Ada yang dengan heurap/ jala. Â Ada yang dengan waring dan aneka perlatan menangkap ikan lainnya. Â Ikan besar dan kecil, hilir mudik warga baik yang sambil berenang maupun menggunkaan sampan berlomba untuk mendapatkan ikan. Â Sungguh tradisi air yang wajib dilestarikan. Â Bahkan bisa dimasukan ke dalam kalender wisata Sumedang bahkan jawa barat.
Ikan yang didapat dulu masih sangat beragam dan ukurannya juga cukup besar-besar. Â Seperti ikan tagih, berod, melang, hampal, lalawak, dan jenis lainnya. Â Setelah didapat maka ikan diolah oleh ibu-ibu yang sudah sigap di tenda dapur umum. Â Ada yang dibakar, digoreng, di cobek dan aneka olahan lainnya. Â
Tentunya aneka lalab dan sambel sudah siap menanti. Â Begitu masakan dan olahan ikan sudah siap tersaji. Maka dimulailah pesta makan bersama. Â Para pejabat mulai dari bupati, camat dan perangkat pemerintah berbaur dengan para petani dan warga desa untuk menikmati santapan ikan sungai cimanuk.
Tradisi sungai di karedok tidak hanya muka rumpon. Â Ada juga neger kail ikan. Â Kegiatan ini berupa menancaokan joran pancing di pinggir sungai pada sore hari. Â Keesokan hari baru dicek untuk diambil ikan yang tersangkut di pancing. Â Ada juga tradisi ngambil ikan dengan cara marak. Â Marak dilakukan dengan cara membenung aliran air. Â Sehingga saat aliran air surut maka ikan akan terlihat berseliweran diantara bebatuan. Â Jadi warga tingga menangkapnya menggunakan keahlian tangan kosong, waring maupun jala. Â Dan masih banyak lagi tradisi mengambil ikan di sungai yang dilakukan warga.
Ngarot sebagai Hajat Desa
Sementara untuk ngarot atau ngaruat desa. Â Merupakan tradisi tahunan yang sampai saat ini masih diselenggarakan oleh pemerintah Desa Karedok. Â Melalui tradisi ngarot ini warga setiap RT harus menyajikan semua hasil bumi dan olahannya untuk dipajangkan di balai desa. Â Aneka hasil bumi dan olahannya tersebut di gantungkan pada sebatang bambu yang panjang (saleunjuer). Â Mulai dari padi, pisang, mangga, nangka, kelapa, opak, kolontong, rangginang, wajit dan aneka produk pangan tergantung pada batang bambu.
Batang bambu yang sudah digantungi aneka produk pertanian dan olahan pangan selanjutnya di jejerkan di alun-alun desa. Â Maka sebanyak jumlah RT akan berderet aneka hasil bumi yang tergantung pada batang bambu yang panjang. Â Biasanya suka dilombakan kreativitas maupun ragam jenis dan jumlah hasil bumi yang di pajang. Â Pemenang tentu akan mendapat hadiah dari pak kades.Â
Tidak hanya memajang hasil bumi. Â Hajat desa juga dimeraihkan dengan aneka kesenian dan budaya sunda. Â Mulai dari jaipongan, degung, kuda renggong, sisingaan dan aneka kesenian lainnya. Â Hari itu semua warga dan wisatawan yang berkunjung larut dalam hiburan rakyat bumi pasundan. Â Para pejabat mulai dari bupati, camat dan kades serta pejabat TNI/ Polri ikut nayub atau nari. Lenggak lenggok para penari menambah suasana hangat para pecinta budaya sunda.
Betapa kaya NKRI oleh adat budaya. Â Kedinamisan dan keelokan budaya pasundan dengan latar belakang tanah subur dan hijaunya pesawahan sungguh anugrah Tuhan yang harus disyukuri. Â Kebhinekaan yang sudah tercipta di bumi nusantara merupakan kekayaan yang harus dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi sekarang dan seterusnya. Â Jangan sampai generasi mudah lupa akan budaya leluhurnya. Â Mereka lahir, besar serta makan dari hasil bumi nusantara. Â Maka sepatutnya mereka mencintai dan menjadikan budaya nusantara sebagai ciri khas dan karakter kesejatian bangsa nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H