Lamongan, Jawa Timur, 2024 -- Media sosial kini menjadi salah satu alat yang paling efektif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Salah satu tren menarik yang muncul adalah unggahan video kreatif tentang jalan rusak di TikTok, fenomena yang dikenal sebagai pengspillan. Warga di Lamongan memanfaatkan platform ini untuk menyoroti masalah infrastruktur yang memprihatinkan, menggabungkan hiburan, humor, dan kritik sosial dalam satu paket. Namun, apakah fenomena ini lebih sebagai bentuk protes atau justru inisiatif positif untuk mendorong perubahan?
Apa Itu Fenomena "Pengspillan"?
Istilah pengspillan berasal dari kata "spill," yang dalam konteks media sosial berarti membongkar atau menunjukkan sesuatu secara terang-terangan. Dalam kasus ini, warga Lamongan menggunakan kreativitas mereka untuk menampilkan kondisi jalan yang rusak, seperti jalan berlubang, genangan air, hingga kerusakan berat yang membahayakan pengguna jalan.
Video-video ini sering kali menarik perhatian dengan elemen humor dan satire. Beberapa di antaranya menampilkan warga berenang di genangan air di tengah jalan atau menggambarkan jalan berlubang sebagai trek off-road. Pendekatan yang menghibur ini membuat video mudah viral, menarik perhatian masyarakat luas, termasuk dari luar Lamongan. Selain itu, pengspillan memicu diskusi publik mengenai tanggung jawab pemerintah daerah terhadap infrastruktur.
Bentuk Protes atau Inisiatif Positif?
Terdapat dua sudut pandang utama mengenai fenomena ini.
1. Sebagai Bentuk Protes
Sebagian pihak melihat pengspillan sebagai kritik terhadap lambannya pemerintah daerah dalam merespons kerusakan jalan. Infrastruktur yang rusak tidak hanya mengganggu mobilitas, tetapi juga dapat memicu kecelakaan dan merugikan perekonomian warga. Bagi masyarakat, jalan rusak yang dibiarkan terlalu lama adalah tanda kurangnya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan dasar warga.
Viralitas TikTok dianggap sebagai senjata baru untuk menarik perhatian pihak berwenang. Banyak warga merasa bahwa laporan konvensional melalui saluran resmi sering kali tidak membuahkan hasil. Dengan mempublikasikan masalah ini di TikTok, masyarakat berharap suara mereka didengar hingga ke tingkat yang lebih tinggi, bahkan pemerintah pusat.
Unggahan di TikTok juga menjadi wadah untuk meluapkan frustrasi dengan cara yang kreatif. Video-video ini sering menampilkan sisi ironis dari situasi tersebut, seperti membandingkan
jalan rusak dengan kolam renang. Lewat sindiran ini, masyarakat menunjukkan ketidakpuasan mereka secara damai tanpa harus menggelar demonstrasi yang bisa memicu konflik.