Masa Depan KajianQur’an di Indonesia[1]
Oleh Ali Romdhoni, MA.[2]
ABSTRAK
Umat Islam di Indonesia memiliki cara yang khas dalam mengkaji kitab sucinya, Al-Qur’an Karim. Keunikan kajian terhadap Qur’an di Indonesia ini bahkan sudah didengar para peneliti dan intelektual dunia. Di antara ilmuwan yang mengkaji fenomena kajian kequr’anan di Indonesia adalah Howard M. Federspiel. Dalam bukunya, Popular IndonesianLiteratur ofTheQur’an, misalnya, Federspiel berhasil merekonstruksi sejarah kajianQur’an di Indonesia sejak masa Mahmud Yunus (1967) hingga masa mufasir kontemporer Profesor M. Quraish Shihab (2000-an).
Tulisan ini ingin membaca peta keragaman tema kajian terhadap Qur’an di Indonesia serta minat pengkaji Qur’an, terutama pada masa-masa setelah terjadi proses perubahan orientasi pembelajaran dan paradigma keilmuan di PTAIN: dari STAIN dan IAIN menjadi UIN.Dengan asumsi, kajian akademik terhadap Qur’an di Indonesia selama ini dimotori oleh pemikir (dosen) dan mahasiswa di lingkungan PTAIN. Penulis tidak bermaksud menafikan komunitas lain, misalnya dunia pesantren, meskipun di sana juga ada tradisi kajian tafsir dan Qur’an.
Kata kunci: Qur’an, PTAIN, Indonesia.
[1]Abstrak makalah yang sudah saya dipresentasikan pada International Conference on Qur’anic Studies, 15-16 Februari 2014, yang diselenggarakan Pusat Studi Al-Qur’an(PSQ) Jakarta.
[2] Ali Romdhoni MA (ali_romdhoni@yahoo.com)-Pemakalah di forum-forum akademik, baik nasional maupun internasional. Peneliti dan dosen STAI Mathali’ul Falah Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Peserta Pendidikan Kader Mufassir atau PKM di PSQ tahun 2009.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H