adalah kreativitas, anak anak berkebutuhan khusus sangat berbeda, kita mengandalkan video dan gambar untuk mengajari mereka, memahamkan mereka, dengan bahasa sangat sederhana dan sedetail mungkin. Dalam pembelajaran jarak jauh ini tentu saja membuat anak berkebutuhan khusus ini tidak nyaman. Yang tadinya di sekolah mereka bisa bersosialisasi bersama teman yang lain tiba tiba harus dihadapkan dengan pembelajaran jarak jauh seperti ini. Dikatakan, dari 78 pelajar SLBN Nunukan dari 3 jenjang, yaitu SDLB, SMPLB dan SMALB, sebanyak 50 persen memiliki kendala dalam pembelajaran daring akibat tidak memiliki ponsel. Mereka lahir dari keluarga tidak mampu, dengan penghasilan yang pas pasan sehingga jangankan ponsel android, untuk makan saja mereka harus bekerja keras. Kendala lain adalah, sebagian orangtua anak berkebutuhan khusus tidak mengenyam pendidikan, sehingga menambah berat pekerjaan para guru. "Jadi kadang guru saat visiting atau kunjungan ke rumah, tidak ada orangtuanya, biasa pergi ke kebun atau bekerja sebagai buruh pengikat tali rumput laut, kita tunggu sampai orang tuanya datang. Karena kalau langsung jelaskan ke si anak, daya tangkapnya belum mampu, makanya kita ajarkan sekalian bersama orangtuanya,.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun