The Avengers memecahkan rekor Box Office dalam sepekan: US$ 207 juta (belum termasuk penjualan tiket di luar Amerika Serikat)! Film pertama yang mampu menembus US$ 200 juta di minggu pertama, mengalahkan Harry Potter The Deathly Hallows bagian 2. Tidak mengherankan memang, mengingat film ini sangat ditunggu-tunggu pecinta film, tapi menembus angka US$ 200 juta di minggu pertama merupakan sukses luar biasa.
Namun sejujurnya film ini terasa aneh bagi saya setelah menontonnya dengan beberapa alasan seperti jalan cerita yang menjiplak Transformers 3, awal cerita yang rumit dan membosankan (beruntung buat penonton yang mengikuti film Captain America dan Thor) dan kawat untuk menarik mobil saat meledak yang terlihat, bahkan saya cuma sedikit tahu karakter dari Black Widow maupun Hawkeye. Meski demikian kita harus mengakui bahwa film ini laku dipasaran.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat film ini sukses besar. Pertama, film ini buah kesabaran dari empat film superhero sebelumnya (The Incredible Hulk, Iron Man, Thor dan Captain America). Kemunculan Nick Fury di tiap akhir film seperti mengumpulkan kepingan-kepingan puzle sehingga para penonton menjadi penasaran seperti apa bentuk gambar tersebut, dan kepingan terakhir puzle tersebut datang dari film Captain America: The First Avengers. Sebelum menonton Captain America, saya pikir film ini akan biasa-biasa saja. Meski tidak sukses besar, Joe Johnston mampu membangun karakter Captain America sebagai seorang kapten yang akan berperan besar dalam memimpin pasukan melawan Loki. Kedua, di sinilah tempat berkumpulnya para penggemar Hulk, Captain America, Thor dan tentu saja The Iron Man yang sukses dengan dua filmnya. The Avengers berhasil menegaskan para karakter superhero (kecuali Dr. Banner/Hulk, yang terlihat melow) dari film sebelumnya. Meski demikian tentu saja yang paling ditunggu dari superhero tersebut adalah Hulk. Sebelumnya saya bertanya-tanya dimana peran Hulk dalam The Avengers mengingat Hulk sosok yang aneh, ‘tidak waras’ dan menghancurkan. Lalu bagaimana ia bisa menjadi sosok pahlawan? Tapi hal itu terjawab dengan sedikit perubahan pada karakter dan bentuk fisik Hulk yang lebih saya sukai. Ketiga, barangkali inilah salah satu faktor penting, yaitu berkumpulnya Robert Downing, Jr., Chris Evans, Chris Hemsworth, Scarlett Johansson, Mark Ruffalo, Jeremy Renner dan Samuel L. Jackson. Setidaknya untuk tiga pertama kita sudah ketahui alasannya, tetapi yang juga banyak menyita perhatian adalah Scarlett Johansson dan Mark Ruffalo. Well, saya akui kalau Scarlett Johansson itu memang sexy untuk film ini, dan mungkin bisa dipastikan sebagian pria menonton The Avengers (kalau bukan penggemar superhero) pasti untuk melihat aktris ini, sementara sosok Mark Ruffalo memang pas untuk memerankan Dr. Bruce Banner. Jika kita melihat trailer film The Avengers dua sosok ini yang paling misterius karena seperti saya bilang Scarlett itu sexy sedangkan Mark Rufallo sangat berbeda dengan dua pemeran Dr. Banner sebelumnya (Eric Bana dan Ed Norton). Keempat, tentu saja promo film ini. Sebagaimana kita tahu, gaung The Avengers bukan dalam dua bulan belakangan, melainkan sampai lebih dari setahun lalu hingga puncaknya saat diluncurkan trailer The Avengers.
Lepas dari The Avengers, mari kita lihat bagaimana prediksi film-film superhero lainnya.
The Amazing Spider-Man hadir dalam kemasan baru, terlihat lebih dewasa dan menegangkan. Tapi akankah sesukses franchise sebelumnya?
Saya mendengar kabar Spider-Man empat akan diluncurkan beberapa bulan setelah menonton Spider-Man 3. Teka-teki siapa yang akan menjadi sutradara, pemain dan bagaimana jalan ceritanya terjawab sudah. Ternyata The Amazing Spider-Man bukan sekuel versi Raimi dan kembali ke awal dengan pemeran utama Andrew Garfield. Barangkali orang akan pesimis dengan keberhasilan film ini, terutama alasan ceritanya yang tidak melanjutkan kisah sebelumnya sedangkan gaungnya yang terlalu lama bisa jadi penyebab film yang dinantikan ini terkesan membosankan. Jadi apa yang menjual dari The Amazing Spider-Man?
Saya termasuk yang masih optimis dengan keberhasilan The Amazing Spider-Man. Jika dilihat dari trailernya, film ini lebih gelap dengan sosok Peter Parker yang misterius. Pemeran Andrew Garfield bisa jadi pemicu jumlah penonton yang ingin menyaksikan film ini. Masa dua bulan dari saat ini dirasa cukup untuk memenuhi keinginan menonton superhero setelah The Avangers. Meski ceritanya kembali ke awal, tapi tidak sepenuhnya sama dengan versi Sam Raimi, yang menampilkan musuh yang berbeda hingga kemunculan Gwen Stacy menggantikan Marry Jane, seperti dalam jargonnya The Untold Story Begins. Lalu apa yang membuat film ini sangat menjual adalah kemasan 3D dengan adegan melompat-lompat ala Spider-Man sangat cocok disaksikan dalam bentuk 3D. Meski kali ini Spider-Man menggunakan alat untuk mengeluarkan jaringnya, dan membuat banyak orang kecewa, tapi bagi saya itu menjadikan Spider-Man jadi lebih tertantang dan mungkin penonton nantinya juga akan terbiasa.
Mungkin The Amazing Spider-Man tidak seheboh The Avengers, tapi film ini bisa menjadi awal kerinduan atau memenuhi keinginan para penggemar Spider-Man.
The Dark Knight Rises
Satu-satunya film superhero yang mungkin akan akan memecahkan rekor The Avengers adalah The Dark Knight Rises.
Seperti saya bilang bahwa The Avengers dan The Amazing Spider-Man merupakan pemanasan menuju The Dark Knight Rises. Ini bukan perang Marvel vs DC, melainkan ketrampilan menyajikan film terbaik tahun ini (bukan hanya film superhero), dan The Dark Knight sudah membuktikannya di tahun 2008.
Ketika orang berbondong-bondong menyaksikan New Moon dan pernah berdebat kalau itu film paling keren di tahun 2009, saya berpendapat Avatar akan lebih heboh. Dan itu terjadi. Berbeda dengan New Moon yang antri tiket di hari pertama, saya bisa bebas memilih kursi di hari pertama pemutaran Avatar. Sebenarnya bukan film, film atau karakter tokoh itu yang membuat saya memperkirakan kesuksesan sebuah film, tetapi dari sang sutradara. James Cameron punya rekor bagus dalam membuat film-film berbiaya tinggi dengan cerita yang biasa. Sementara Christopher Nolan merupakan generasi penerus James Cameron. Ia punya gaya sendiri dalam mengolah gagasan kedalam cerita yang menarik, baik itu film dengan anggaran besar (The Dark Knight US$ 185 juta) maupun rata-rata (Memento hanya US$ 5 juta). Jika ada yang bilang kesuksesan Batman datang dari karakter Batman itu sendiri, maka itu salah, karena Nolan bisa memberikan lebih jika menyutradari Spider-Man atau superhero yang lain. Ada yang bilang bahwa Nolan ‘beruntung’ menyutradari The Dark Knight salah satunya alasan Hedge Ledger yang berbakat. Tapi siapa orang yang memilih Ledger dan mengarahkannya? Lalu bagaimana dengan Aaron Eeckhart dimana Nolan membuat penonton lebih bersimpati kepada Two Face (lebih baik dari versinya Burton bersama Tommy Lee Jones)? Kini dalam The Dark Knight Rises, Tom Hardy tampil sebagai Bane dengan lebih ganas dan menyerang sisi psikologis Batman. Di sinilah kecerdasan Nolan dalam memainkan sosok Tom Hardy yang sedang naik daun, sama seperti yang dilakukannya dengan Leonardo di Caprio dalam Inception setelah Leo bermain keren dalam Shutter Island. Dan jangan lupa musiknya. Terima kasih kepada Hans Zimmer dan James Newton Howard yang membuat Batman semakin menarik. Jangan lupa kalau sembilan puluh persen tema musik berita di Indonesia sepanjang tahun 2009 hingga saat ini menggunakan musik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H