Setelah mengunjungi pameran lukisan AI Denny JA di Hotel Mahakam 24 Residence, saya merasa terinspirasi oleh kombinasi unik antara teknologi canggih dan ekspresi artistik yang ditampilkan. Pameran ini menghadirkan  potensi kecerdasan buatan dalam menciptakan karya seni yang tidak hanya estetis, tetapi juga provokatif dan penuh makna. Karya-karya Denny JA yang dipamerkan mengajak saya untuk merenungkan peran AI dalam seni rupa dan bagaimana teknologi dapat memperkaya pengalaman estetika saya.Â
Mengunjungi pameran lukisan Denny JA dan AI, bukan hanya tentang melihat karya seni, tetapi juga tentang memahami dialog antara manusia dan teknologi AI dalam proses kreatif. Melalui eksplorasi warna, bentuk, dan konsep, pameran ini membuka mata saya terhadap kemungkinan-kemungkinan baru dalam dunia seni rupa.Â
Pameran lukisan Artificial Intelligence oleh Denny JA di Mahakam 24 Residen memiliki potensi untuk menjadi katalisator penting bagi pengguna AI dalam seni lukis di Indonesia.
Dalam pameran tersebut beisi 182 lukisan yang memenuhiÂ
enam lantai gedung tersebut. Setiap lantai berisi satu topik dengan tema yang berbeda-beda. Setiap lantai menghadirkan atmosfir yang unik dari penataan lukisan-lukisan tersebut. Â Tidak terasa kita dibawa mengalir dari satu lantai ke lantai berikutnya, dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya dengan lorong-lorong yang dipenuhi aneka ragam lukisannya.
Lukisan-lukisan itu menjadi media komunikasi sang pelukis menyalurlan suasana batin dan keperihatinannya. Dengan media kanvas dan AI, Denny JA berusaha memotret aneka pristiwa dan kejadian yang dialaminya maupun yang dialami masyarakat lainnya, banyak sekali kejadian dan momen-momen penting yang tidak luput dari perhatian seorang Denny JA dalam kanvasnya, sebagai contoh: peristiwa covid 19 yang sangat mencekam dunia, derita anak-anak akibat perang Gaza Palestina, lukisan totoh-tokoh nasional dan Internasional, seperti Mahatma Gandi, Dalai lama, Nelson Mandela, Madam Theresa, Afandi sang maestro pelukis tanah air , Sufisme,  Malam Lailatul Qodar, revisiting Pelukis Dunia, seperti  Salfador Dali, Van Gogh, Raden Saleh, Fernando Botero, Jakarta tempo Dulu, dan banyak lagi yang lainnya.
Setidaknya beberapa catatan  mengapa pameran ini bisa memicu peningkatan minat dan adopsi AI dalam seni lukis.
1. Menginspirasi bagi kalangan masyarakat yang awam tentang seni lukis untuk mengeksplorasi AI sebagai alat kreatif baru.
2. Pengunjung pameran dapat melihat langsung, bagaimana AI dapat memperluas batasan kreatif dan menghasilkan karya yang mungkin sulit dicapai dengan metode seni lukis tradisional.
3. Kolborasi antara Denny JA sebagai aktifis sosial yang multi talenta sarat ide dan gagasan dengan mudah dan cepatnya menghasilkan beratus-ratus lukisan dalam waktu yang sangat singkat (tahun 2022, 2023 dan 2024) yang bukan hanya bernilai seni tapi sarat akan pesan-pesan moral dan sosial.
4. Dampak jangka panjang pameran ini dapat mendorong peningkatan dalam program pendidikan formal dan pelatihan terkait dengan seni lukis dengan mengintegrasikan teknologi AI dalam kurikulum seni atau seni lukis.
5. Seseorang dengan mudahnya menuangkan imajinasinya ke atas kanvas dengan bantuan algoritma AI. Ini akan memacu anak-anak kita menyalurkan  imajinasi mereka yang akan memacu munculnya kreativitas tanpa batas, yang sangat berguna bagi kemajuan pendidikan nasional.
Sekalipun lukisan-lukisan yang dipamerkan dibuat dengan menggunkan mesin AI, kita  masih dapat melihat kedalam sisi batin dan spiritual  seorang Denny JA serta concern terhadap problematikan sosial kemanusian dalam  keluasan intelektualnya, berikut imajianasinya yang tak pernah kering.
Dapat saya simpulkan pameran seni lukis Denny JA bersamaÂ
Artificial Intelligence (disertai dengan publikasi yang luas) akan  memiliki potensi untuk menjadi katalisator penting bagi ledakan pengguna AI dalam seni lukis Indonesia.