Mohon tunggu...
Pangeran Ali
Pangeran Ali Mohon Tunggu... -

Kenalin, saya Pangeran dari Jawa Barat!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Teruslah Menulis, Jangan Hiraukan Hits!

29 November 2014   18:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak terjun langsung menulis di Kompasiana (K), saya jadi tahu gimana rasanya jadi penulis itu. Seru, sih, yang jelas -- karena saya bisa berbalas sapa dengan para pembaca. Apalagi jika tulisan saya berbuah nilai (rate) dan pembaca yang banyak (hits), rasanya seperti mendapatkan dorongan moril untuk terus menulis. Minimal, itulah alasan mengapa saya katakan menjadi penulis itu seru, meskipun, dari sisi hits, tulisan saya masih tergolong sangat sedikit peminat.

Perasaan iri dengan mereka yang tulisannya mendapatkan respons positif tentu ada. Ini juga yang mendorong saya untuk ikut menulis: saya ingin mengukur seberapa bagus "peruntungan" saya dalam menulis. Akan tetapi, saya sadar, semua itu butuh proses, butuh latihan, butuh jam terbang. Ya, semua kriteria itu harus saya penuhi lebih dahulu, kan?

Bagi saya, tidak masalah jika tidak mendapatkan respons positif berupa rate atau hits sekali pun. Toh, saya juga belum banyak membuat tulisan. Satu-dua tulisan saya pun sebatas yang ringan-ringan saja, sangat ringan malah. Tapi, gimana ya dengan mereka yang sudah banyak membuat tulisan dan, menurut saya, tulisannya pun cukup berbobot namun respons pembacanya sangat minim?

Ada beberapa penulis yang saya nilai cukup terampil dalam menyusun kata dan bagus dalam penguasaan topik yang diangkat namun nasib tulisannya sangat kontras. Tidak perlulah saya sebutkan siapa mereka. Yang jelas, setelah saya amati, mereka ini spesialis di rubriknya masing-masing. Ada yang spesialis di rubrik humaniora, sosial budaya, kesehatan, ekonomi, teknologi, sampai fiksi. Kebetulan rubrik-rubrik inilah yang saya kunjungi setiap hari, jadi saya sedikit-banyak tahu siapa-siapa saja penulis-penulis spesialis di situ.

Saya justru lebih mengkhawatirkan nasib mereka ketimbang diri saya sendiri. Saya khawatir kalau mereka frustasi dalam menulis sehingga mereka memutuskan untuk berhenti membagi ide ataupun ilmunya di blog keroyokan ini. Saya kira wajar jika kondisi seperti itu muncul. Bukankah harapan akan apresiasi adalah satu hal yang sangat manusiawi (human nature)?

Sekalipun mereka tidak mempersoalkan respons, bukankah akan lebih baik jika tulisan-tulisannya diapresiasi? Silakan Anda jujur pada diri sendiri, bukankah sebagai penulis Anda membutuhkan apresiasi seperti itu, paling tidak pembaca? Jika tidak membutuhkan pembaca, lantas untuk apa Anda menulis? Apa yang akan menjadi ukuran kualitas tulisan Anda tanpa adanya pembaca? Inilah yang saya khawatirkan muncul di benak mereka.

Saya 100 persen sadar kalau saya tidak bisa berbuat banyak untuk membantu mereka, di samping memberikan santunan berupa hits dan rate. Oleh karenanya, saya mencoba membuat tulisan ini sebagai bentuk dukungan saya, tak hanya kepada mereka yang saya maksud di atas, namun juga Anda pembaca yang merasakan hal yang sama.

Teruslah menulis sekalipun respons yang didapat tidak sebanyak dan sebaik mereka yang sering nangkring di kolom Trending Articles (TA) ataupun Headline (HL). Sebarkan terus ide dan pemikiran yang bermanfaat. Jangan terkecoh dengan apa yang Anda dapat setelah menulis. Berapa banyak hits dan/atau rate yang dihasilkan tidak perlu terlalu dihiraukan. Percaya saja jika setiap tulisan memiliki tempatnya masing-masing di hati setiap pembacanya. Jika Anda menuliskan hal-hal yang bermanfaat, percayalah jika penyebaran manfaatnya jauh lebih penting daripada sekedar mendapatkan apresiasi seperti halnya disebutkan di atas. Jangan pikirkan apa yang bisa Anda dapat dari menulis, pikirkan apa yang bisa Anda beri dari menulis!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun