Mohon tunggu...
Ali Ridho
Ali Ridho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

aku menyayangimu karena kau manusia kunjungi Blog Ane : www.cerahsekali.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mensinergikan Komunikasi

11 Juli 2012   14:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:04 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mensinergikan Komunikasi
(Komunikasi Intrapribadi, Antarpribadi, dan Transendental)
oleh : Ali Arrida


Apa pentingnya mengenal diri sendiri?, Bagaimana cara kita mengenalinya?, dan untuk apa kita mengenal diri sendiri?. Dalam hadist disebutkan “man arafa nafsahu fa qad arafa rabbahu”, yang artinya barang siapa mengenali dirinya, maka Dia akan mengenal Tuhannya. Siapa yang tidak memiliki konsep ini maka kehampaan dan kekosongan belaka. Karena, ada satu kekuatan yakni kuasa untuk mengendalikan diri seperti kemerdekaan dan keadilan. Sesudah kita mengenali diri dan mampu, maka sebenarnya kita telah mampu menguasai dunia.


Ghandi berkata, “siapa yang mampu menguasai dirinya akan mampu menguasai dunia. Hanya ada satu kebaikan di dunia, yaitu mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri kita sendiri; dengan kata lain, menghargai orang lain sebagaimana menghargai diri kita sendiri.”


Pertanyaan bagaimana mengenal diri sehingga menghargai diri dan melahirkan mengenali dan menghargai orang lain?. Jika kita ingin berkenalan dengan orang yang tidak dikenal, maka kita membutuhkan komunikasi dengan orang (Komunikasi AntarPribadi) tersebut guna mengenalinya. Begitu juga, jika kita ingin mengenali diri  maka kita harus berkomunikasi dengan diri-sendiri (intrapribadi). komunikasi dengan diri-sendiri disebut Komunikasi Intrapersonal dalam sebuah kajian ilmu komunikasi.


Komunikasi Intrapersonal mengarah pada proses internal, mulai dari pemikiran, persepsi, fokus, kepercayaan, serta nilai. Dua dunia yang di mana kita mengetahui dan menjalankan ketika segala sesuatunya terjadi di dalam diri-kita, sebelum teraplikasikan di dunia luar diri-kita (aksiden). Mengenali diri dan menguasainya merupakan manifestasi melihat semua yang ada dengan kesadaran-kesadaran yang telah dipelajari dari dalam. Karena, ketika kejadian-kejadian yang ada di dunia ini kita tela’ah dengan kacamata orang lain dan menelan mentah-mentah apa yang kita lihat dengan indera, Maka kita lebih cenderung pada egoisme dan etnosentrisme.


Ralph Waldo Emerson megatakan “ Apa yang ada di luar dan di dekat kita merupakan hal-hal tak berarti jika dibandingkan dengan apa yang ada dalam diri kita”.


Harold Laswell mengemukakan bahwa komunikasi akan efektif ketika pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan diterima melalui media apa dan terdapat efeknya. Ketika komunikasi dilakukan pada diri sendiri, tentu jenis dan caranya berbeda jika kita berkomunikasi dengan orang di sekitar kita. Seperti contoh memahami sesuatu dengan cara merenung, berfikir, mengontrol emosi, serta mengembalikan segala kejadian pada diri sendiri. Pada saat itu manusia menjadi “imanen” untuk memahami “transenden”, namun bukan berarti harus melahirkan over stereotyp. Akan tetapi menjadikan diri lebih sadar terhadap segala sesuatu.


Fisher menyebutkan beberapa elemen kesadaran diri (self awareness) yang mengacu pada identitas spesifik dari individu. Diantaranya adalah konsep diri yaitu, bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial. Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri.konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula. Proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda-beda (multiple selves).


Menurut imam Ali bin Abithalib as. manusia adalah mahluk yang melewati berbagai periode kesempurnaan, yang mana periode terpentingnya adalah pengenalan hakikat (mengenal diri-sendiri). Manusia seperti ini akan sadar dan mengetauhi aib dan cela yang ada padanya, tidak mudah terpengaruh oleh polusi yang ada di sekitarnya, dan dengan keimanan serta tekad yang kuat berhasil melepaskan diri dari sifat sombong.


Beliau lebih lanjut mengarahkan manusia untuk mengenali potensi yang ia miliki. Menurut Imam Ali keselamatan manusia ada pada keseimbangan perkembangaan seluruh potensi yang dimilikinya. Beliau menyebutkan dan menerangkan bahwa pengembangan sifat-sifat mulai hanya bisa dilakukan dengan memperkuat pondasi ilmu dan akal. Karenanya beliau menganjurkan kepada seluruh manusia untuk menghidupkan pelita makrifat di dalam diri mereka (mengenal diri-sendiri) dan memanfaatkan potensi akal. Semua itu supaya diri manusia mampu melawan godaan hawa nafsu. Sebab dengan akal dan ilmu, manusia bisa mengekang nafsunya. Beliau berkata, “Carilah jalan kebenaran dengan akalmu dan lawanlah hawa nafsumu tentu engkau akan sukses.”


Dengan demikian mengenal diri adalah proses awal dari perjalanan hidup seseorang. Karena itu, semua orang untuk mengenal posisinya di dunia ini dan tidak melakukan perbuatan yang bisa menurunkan kredebilitas dirinya. “Siapa yang tidak mengenal dirinya maka Ia akan binasa.” Dan sebaik-baiknya pengetahuan adalah pengenalan diri sendiri.


Sehingga hal terpenting lainnya, hubungan dengan Tuhannya (transendental). Hubungan ini yang membentuk jati-diri seseorang yang telah mengenal dirinya sendiri. Sesuai dengan perkataan “man arafa nafsahu fa qad arafa rabbahu”,terealisasi bahwa pengenalan ini membuktikan bahwa kita menjadi seperti Tuhan.


*Penulis adalah peneliti masalah sosial-keagamaan Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun