Mohon tunggu...
Ali Reza
Ali Reza Mohon Tunggu... wiraswasta -

orang bekasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

The Wind Rises: Beginilah Seharusnya Habibie & Ainun Dibuat

13 Maret 2014   04:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="kredit: wikipedia.org"][/caption]

Rupanya kesalahan teknis di studio Need For Speed memaksa saya menonton Wind Rises. Saya memilih film ini karena penasaran dengan pengisi suara sang tokoh utama, Joseph Gordon Levitt serta rating tinggi di IMDb. Wind Rises juga menjadi film anime pertama saya nonton di bioskop setelah sebelumnya saya sudah terkesan dengan film Spirited Away-nya Hayao Miyazaki. Tidak terlalu banyak yang nonton, dan saya pikir saat itu saya sedang bersama para penggemar anime. Namun ternyata film yang disuguhkan merupakan versi aslinya. Tidak ada suara Joseph Gordon Levitt maupun Emily Blunt. Meskipun demikian saya kagum dengan penyajian film tersebut sehingga malah saya menyimpulkan bahwa seharusnya seperti inilah film tentang Habibie dibuat.

Ya, Wind Rises berkaitan dengan impian seorang anak bernama Jiro Horikoshi membuat pesawat. Selain itu, film ini juga merupakan sebuah biografi fiksi dari seorang desainer kapal perang Zero bernama sama. Jadi tidak heran banyak sisipan-sisipan dramatis yang tidak pernah terjadi pada Jiro asli yang membuat ceritanya jadi semakin kaya. Dengan latar belakang menjelang Perang Dunia kedua, Jepang kala itu berada dalam masa-masa kelam. Selain kejadian gempa hebat dan kebakaran besar, depresi ekonomi dan wabah TBC ikut menerjang. Bahkan kemiskinan tersebut bisa digambarkan dengan bagaimana uang untuk membeli desain pesawat dari Jerman bisa menghidupi masyarakat Jepang.

Jiro digambarkan sebagai seorang anak cerdas yang mengidolakan Caproni, pembuat kapal dari Italia, dimana mereka sering bertemu di dalam mimpi. Caproni-lah yang membimbingnya sehingga ia bisa meraih cita-citanya. Ketika ia mendapatkan pekerjaan idamannya sebagai insinyur di sebuah perusahaan pembuat pesawat, perusahaan tersebut masih mengandalkan kayu sebagai bahan pesawat dan menganggapnya jauh tertinggal dengan bangsa lain yang sudah membuat pesawat dari besi. Namun rasa mindar rekan-rekannya membuat Jori semakin bersemangat untuk merancang pesawat yang bisa terbang lebih cepat. Kemampuan Jori membawanya ke Jerman untuk mempelajari pesawat besi. Di sana ia bertemu seorang insinyur Jerman, yang mengijinkannya untuk melihat-lihat kedalam pesawat.

Namun film ini tidak melulu menceritakan pesawat. Kehidupan cinta yang mengharukan diceritakan dengan indah. Dimulai dengan pertemuan pertamanya dengan Nahoko Satomi di kereta setelah secara tidak sengaja Nahoko menangkap topinya yang terbawa angin. Mereka tidak berkenalan saat itu karena Jori terburu-buru menuju kampusnya. Dan barulah pada pertemuan kedua menjadi awal kisah cinta mereka. Bagi fans Habibie, momen inilah yang akan memberikan pelajaran bagaimana seharusnya Habibie & Ainun dibuat. Saya tidak akan menceritakannya, tapi menganjurkan Anda untuk menontonnya sehingga bisa menyimpulkannya sendiri.

Bagi anak-anak atau mungkin sebagian remaja dan dewasa, mungkin film ini akan terasa membosankan dan tidak sesuai harapan. Alurnya berjalan lambat dan sedikit menyuguhkan adegan menegangkan maupun kesan humoris khas anime.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun